BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017


PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

Perekonomian Papua tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016


Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN MALINAU

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2015

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PEREKONOMIAN PAPUA TRIWULAN I TAHUN 2015

Lainnya. Infokom. konstruksi. Perdagangan. Industri PDRB. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (q-to-q) Pertanian

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2014

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN 2010-2014 2.1 STRUKTUR EKONOMI Penetapan SDG s Sustainable Development Goals) sebagai kelanjutan dari MDG s Millenium Development Goals) dalam rangka menata arah pembangunan bangsa, daerah sebagai komponen bangsa sudah seharusnya segera mengatur langkah untuk memenuhi tujuan yang sama. Untuk itu diperlukan tersedianya data struktur ekonomi yang dapat menjelaskan posisi kontribusi masing-masing kategori terhadap perekonomian wilayahnya. Akibat implementasi perubahan tahun dasar penghitungan PDRB serta penerapan SNA 2008 dalam estimasi PDRB tahun 2014, terjadi beberapa pergeseran srtuktur ekonomi di Murung Raya. Perekonomian Murung Raya secara umum masih didominasi oleh sektor primer, yaitu kategori pertambangan dan penggalian. Kontribusi kategori pertambangan dan penggalian lebih dari 50 persen dari perekonomian total di Murung Raya dalam kurun waktu 2010-2014. Sementara itu, peran kategori pertanian, kehutanan dan perikanan terhadap perekonomian Murung Raya sampai dengan tahun 2014 hanya sebesar 12,28 persen. Selain larangan pembakaran lahan, yang diduga sebagai faktor dominan penyebab kecilnya 38

kontribusi kategori ini adalah masih rendahnya harga rata-rata komoditas karet di tahun 2014, sehingga secara langsung menurunkan produktivitas para petani karet. Pergerakan struktur ekonomi Murung Raya dalam lima tahun terakhir secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.1.1 Tabel 2.1.1 Distribusi PDRB Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen). 2010-2014 Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 *) 2014 **) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian. Kehutanan dan Perikaman 14,19 12,88 12,39 12,12 12,28 2. Pertambangan dan Penggalian 52,82 55,66 55,93 55,26 53,33 3. Industri Pengolahan 3,08 2,83 2,75 2,80 3,19 4. Pengaadaan Listrik dan Gas 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 5. Pengadaan Air. Pengolahan Sampah 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 6. Konstruksi 6,26 5,77 5,79 6,38 7,00 7. Perdagangan Besar dan Eceran 5,17 5,22 5,21 5,03 5,28 8. Transportasi dan Pergudangan 4,04 3,67 3,41 3,16 3,14 9. Penyediaan Akomodasi. Makan Minum 0,58 0,57 0,60 0,62 0,65 10. Informasi dan Komunikasi 0,89 0,88 0,98 1,11 1,17 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,65 0,60 0,66 0,78 0,77 12. Real Estat 1,37 1,34 1,31 1,36 1,43 13. Jasa Perusahaan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 14. Administrasi Pemerintah 3,21 3,12 3,26 3,43 3,62 15. Jasa Pendidikan 4,24 4,12 4,26 4,28 4,28 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,80 1,72 1,76 1,86 1,98 17. Jasa Lainnya 1,65 1,56 1,62 1,74 1,81 TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya 39

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sektor pertambangan dan penggalian merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian Murung Raya dalam 5 tahun terakhir. Dari series data tahun tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 kontribusi kategori pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2013 dan 2014 kontribusinya mengalami sedikit penurunan. Pada tahun 2014 kategori ini menyumbang 53,33 persen terhadap total perekonomian Murung Raya, sedangkan tahun 2013 masih pada posisi 55,26 persen. Dari total kontribusi kategori pertambangan dan penggalian tahun 2014 tersebut, sebanyak 45,96 persen disumbang oleh sub kategori pertambangan batubara dan lignit, sebanyak 6,70 persen dari subkategori pertambangan bijih logam yaitu emas dan perak, sedangkan sisanya 0,67 persen merupakan kontribusi nilai tambah dari subkategori penggalian terhadadap total PDRB Murung Raya. Pada posisi kedua, kategori pertanian, kehutanan dan perikanan pada tahun 2014 memberikan kontribusi sebesar 12,28 persen terhadap PDRB Murung Raya. Jika dilihat series dari tahun 2010, kontribusi kategori ini cenderung menurun sampai dengan tahun 2013, namun sedikit meningkat di tahun 2014. Fluktuasi harga komoditas karet sebagai komoditas unggulan dalam pertanian Murung Raya masih terjadi di sepanjang tahun 2014 dengan 40

kecenderungan trend yang menurun sehingga kontribusi subkategori perkebunan turut menurut dalam lima tahun terakhir. Di urutan ketiga, kategori konstruksi pada tahun 2014 memberi kontribusi sebesar 7 persen terhadap PDRB Murung Raya. Dalam kurun waktu 2011-2014 kontribusinya terus meningkat seiring pembangunan infrastruktur yang tampak nyata di Murung Raya. Menempati peringkat keempat, kategori perdagangan besar dan eceran memiliki peran yang cukup vital dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat Murung Raya. Hampir seluruh barang konsumsi baik makanan maupun non makanan yang dikonsumsi masyarakat Murung Raya didatangkan dari luar wilayah. Perputaran barang konsumsi rumah tangga tentunya juga seiring dengan fluktuasi laju pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2014 kontribusi kategori perdagangan terhadap total PDRB Murung Raya sebesar 5,28 persen. Peran jasa pendidikan ternyata cukup besar dalam perekonomian Murung Raya, dibuktikan dengan kontribusinya yang berada di peringkat lima yang pada tahun 2014 menyumbang 4,28 persen terhadap PDRB total Murung Raya. Administrasi pemerintahan sebagai kategori lapangan usaha yang mewakili jasa pemerintah memberikan kontribusi 3,62 persen terhadap PDRB Murung Raya tahun 2014. Menempati posisi keenam, kategori ini member kontribusi yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. 41

Peran kategori industri pengolahan dalam kurun waktu tiga tahun terakir menunjukkan kecenderungan meningkat meskipun perlahan. Wilayah Murung Raya yang cukup jauh dari kota-kota besar mengakibakan sulit dan tingginya biaya untuk memperoleh bahan baku industri, sehingga membeli barang jadi atau setengah jadi hasil industri dari luar daerah menjadi pilihan yang lebih efisien. Namun demikian bukan berarti industri tidak dapat dikembangkan di Murung Raya. Industri yang mungkin dikembangkan adalah industri yang bahan baku dan bahan penolongnya tersedia dari Murung Raya, sehingga tidak perlu mendatangkan bahan baku dari luar. Selain itu juga diperlukan penanaman modal di berbagai jenis industri untuk dapat menggairahkan kategori ini. Pada tahun 2014 kontribusi kategori industri pengolahan sebesar 3,19 persen dan berasa di peringkat ketujuh. Kategori lapangan usaha yang tak kalah penting dalam menunjang perekonomian Murung Raya adalah kategori transportasi. Jika dikaitkan dengan kategori perdagangan. Sub kategori angkutan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang sektor perdagangan. Pada tahun 2014 sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar 3,14 persen, cenderung menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Semakin mudahnya akses transportasi dari dan menuju Murung Raya juga diduga sebagai salah satu faktor turunnya kontribusi kategori pengangkutan terhadap perekonomian 42

Murung Raya secara umum, sehingga posisinya hanya di peringkat kedelapan. Di urutan kesembilan, kategori jasa kesehatan dan kegiatan social memberikan kontribusi sebesar 1,98 persen terhadap PDRB Murung Raya 2014. Sedangkan di peringkat sepuluh, kategori jasa lainnya memberikan kontribusi sebesar 1,81 persen di tahun yang sama. Dengan kontribusi 1,43 persen. Kategori real estat berada di urutan kesebelas dan kategori informasi dan komunikasi di urutan keduabelas dengan kontribusi 1,17 persen. Lima kategori lapangan usaha sisanya masing masing memberikan kontribusi dibawah satu persen terhadap PDRB Murung Raya tahun 2014. Diantara kelima kategori tersebut adalah jasa keuangan dan asuransi, penyediaan akomodasi dan makan minum, pengadaan air dan pengolahan sampah, pengadaan listrik dan gas, serta jasa perusahaan. Beberapa diantara kategori lapangan usaha dengan kontribusi kurang dari satu persen tersebut, terdapat kategori yang vital terhadap pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat Murung Raya, yaitu kategori pengadaan listrik dan pengadaan air. Diharapkan kontribusinya terus meningkat di tahuntahun mendatang, sehingga secara tidak langsung dapat mencerminkan indikasi semakin terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan listrik dan air bersih. 43

2.2 PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Indonesia secara umum pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan yang positif namun melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Demikian pula dengan Kalimantan Tengah, secara agregat pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2014 mengalami perlambatan yang cukup signifikan.jika melihat dua fenomena ekonomi di atas, secara umum Murung Raya mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat dibandingkan tahun 2013. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Murung Raya tidak terlepas dari faktor eksternal yakni melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan nasional. Pada tahun 2014 perekonomian Kalimantan Tengah juga mengalami perlambatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tumbuh sebesar 6,21 persen pada tahun 2014, setelah mengalami pertumbuhan sebesar 7,38 persen pada tahun sebelumnya. Fenomena ekonomi yang terjadi di Murung Raya pada tahun 2014 lebih identik dengan perlambatan yang dialami oleh perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi Murung Raya tahun 2014 mengalami perlambatan dari sebesar 6,43 persen pada tahun 2013 menjadi 6,00 persen pada tahun 2014. Meskipun perlambatannya tidak sedalam yang dialami oleh perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi dan nilai PDRB atas dasar harga 44

konstan dari tahun 2010 sampai dengan 2014 secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.2.1. Tabel 2.2.1 Tahun PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Murung Raya (Juta Rp;Persen). 2010-2014 PDRB ADHK (Juta Rp) Pertumbuhan (%) (1) (2) (3) 2010 3.379.391,83-2011 3.639.678,92 7,70 2012 3.887.840,65 6,82 2013 *) 4.137.798,18 6,43 2014 **) 4.386.136,56 6,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Nilai PDRB Murung Raya yang dihitung dengan harga tahun dasar 2010 selama lima tahun terakhir selalu menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2013 nilai PDRB atas dasar harga tahun 2010 menembus nilai empat triliun rupiah, dan terus meningkat sampai dengan tahun 2014. Namun jika dilihat laju pertumbuhannya, dalam empat tahun terakhir cenderung mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan menurut lapangan usaha dapat menjelaskan kategori mana yang memicu terjadinya perlambatan 45

pertumbuhan ekonomi Murung Raya pada tahun 2014, serta kategori lapangan usaha mana yang perlu dipacu untuk percepatan pertumbuhan ekonomi tahun-tahun berikutnya. Tabel 2.2.2 Pertumbuhan PDRB Murung Raya ADHK Menurut Lapangan Usaha (Persen). 2010-2014 Lapangan Usaha 2011 2012 2013 *) 2014 **) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian. Kehutanan dan Perikaman 1,33 2,00 1,21 4,21 2. Pertambangan dan Penggalian 10,28 9,42 8,27 6,14 3. Industri Pengolahan 4,11 2,48 4,26 10,43 4. Pengaadaan Listrik dan Gas 14,22 6,59 25,00 14,99 5. Pengadaan Air. Pengolahan Sampah 7,13 11,55 3,97 0,48 6. Konstruksi 5,10 3,53 8,76 11,27 7. Perdagangan Besar dan Eceran 7,87 4,85 0,77 0,12 8. Transportasi dan Pergudangan 3,89-3,19-1,90 2,94 9. Penyediaan Akomodasi. Makan Minum 9,78 7,85 5,86 6,51 10. Informasi dan Komunikasi 14,30 20,84 23,38 15,28 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 5,89 12,55 21,88 5,41 12. Real Estat 8,78 3,24 4,28 4,91 13. Jasa Perusahaan 5,02 4,36 1,02 0,56 14. Administrasi Pemerintah 6,26 6,86 7,30 7,83 15. Jasa Pendidikan 6,53 4,83 2,27 2,24 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,75 7,98 8,96 9,44 17. Jasa Lainnya 5,56 6,41 6,15 6,62 Produk Domestik Regional Bruto 7,70 6,82 6,43 6,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara 46

Dari tabel di atas, ada sembilan kategori lapangan usaha yang laju pertumbuhannya di atas pertumbuhan total PDRB Murung Raya 2014, yaitu: 1. Pertambangan dan Penggalian 2. Industri Pengolahan 3. Pengadaan Listrik dan Gas 4. Konstruksi 5. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6. Informasi dan Komunikasi 7. Administrasi Pemerintahan 8. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9. Jasa Lainnya Sedangkan delapan kategori sisanya yang menunjukkan laju pertumbuhan di bawah pertumbuhan PDRB total yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3. Perdagangan Besar dan Eceran 4. Transportasi dan Pergudangan 5. Jasa Keuangan dan Asuransi 47

6. Real Estat 7. Jasa Perusahaan 8. Jasa Pendidikan Jika dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi, penyokong utama pertumbuhan ekonomi Murung Raya tahun 2014 adalah kategori pertambangan dan penggalian, sejalan dengan besarnya kontribusi yang diberikan terhadap total PDRB Murung Raya. Sumber pertumbuhan perekonomian Murung Raya tahun 2014 secara lebih detail menurut kategori lapangan usaha dijabarkan dalam tabel 2.2.3 berikut. Tabel 2.2.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Murung Raya Menurut Lapangan Usaha. 2010-2014 (Persen) Lapangan Usaha 2011 2012 2013 *) 2014 **) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian. Kehutanan dan Perikaman 0,19 0,27 0,15 0,51 2. Pertambangan dan Penggalian 5,43 5,09 4,58 3,46 3. Industri Pengolahan 0,13 0,07 0,12 0,29 4. Pengaadaan Listrik dan Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Pengadaan Air. Pengolahan Sampah 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Konstruksi 0,32 0,22 0,52 0,68 7. Perdagangan Besar dan Eceran 0,41 0,25 0,04 0,01 8. Transportasi dan Pergudangan 0,16-0,12-0,07 0,10 9. Penyediaan Akomodasi. Makan Minum 0,06 0,05 0,03 0,04 10. Informasi dan Komunikasi 0,13 0,20 0,25 0,19 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,04 0,08 0,15 0,04 48

Lanjutan Tabel 2.2.3 Lapangan Usaha 2011 2012 2013 *) 2014 **) (1) (2) (3) (4) (5) 12. Real Estat 0,12 0,04 0,06 0,06 13. Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0,00 14. Administrasi Pemerintah 0,20 0,22 0,23 0,25 15. Jasa Pendidikan 0,28 0,20 0,09 0,09 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,16 0,14 0,16 0,18 17. Jasa Lainnya 0,09 0,10 0,10 0,11 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 7,70 6,82 6,43 6,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sedangkan penyokong pertumbuhan yang kedua setelah pertambangan dan penggalian adalah sektor konstruksi yang kemudian diikuti kategori pertanian, kehutanan dan peternakan, Jika dilihat dari sisi kontribusi terhadap PDRB total, kategori pertanian berada di urutan kedua baru kemudian disusul oleh kategori konstruksi. Hal ini membuktikan bahwa lapangan usaha dengan nilai kontribusi yang besar terhadap perekonomian belum tentu akan memberikan sumber pertumbuhan yang besar pula terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2014, kategori pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan sebesar 3,46 persen dan kategori konstruksi memberikan sumbangan pertumbuhan sebesar 0,68 persen. Sedangkan kategoti pertanian, Kehutanan dan Perikanan memberikan sumbangan sebesar 0,51 terhadap laju pertumbuhan total. 49

2.3 PDRB PER KAPITA Pendapatan regional per kapita adalah nilai PDRB suatu wilayah pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk wilayah tersebut pada pertengahan tahun yang bersangkutan, PDRB per kapita dapat menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh setiap jiwa dalam satu tahun secara rata-rata, meskipun untuk tingkat pemerataannya diperlukan kajian lebih lanjut lagi. Perkembangan PDRB per kapita Murung Raya dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 disajikan secara lengkap pada tabel 2.3.1 sebagai berikut Tabel 2.3.1 PDRB Per kapita Murung Raya ADHB dan ADHK 2010 (Rupiah). 2010-2014 Tahun PDRB Perkapita (Rp) ADHB ADHK 2010 (1) (2) (3) 2010 34.890.527,57 34.890.527,57 2011 40.538.557,90 36.469.728,63 2012 43.413.801,22 37.930.152,69 2013 *) 46.080.219,12 39.370.106,41 2014 **) 48.485.911,60 40.716.428,63 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara 50

Laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga berlaku Murung Raya pada tahun 2014 adalah sebesar 7,85 persen, sedangkan laju pertumbuhan penduduk pertengahan tahun Murung Raya tahun 2014 adalah sebesar 2,50 persen. Dengan tingkat laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga berlaku yang jauh lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk, maka akan terjadi pertumbuhan positif terhadap PDRB per kapita. Dari tahun ke tahun PDRB per kapita Murung Raya baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan 2010, menunjukkan pola trend yang positif. Pada tahun 2014, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku mencapai nilai 48 juta rupiah dengan pertumbuhan sebesar 5,22 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Artinya PDRB per kapita atas dasar harga berlaku per bulan secara rata-rata mencapai nilai 4,04 juta rupiah. Sementara itu, PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2014 mencapai 40,72 juta rupiah, atau tumbuh sebesar 3,42 persen dari tahun sebelumnya yang sudah menembus 39,37 juta rupiah. Artinya PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 perbulan secara rata-rata mencapai 3,39 juta rupiah. Namun kedua agregat nilai di atas belum dapat diartikan sebagai pendapatan yang diterima oleh masyarakat Murung Raya secara rata-rata, karena dalam komponen PDRB masih terkandung nilai penyusutan, pajak tak langsung serta nilai PDRB yang dimiliki 51

penduduk non residen dari Murung Raya. Nilai pendapatan yang secara rata-rata riil diterima oleh penduduk residen Murung Raya dapat dihitung dengan studi lebih lanjut untuk mengeluarkan nilai PDRB non residen serta komponen penyusutan dan pajak tak langsung. 2.4 ANALISIS SHIFT SHARE DAN LOCATION QUOTIENT (LQ) Shift share analysis merupakan suatu teknik untuk menganalisis persgeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi yang mempunyai cakupan wilayah yang lebih luas dalam dua titik waktu. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja perekonomian suatu daerah dengan cara membandingkannya dengan daerah yang lebih besar cakupannya (regional atau nasional). Selain itu, dari analisis ini juga dapat diketahui sektor lapangan usaha yang yang masih memungkinkan untuk dikembangkan. Dalam hal ini, posisi perekonomian Kabupaten Murung Raya dibandingkan dengan perekonomian Kalimantan Tengah. Dalam analisis shift share digunakan perumusan Esteban- Marquillas yakni, D ij =N ij +M ij + C ij +A ij ) D ij =E ij (r n )+E ij (r in -r n +E ij (r ij -r n )+(E ij -E ij )(r ij -r in ) (1) dimana, r ij = E ij -E ij )/E ij ; r in = E in -E in )/E in ; r n = E n -E n )/E n 52

Keterangan : E n : PDRB Kalteng tahun 2010 E n : PDRB Kalteng tahun 2014 E j : Total PDRB Murung Raya tahun 2010 E in : PDRB Kategori i Kalteng tahun 2010 E in : PDRB Kategori i Kalteng tahun 2014 E ij : PDRB Kategori i Murung Raya tahun 2010 E ij : PDRB Kategori i Murung Raya tahun 2014 r n : Pertumbuhan PDRB Total di Kalteng r in : pertumbuhan PDRB Kategori i di Kalteng r ij : pertumbuhan PDRB Kategori i di Murung Raya A ij : Efek alokasi Kategori I di Murung Raya C ij : Efek persaingan Kategori i di Mutung Raya M ij : Efek bauran industri Kategori i di Murung Raya i N ij : Efek pertumbuhan Kalteng terhadap perekonomian Murung Raya menurut Kategori ke-i D ij : Pertumbuhan absolut PDRB Kategori i di Murung Raya Tabel 2.4.1 menyajikan hasil penghitungan dari variabelvariabel dalam analisis shift share meliputi pertumbuhan absolut (D ij ), efek pertumbuhan regional (N ij ), efek bauran industry (M ij ), efek persaingan C ij ) dan efek alokasi (A ij ). Dari tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa selama lima tahun terakhir, PDRB Murung Raya mengalami pertumbuhan absolut sebesar 1.412.214,43 juta rupiah. 53

Tabel 2.4.1 Perubahan Sektoral dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya di Kabupaten Murung Raya (Juta Rupiah). 2010-2014 Sektor Efek Alokasi (Aij) Efek Persaingan (C'ij) Efek Bauran Industri (Mij) Efek Pertumbuhan Kalteng (Nij) Pertumbuhan Absolut Mura (Dij) (1) (2) (3) (4) (5) (6) A 28.720,61 (120.508,54) (35.636,75) 282.735,27 155.310,60 B (156.207,62) (51.981,32) (330.598,15) 1.052.682,09 513.895,00 C 3.971,59 1.387,23 7.972,27 61.301,08 74.632,17 D (510,73) 289,94 (101,28) 238,93 (83,14) E 129,82 (159,16) 112,96 832,78 916,40 F (26.500,04) 29.337,77 (7.039,11) 124.741,58 120.540,20 G 6.650,48 (1.903,10) 9.585,27 103.080,04 117.412,69 H 10.507,91 (52.940,42) (902,26) 80.502,88 37.168,11 I 595.61 3.185,51 3.976,11 11.484,48 19.241,72 J (15.077,08) 13.277,26 (1.311,87) 17.649,68 14.537,98 K 4.838,17 5.332,79 11.145,27 12.964,39 34.280,62 L 2.277,50 852,76 4.597,58 27.341,52 35.069,36 M.N 15.82 (18,51) 12,61 134,05 143,96 O (2.402,76) 16.208,86 12.957,48 64.063,42 90.827,00 P 11.303,64 (4.226,65) 15.947,84 84.548,42 107.573,26 Q 1.037,40 7.034,42 8.504,54 35.803,19 52.379,55 R.S.T.U (2.244,52) 5.447,84 2.181,60 32.984,02 38.368,95 Total (132.894,21) (149.383,32) (298.595,87) 1.993.087,83 1.412.214,43 Efek pertumbuhan regional Kalimantan Tengah digunakan untuk melihat posisi relatif suatu daerah dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh di Kalimantan Tengah. Secara umum besarnya pengaruh pertumbuhan Kalimatan Tengah terhadap pertumbuhan absolut Murung Raya sebesar 1.993.087,83 54

juta rupiah, yang berarti pertumbuhan Kalimantan Tengah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Murung Raya. Jika ditinjau per sektornya, semua sektor pada komponen efek pertumbuhan Kalimantan Tengah bernilai positif. Hal ini berarti perubahan kebijakan ekonomi Kalimantan Tengah di setiap sektor ekonomi berdampak positif terhadap setiap sektor di Murung Raya. Efek bauran industri digunakan untuk mengukur sejauh mana pertumbuhan output pada suatu sektor di Murung Raya berbeda dengan pertumbuhan output pada sektor yang sama di tingkat regional Kalimantan Tengah. Efek bauran industri Murung Raya terhadap Kalimantan Tengah secara umum bernilai negatif yakni sebesar 298.595,87 juta rupiah. Hal ini berarti distribusi industri atau sektoral di tingkat regional menyebabkan menurunnya nilai PDRB Murung Raya sebesar 298.595,87 juta rupiah. Lapangan usaha pada kategori P (Jasa Pendidikan) memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 15.947,84 juta rupiah. Hal ini berarti laju pertumbuhan pada lapangan usaha tersebut lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan pada lapangan usaha yang sama di tingkat regional Kalimantan tengah. Lapangan usaha yang memberikan kontribusi negatif terbesar adalah lapangan usaha pada kategori B (Pertambangan dan Penggalian) sebesar 330.598,15 juta rupiah. Lapangan usaha lain yang juga memberikan kontribusi negatif yaitu kategori A, D, F, H dan J. 55

Efek persaingan digunakan untuk mengukur seberapa jauh output pada suatu sektor di Murung Raya memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi daripada laju pertumbuhan pada sektor yang sama di kabupaten/kota lain sehingga dapat diteliti apakah pertumbuhan output pada suatu sektor lebih kecil atau lebih besar daripada pertumbuahan regional rata-rata untuk sektor yang sama. Nilai efek persaingan Murung Raya dibandingkan perekonomian Kalimantan Tengah secara umum bernilai negatif yaitu sebesar 149.383,32 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Murung Raya memiliki daya saing yang lebih rendah dibandingkan perekonomian Kalimantan Tengah. Lapangan usaha di Murung Raya yang mempunyai daya saing lebih rendah dibandingkan lapangan usaha yang sama di tingkat Kalimantan Tengah adalah lapangan usaha pada kategori A; B; E; G; H; M,N; P dan Q. Sedangkan lapangan usaha selain pada kategori tersebut mempunyai daya saing yang lebih tinggi dibandingkan Kalimantan Tengah. Efek alokasi digunakan untuk melihat spesialisasi dan keunggulan komparatif suatu sektor disbanding sektor yang sama di tingkat regional Kalimantan Tengah. Menurut Olsen dan Herzog (1997) efek alokasi mempunyai empat kemungkinan yakni 1. E ij -E ij > 0 dan r ij -r in > 0 dikategorikan Competitive Advantage, specialized (CA, S) 56

2. E ij -E ij < 0 dan r ij -r in < 0 dikategorikan Competitive disadvantage, not specialized (CD, NS) 3. E ij-e ij < 0 dan r ij-r in > 0 dikategorikan Competitive Advantage, not specialized (CA, NS) 4. E ij -E ij > 0 dan r ij -r in < 0 dikategorikan Competitive disadvantage, specialized (CD, S) Berdasarkan hasil penghitungan semua lapangan usaha di Murung Raya belum memiliki spesialisasi atau not specialized. Lapangan usaha yang mempunyai keunggulan kompetitif adalah lapangan usaha pada kategori B (Pertambangan dan Penggalian), D (Pengadaan Listrik dan Gas), F (Konstruksi), J (Jasa Pendidikan), O (Administrasi Pemerintahan) serta R,S,T,U (Jasa Lainnya) sedangkan lapangan usaha pada kategori lainnya tidak mempunyai keunggulan kompetitif. Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks yang menggambarkan pemusatan relatif suatu aktifitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah. Dalam penulisan ini menunjukkan keunguulan relatif Murung Raya terhadap Kalimantan dalam sektor tertentu. Rumusan Location Quotient (LQ) menurut Bendavid Val adalah sebagai berikut: = (2) 57

Keterangan : LQ : Indeks Location Quotient Murung Raya Xr : PDRB kategori i di Murung Raya RVr : Total PDRB Murung Raya Xn : PDRB Kalimantan Tengah RVn : Total PDRB Kalimantan Tengah Selanjutnya Bendavid Val memberikan pengukuran terhadap derajat spesialisasi dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika LQ>1 berarti tingkat spesialisasi lapangan usaha pada kategori tertentu di Murung Raya lebih besar dari lapangan usaha yang sama pada tingkat regional Kalimantan Tengah. 2. Jika LQ<1 berarti tingkat spesialisasi lapangan usaha pada kategori tertentu di Murung Raya lebih kecil dari lapangan usaha yang sama pada tingkat regional Kalimantan Tengah. 3. Jika LQ=1 berarti tingkat spesialisasi lapangan usaha pada kategori tertentu di Murung Raya sama dengan dari lapangan usaha yang sama pada tingkat regional Kalimantan Tengah. Secara umum, kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan baik pasar domestic maupun pasar luar daerah, sedangkan sektor non basis adalah sektor 58

ekonomi yang hanya mampu memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri. Hasil penghitungan LQ untuk Murung Raya selama tahun 2010 hingga 2014 disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.4.2 Nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten Murung Raya, 2010-2014 Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 0,58 0,54 0,54 0,53 0,52 B. Petambangan dan Penggalian 3,55 3,21 3,09 2,92 4,05 C. Industri Pengolahan 0,20 0,19 0,20 0,20 0,20 D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,23 0,28 0,30 0,39 0,41 E. Pengadaan Air, 0,46 0,47 0,51 0,53 0,42 F. Kontruksi 0,73 0,72 0,71 0,82 0,84 G. Perdagangan & Resparasi Mobil 0,47 0,49 0,50 0,50 0,47 H. Transportasi dan Pergudangan 0,67 0,66 0,63 0,53 0,52 I. Penyediaan Akomodasi 0,37 0,36 0,36 0,36 0,37 J. Informasi dan Komunikasi 0,84 0,87 0,98 1,15 1,13 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,26 0,20 0,21 0,24 0,23 L. Real Estate 0,72 0,70 0,67 0,71 0,71 M,N. Jasa Perusahaan 0,18 0,17 0,18 0,18 0,17 O. Administrasi Pemerintahan 0,58 0,56 0,57 0,57 0,60 P. Jasa Pendidikan 1,02 0,98 0,97 0,97 0,96 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,11 1,06 1,06 1,17 1,12 R,S,T,U Jasa Lainnya 1,72 1,68 1,72 1,80 1,83 Dari hasil penghitungan indeks LQ selama tahun 2010 terdapat tiga lapangan usaha yang menjadi sektor basis di Murung Raya. Lapangan usaha tersebut adalah lapangan usaha pada kategori B (Pertambangan dan Penggalian), Q (Jasa Kesehatan dan Kegiatan 59

Sosial) serta R, S, T, U (Jasa Lainnya). Lapangan usaha pada kategori J (Informasi dan Komunikasi) juga termasuk dalam sektor basis pada tahun 2013 dan 2014. Adapun kategori P (Jasa Pendidikan) juga sempat menjadi sektor basis pada tahun 2010, namun tidak berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Sedangkan lapangan usaha selain yang disebutkan di atas tergolong dalam sektor non basis. 60

PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PENGADAAN LISTRIK & GAS PENGADAAN AIR & PENGELOLAAN SAMPAH KONSTRUKSI PERDAGANGAN BESAR & ECERAN TRASPORTASI & PERGUDANGAN PENYEDIAAN AKOMODASI & MAKAN MINUM INFORMASI & KOMUNIKASI JASA KEUANGAN & ASURANSI REAL ESTAT JASA PERUSAHAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN JASA PENDIDIKAN JASA KESEHATAN & KEGIATAN SOSIAL JASA LAINNYA