Pertumbuhan Benih Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) dengan Pemberian Pakan Tambahan Berupa Maggot

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch)

RESPONS PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS LIMBAH SAYURAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

PEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp) YANG DIPELIHARA DALAM HAPPA. Elrifadah. Abstract

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

PEMBERIAN PAKAN PELET YANG DICAMPUR PUPUK ORGANIK CAIR BIOTON TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp)

Pengaruh Sumber Makanan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Kelabau Padi (Osteochilus melanopleura) yang Dipelihara Dalam Hapa di kolam

PENGARUH PEMBERIAN Lemna sp. SEBAGAI PAKAN DALAM BUDIDAYA IKAN NILEM ORGANIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

BAB 4. METODE PENELITIAN

KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) DENGAN PEMBERIAN PAKAN ALAMI HASIL PEMUPUKAN PADA MEDIA AIR GAMBUT

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) Dengan Pemberian Pakan Alami Hasil Pemupukan Pada Media Air Gambut

Pertumbuhan Larva Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) dengan Pemberian Pakan Alami

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

BAB III BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN IKAN BETOK (Anabas testudineus) DENGAN PADAT TEBAR YANG BERBEDA

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAB III BAHAN DAN METODE

Pengaruh Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp.

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan gurami

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran tepung tulang

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 2009, bertempat di Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

METODE KERJA. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di. Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

II. METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

RESPON BENIH IKAN NILA (Oreochromis sp.) TERHADAP KADAR AIR GAMBUT YANG BERBEDA

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

BAB 4. METODE PENELITIAN

Elrifadah. Program Studi Budi Daya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Achmad Yani Banjarmasin. Abstract

BAB III BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN PAPUYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Maret 2013 di

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

SIDANG TUGAS AKHIR SB

BAB III BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

PERFORMANSI PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS IKAN BETOK (Anabas testudinius BLOCH) YANG DIPELIHARA DI PERAIRAN RAWA

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

Oleh: RINIANINGSIH PATEDA NIM: Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diuji. Mengetahui, KetuaJurusan/Program StudiBudidayaPerairann

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

Transkripsi:

Pertumbuhan Benih Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) dengan Pemberian Pakan Tambahan Berupa Maggot The Growth of Climbing Perch Fry (Anabas testudineus Bloch) Feeding with Maggot as Supplement Food Inga Torang Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya Diterima : 6 Maret 2013. Disetujui : 1 April 2013 ABSTRACT Feeding by supplement food can promote the growth and survival of climbing perch fry, because climbing perch is omnivorous fish. This study aimed to determine the relative weight of growth of climbing perch fry (Anabas testudineus Bloch) were given maggot as supplement food using peat water media. The results of the study, feeding as much as 3% in a given day morning and 1% pelleted feed given during the day mixed pellet feed maggot 1% and given the afternoon to feed the maggot 1% growth of 35.6% relative weight and condition factor of 2:21 with a feed conversion rate of 3.40. Maggot is one outcome of the bioconversion of organic materials into organic vegetable animal with a relatively high protein content by fermentation of the fungus. Key words : Growth climbing perch, Anabas testudineus, maggot PENDAHULUAN Sejalan dengan pertambahan penduduk yang semakin cepat, maka kebutuhan masyarakat akan protein hewani yang berasal dari ikan meningkat. Salah satu usaha yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan pemanfaatannya secara maksimal adalah sumber daya perairan (Aquatic recources). Ikan salah satu sumberdaya hayati perairan akan punah jika penangkapan dilakukan secara berlebihan tanpa diimbangi dengan pengelolaan yang tepat. Menurut Asmawi (1989), upaya yang tepat untuk meningkatkan usaha perikanan tanpa mengganggu kelestarian sumber daya perairan adalah dengan mengembangkan usaha budidaya ikan di perairan umum. Ikan Betok merupakan salah satu ikan air tawar yang penting untuk dibudidayakan. Hal tersebut disebabkan ikan Betok mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan sangat disukai/digemari oleh masyarakat (Suriansyah et al, 2009). Namun sayangnya ikan Betok masih kurang banyak dibudidayakan oleh masyarakat (Direktorat Jendral Perikanan Depertemen Pertanian, 1990). Kurangnya minat masyarakat untuk membudidayakan ikan Betok adalah karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk usaha budidaya tersebut, khususnya biaya pakan. Menurut Djajasewaka (1985), salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan adalah dengan pemberian pakan tambahan yang berkualitas tinggi, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Berdasarkan hal tersebut, pemberian pakan tambahan berupa maggot dapat memenuhi nutrisi ikan Betok untuk mencapai pertumbuhann maksimal. Penelitian ini adalah untuk mengkaji secara ilmiah tentang pengaruh pakan tambahan berupa maggot terhadap pertumbuhan berat relatif benih ikan Betok yang dipelihara pada akuarium dengan menggunakan media air gambut dan bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan benih ikan Betok yang diberikan pakan tambahan berupa maggot, sedangkan manfaatnya dapat dijadikan untuk peket teknologi dalam pengembangan budidaya ikan-ikan perairan rawa gambut. 12

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya selama 5 bulan (Juli-Oktober 2012). Tahapan kegiatan penelitian dimulai dengan persiapan, percobaan, pengolahan data hasil penelitian dan pembuatan laporan hasil penelitian. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan dan tiga ulangan sebagai berikut: Perlakuan A : Pemberian pakan (pellet) sebanyak 3% /berat biomassa ikan/hari. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi 1%, siang 1%, dan sore 1%. Perlakuan B : Pemberian pakan (pellet) sebanyak 3%/berat biomassa ikan/hari. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi 1% (pellet), siang 1% (pellet di campur maggot), dan sore 1% (maggot 1%). Perlakuan C : Pemberian pakan sebanyak 3%/berat biomassa ikan/hari. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi 1% (pellet), siang 1% (pellet di campur maggot), dan sore 1% (pellet). Wadah percobaan terdiri atas akuarium berukuran 80 x 50 x 50 cm sebayak 9 buah. Akuarium setelah dicuci bersih dikeringkan selama satu minggu dan dilakukan bersamaan dengan persiapan pakan dan aklimatisasi benih. Sebelum pengisian akuarium, partikel yang terkandung dalam air gambut diendapkan dalam bak pengendapan. Pengisian air ke dalam akuarium setinggian 30 cm (120 liter) dan diairasi. Ikan uji yang digunakan pada penelitian adalah benih ikan Betok hasil pemijahan dari laboratorium basah Program Studi Budidaya Perairan Faperta Unpar. Ukuran rata-rata benih ikan uji berkisar 4-7 cm dengan padat penebaran 25 ekor setiap akuarium. Pakan tambahan yang digunakan adalah maggot dilakukan dengan cara pencampuran pakan ayam pedaging dan ditambah ampas parutan kelapa, ditambahkan air secukupnya dan diaduk sampai merata dan ditutup dengan menggunakan daun pisang. Selanjutnya difermentasi selama 5-7 hari. Setelah maggot tumbuh segera dipanen. Teknik pemanen maggot dilakukan dengan cara ditambahkan air sampai maggot keluar dari dalam hasil fermentasi dan mengapung di atas permukaan air. Pengambilan maggot dilakukan dengan menggunakan saringan dan disimpan dalam wadah. Maggot siap diberikan kepada ikan uji dan sisa maggot yang belum terpakai disimpan dalam lemari pendingin agar tetap segar. Parameter yang diukur selama penelitian terdiri atas laju pertumbuhan berat relatif, faktor kondisi ikan dan konversi pakan ikan. Pengukuran laju pertumbuhan berat relatif yang dinyatakan sebagai persentase bobot pada rentang waktu tertentu, penentuan pertumbuhan berat relatif (Effendie, 2002) sebagai berikut: Wt Wo h = x 100 % Wo h : kecepatan pertumbuhan relatif (%), Wt : berat akhir interval (gr), Wo: berat awal interval (gr) Pengukuran faktor kondisi ikan merupakan perbandingan berat dan panjang baku dikali dengan sepuluh pangkat lima. Nilai faktor kondisi ikan uji dihitung menggunakan rumus (Effendie, 2002) sebagai berikut : K = W SL x 10 K : faktor kondisi, W : berat rata-rata (gram), SL : panjang baku rata-rata (cm) Konversi pakan, merupakan banyaknya jumlah pakan yang diberikan selama percobaan dikonversikan menjadi pertumbuhan berat, dihitung menggunakan rumus (Effendie, 2002) sebagai berikut : C = F (Wt + D) - Wo C : konversi pakan, F : jumlah pakan yang diberikan Wt : berat akhir ikan uji, Wo: berat awal penebaran, D : jumlah berat ikan uji yang mati Data hasil penelitian dimasukan dalam tabel tabulasi dan menggunakan grafik. Data hasil penelitian diuji kenormalannya dengan Liliefor (Sudjana, 1992). Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA). 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan berat relatif Hasil uji pertumbuhan berat relatif ikan pada masing-masing perlakuan selama 56 hari dengan nilai rata-rata perlakuan A = 18.7%, perlakuan B = 35.6%, dan perlakuan C = 24.2%. Pertumbuhan berat relatif pada masing-masing perlakuan selama 14 hari, 28 hari, 42 hari dan 56 hari dengan nilai bervariasi (Gambar 1). (perlakuan B) dapat mempercepat pertumbuhan berat relatif benih ikan Betok sebesar 35.6%, karena benih ikan Betok dalam kondisi normal untuk mengatur ruang gerak dan dapat memanfaatkan pakan yang diberikan secara maksimal, sedangkan perlakuan lainnya terjadi sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis, ternyata pertumbuhan berat relatif benih ikan Betok terdapat perbedaan yang sangat nyata diantara perlakuan (P<0.05). Perlakuan B dengan cara pemberian pakan sebanyak 3% dalam sehari, dari berat biomassa ikan dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi diberikan pellet 1% dan siang diberikan 1% pellet dicampur maggot dan sore diberikan 1% pakan maggot dapat mempercepat pertumbuhan berat relatif benih ikan Betok dibandingkan perlakuan pakan ikan yang diberi pellet atau maggot. Cepatnya laju pertumbuhan berat relatif benih ikan Betok pada perlakuan B diduga disebabkan oleh kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan lebih tinggi. Selain itu kandungan nutrisi maggot lebih tinggi, sehingga menyebabkan pakan perlakuan B lebih baik dari pakan perlakuan A dan C dalam merespon pakan secara optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Bunasir et al. (2002) bahwa tinggi rendahnya pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh kemampuan ikan merespon dan memanfaatkan pakan untuk pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Rendahnya pertumbuhan berat relatif benih ikan Betok pada perlakuan A dan C diduga karena kurangnya kemampuan ikan memanfaatkan pakan untuk pertumbuhan. Selain itu dari segi nutrisi lebih rendah pada perlakuan A, sedangkan kandungan protein pada perlakuan C sama dengan perlakuan B. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan benih ikan Betok pada perlakuan B dapat mengimbangi laju pertumbuhan berat relatif pada perlakuan C. Menurut Asmawi (1989), kecepatan pertumbuh ikan tergantung pada jumlah makanan yang diberikan, ruang gerak dan suhu perairan. Selanjunya menurut Mudjiman (1985), sejumlah pakan yang dimakan ikan sekitar 10% saja yang digunakan untuk pertumbuhan atau menambah berat, selebihnya digunakan sebagai sumber tenaga untuk beraktivitas. Kelangsungan hidup larva ikan Betok ditentukan oleh ketersedian pakan alami sesuai dengan bukaan mulutnya dan dapat mempercepat laju pertumbuhan berat relatif sebesar 150% (Suriansyah, 2012). Faktor kondisi Faktor kondisi merupakan gambaran tingkat kegemukan ikan dengan angka, faktor kondisi diperoleh melalui pembagian antara pertumbuhan berat dengan pertumbuhan panjang baku individu dikalikan sepuluh pangkat lima untuk interval waktu tertentu. Pertumbuhan Berat Relatif (%) 70 60 50 40 30 20 10 0 60 40.3 26 25.2 25.8 20.3 21.2 16.1 12.4 15.5 15.4 35.7 Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C 14 28 42 56 Hari Ke- Gambar 1. Pertambahan berat relatif ikan uji selama percobaan 14

Faktor Kondisi Ikan Uji Konversi Pakan Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol 2. No. 1. Juni 2013 ISSN : 2301-7783 Hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai faktor kondisi ikan Betok selama masa 56 hari relative beda antara perlaukan (Gambar 2). 2.22 2.21 2.2 2.19 2.18 2.17 2.16 2.15 2.17 2.21 Gambar 2. Faktor kondisi ikan uji 2.19 Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Rata-Rata Hasil Pengamatan Tiap Perlakuan Faktor kondisi benih ikan Betok yang diberikan pakan tambahan berupa maggot terjadi peningkatan faktor kondisi pada perlakuan B sebesar 2.21, sedangkan pada perlakuan A dan C terjadi sebaliknya (lebih rendah). Berdasarkan hasil analisis, ternyata faktor kondisi benih ikan Betok terdapat perbedaan yang sangat nyata di antara perlakuan (P<0.05). Perlakuan B lebih tinggi dibandingkan perlakuan A dan C. Terjadinya peningkatan faktor kondisi pada benih ikan Betok selama percobaan, dipicu oleh kandungan nutrisi pakan tambahan berupa maggot yang sesuai dengan kebutuhkan benih ikan Betok. Kandungan nutrisi yang berasal dari pakan tambahan (maggot) berfungsi sebagai pengatur transportasi hormon dalam darah untuk mempercepat perkembangan faktor kondisi benih ikan Betok selama percobaan. Menurut Halver dan Ronald (2002), kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan harus dalam kondisi berimbang, berfungsi sebagai pengatur transportasi hormon dalam darah. Peningkatan faktor kondisi menunjukan bahwa ikan semakin gemuk seperti yang dikatakan Effendie (2002), kisaran nilai faktor kondisi berkisar antara 2-4 menunjukan ikan dalam keadaan montok, sedangkan nilai faktor kondisi berkisar antara 1-2 menunjukan bahwa keadaan ikan pipih, namun demikian nilainya yang ideal tergantung jenis ikan. Pemberian pakan sebanyak 3% dalam sehari, dari berat biomassa ikan dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi diberikan pakan pellet 1% dan siang diberi 1% pakan pellet dicampur maggot dan sore diberikan 1% pakan maggot dapat meningkatkan faktor kondisi. Hal ini diduga karena pakan maggot yang diberikan cukup efektif untuk meningkatkan pertumbuhan berat tubuh benih ikan Betok, dalam hal ini terlihat nilai faktor kondisi terjadi peningkatan. Menurut Djajasewaka (1985), pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan hidup dan apabila ada kelebihannya baru digunakan untuk pertumbuhan. Konversi pakan Konversi pakan selama percobaan menunjukan jumlah pakan yang diberikan dikonversi menjadi pertumbuhan berat. Ratarata konversi pakan setiap perlakuan selama percobaan relative beda (Gambar 3). 8 7 6 5 4 3 2 1 0 7.51 Gambar 3. Konversi pakan ikan uji Konversi pakan benih ikan Betok yang diberikan selama percobaan berupa maggot lebih efisiensi pada perlakuan B sebesar 3.40, sedangkan pada perlakuan A dan C semakin tidak efisien (lebih tinggi). Berdasarkan hasil analisis, ternyata konversi pakan benih ikan Betok terdapat perbedaan yang sangat nyata di antara perlakuan (P<0.05). Perlakuan B lebih rendah dibandingkan perlakuan A dan Cd. Terjadinya efisiensi terhadap konversi pakan pada benih ikan Betok selama masa percobaan, terlihat laju tingkat pertumbuhan dan nilai faktor kondisi ikan uji yang diberi pakan sebanyak 3% per berat biomassa dalam sehari, dengan frekwensi pemberian pakan 3 kali sehari, yaitu pagi diberikan pakan pellet 1%, siang beri 1% pakan pellet bercampur maggot dan sore diberikan 1% pakan maggot. Menurut Mujiman (1985), nilai konversi pakan tergantung dari kualitas pakan yang diberikan dan untuk jenis pakan yang berkualitas kisaran konversi pakan berkisar antara1.5-8.0. 3.4 4.07 Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Rata Rata - Hasil Pengamatan Tiap Perlakuan 15

dapat menicu laju pertumbuhan dan faktor kondisi benih ikan Betok dengan nilai konversi pakan lebih rendah. Menurut Bunasir et al. (2002), besar kecilnya konversi pakan merupakan gambaran tentang efisiensi pakan yang dicapai, makin rendah nilai konversi pakan maka pakan tersebut makin berkualitas. Kualitas pakan yang diberikan pada ikan-ikan budidaya harus memiliki standar dan komposisi yang ideal untuk menekan tingginya nilai konversi pakan selama masa pemeliharaan (Mudjiman, 1985). KESIMPULAN DAN SARAN dapat mempercepat laju pertumbuhan berat relatif dan faktor kondisi benih ikan Betok (Anabas testudineus Block) dengan tingkat konversi pakan rendah. sebaiknya menggunakan komposisi pakan 3% perbiomassa ikan setiap hari; frekuensi pemberian pakan pellet pada pagi hari 1%, siang 1% (campuran pellet dan maggot) dan sore 1% (maggot). Perikanan Air Tawar. Direktorat Jendral Perikanan Depertemen Pertanian. Jakarta. Djajaswaka H. 1985. Pakan Ikan (Makanan Ikan). Ed ke-1: Jakarta. Yasa Guna Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan Ed ke-2: Yogyakarta. Yayasan Pustaka Nusatama. Halver JE & Ronald WH. 2002. Fish Nutrition. United States of America: London. Academic Press. Mujiman. 1985. Makanan Ikan. Cet ke-1: Jakarta. Penebar Swadaya. Sudjana. 1992. Metode Statistik. Ed ke-2 : Bandung. Tarsito. Suriansyah, Agus OS & Junior MZ. 2009. Studi pematangan gonad ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) dengan rangsangan hormon. Journal of tropical Fisheries, 4 (1): 386-396. Suriansyah. 2012. Kelangsungan hidup larva ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) dengan pemberian pakan alami hasil pemupukan pada media air gambut. Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 1(2): 47-52. UCAPAN TERIMAKSIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ketua Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan yang telah memberikan fasilitas berupa tempat dan peralatan laboratorium selama kegiatan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Asmawi S. 1989. Pemberian makanan yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis Reagan) yang dipelihara dalam bak plastik (Laporan Praktek Jurusan Budidaya Perairan) Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Bunasir, Fahmi MN & Fauzan GTM. 2002. Pembesaran ikan papuyu (Anabas testudineus Bloch) yang dipelihara dalam kolam sebagai salah satu alternatif usaha (Laporan Perekayasaan). Loka karya Budidaya Air Tawar Kalimantan Selatan. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Depertemen Kelautan dan Perikanan. Banjarbaru. Direktorat Jendral Perikanan Depertemen Pertanian. 1990. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Daya 16