4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT BANGGAI

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 13 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 =================================================================

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

7. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republi

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN LEMBAGA KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 2 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA ADAT MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 82 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 1 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 26 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 29 TAHUN 2004 T E N T A N G

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KRAMA ADAT SASAK

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT T UHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 14 TAHUN 2000

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PEMERINTAH KOTA PADANG

2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata; 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;

Renja ( Rencana kerja ) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasaman Barat Tahun Indikator Kegiatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PEMERINTAH KOTA PADANG

PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG

BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 56 TAHUN 2011 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2000 SERI D NOMOR SERI 6

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN KAMPUNG ADAT DI KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya serta nilai sosial dan budaya sepanjang masih hidup ditengah masyarakat, sesuai dengan perkembangan dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. bahwa adat istiadat dan nilai sosial masyarakat Kota Padang merupakan salah satumodal sosial yang dapat dimanfaatkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan sehingga perlu dilakukan upaya pemberdayaan pelestarian sesuai dengan karakteristik dari masyarakat adat ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Daerah Kota Padang tentang Pemberdayaan dan Pelestarian Adat Budaya Dalam Hidup Bernagari Di Kota Padang. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 20); 2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 Tahun 2004) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 5168);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3164); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negera Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pedoman Fasilitasi, Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kebudayaan, Keraton dan Lembaga Adat Dalam Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Daerah 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007 tentang Pedoman dan Pelestarian Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat. 9. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 42 Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian Budaya Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG dan WALIKOTA PADANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Padang. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 2

3. Walikota adalah Walikota Padang. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 5. Adat budaya adalah sistim nilai yang dianut komunitas/kelompok masyarakat tertentu yang diyakini akan dapat memenuhi harapanharapan warga masyarakat dan didalamnya terdapat nilai-nilai sikap, serta tata cara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupan masyarakat. 6. Nagari adalah Kesatuan Wilayah masyarakat hukum adat yang dimiliki sesuai dengan tradisi, yang terdiri dari beberapa suku yang mempunyai wilayah dengan batas-batas tertentu, mempunyai kekayaan sendiri, berhak mengatur dan mengurus adat dan budaya. 7. Pemangku Adat adalah orang empat jinih, jinih nan ampek, atau nan bajinih. 8. Kerapatan Adat Nagari yang selanjutnya disingkat KAN adalah Lembaga Kerapatan Adat Nagari dari niniak mamak yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat dan berfungsi memelihara kelestarian adat budaya dalam hidup ber-nagari, serta menyelesaikan perselisihan sako dan pusako. 9. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau yang selanjutnya disingkat LKAAM adalah sebuah propesi fungsional ninik amak empat jinih dalam adat, penghulu, manti, dubalang yang bersifat independen. 10. Niniak mamak adalah para pemangku adat dalam nagari. 11. Bundo Kanduang adalah penghormatan kepada kaum perempuan Minangkabau yang diberikan panggilan kepada perempuan tertua di dalam suatu kaum. 12. Pemberdayaan adat budaya adalah upaya aktif agar kondisi dan keberadaan adat budaya, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan lembaga adat dapat semakin kukuh dan berperan aktif serta positif dalam pembangunan nasional dan berguna bagi masyarakat sesuai dengan tingkat kemajuan dan perkembangan zaman. 13. Pelestarian adat budaya adalah upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan nilai-nilai etika, moral dan adat yang merupakan jati diri dari adat dan budaya kebiasan-kebiasan masyarakat dan lembaga adat agar keberadaannya tetap terjaga. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Bagian Kesatu Maksud Pasal 2 Maksud dilakukan pemberdayaan dan pelestarian adat budaya dalam hidup bernagari adalah untuk meningkatkan peran nilai-nilai adat dan budaya dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, kelangsungan pembangunan dan meningkatkan ketahanan nasional serta mendorong kesejahteraan masyarakat Kota Padang. 3

Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 (1) Pemberdayaan adat budaya bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang hayati dengan membentuk suatu wadah lembaga yang mengarah pada peningkatan tatanan kehidupan masyarakat yang madani dengan tidak merubah nilai, kaidah atau norma dan kegiatan sosial. (2) Pelestarian adat budaya bertujuan untuk melindungi, mengembangkan, memanfaatkan dan mempertahankan nilai-nilai, kaidah atau normanorma dan kegiatan sosial yang telah berurat dan berakar dalam kehidupan masyarakat serta menunjang kelangsungan pembangunan dan ketahanan nasional. BAB III NAGARI Pasal 4 Wilayah kota Padang terdiri dari 10 (Sepuluh) nagari yaitu : a. Nagari Pauh IX; b. Nagari Pauh V; c. Nagari Limau Manih; d. Nagari Lubuk Kilangan; e. Nagari Kota Tangah; f. Nagari nanggalo; g. Nagari Nan Duo Puluh; h. Nagari Taluak kabung; i. Nagari Bunguih; j. Nagari Padang (Niniak Mamak nan Salapan suku). Pasal 5 Hal-hal yang menyangkut tentang aturan-aturan adat budaya di Nagari diatur oleh masing-masing Lembaga Adat Nagari (Adat salingka Nagari). BAB IV PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA Bagian Kesatu Umum Pasal 6 Pemberdayaan dan Pelestarian adat budaya dalam hidup bernagari di Kota Padang dilakukan oleh: a. Pemerintah Daerah; b. Lembaga Adat; dan c. Pemangku Adat. 4

Pemerintah Daerah berkewajiban : Bagian Kedua Pemerintah Daerah Pasal 7 a. berpedoman pada kebijakan nasional dan provinsi di bidang kebudayaan. b. menumbuhkembangkan partisipasi dan kreatifitas masyarakat berasaskan kegotong royongan, kemandirian dan keadilan. c. mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal. d. mengkoordinasikan kecamatan dan kelurahan dalam penyelengaraan pelestarian kebudayaan. Pasal 8 Pemberdayaan dan pelestarian Adat budaya oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi kebudayaan. Bagian kedua Lembaga Adat Pasal 9 Fungsi Lembaga Adat adalah mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan, dan pelestarian adat budaya dalam hidup bernagari dengan Pemerintah Daerah, sesama lembaga adat dan pemangku adat. Tugas Lembaga Adat adalah : Pasal 10 a. menggali dan menyusun kembali nilai-nilai adat budaya yang hidup ditengah masyarakat; b. melakukan pembinaan dan pengembangan nilai-nilai adat budaya kepada pemangku adat; c. menyelesaikan perselisihan yang menyangkut masalah adat budaya; d. memantau kegiatan yang berkaitan dengan sosial ekonomi yang mempergunakan label adat seperti nama kampung, rumah adat, pakaian adat, bahasa adat dan lambang-lambang adat. Bagian Keempat Pemangku Adat Pasal 11 Fungsi Pemangku Adat adalah mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan dan pelestarian adat budaya dalam hidup bernagari dengan pemerintah daerah, lembaga adat, sesama pamangku adat dan masyarakat adat. 5

Pasal 12 Pemangku Adat bertugas : a. menggali dan menyusun kembali nilai-nilai adat budaya, yang hidup ditengah masyarakat b. melakukan pembinaan dan pengembangan nilai-nilai adat budaya kepada anak kamanakan dan anggota masyarakat. c. memberi teladan dalam kehidupan anak kemenakan dalam hidup ber- Nagari Pasal 13 Pemberdayaan dan pelestarian dilakukan dengan cara : a. seminar; b. lokakarya/simposium; c. kelompok diskusi d. penyuluhan adat budaya dalam hidup bernagari dapat Pasal 14 Pelaksanaan lebih lanjut tentang pemberdayaan dan pelestarian adat budaya dalam hidup bernagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 secara teknis diatur oleh Walikota. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 15 Biaya pemberdayaan dan pelestarian adat budaya dalam hidup bernagari dapat bersumber dari : a. APBN, APBD Provinsi Sumatera Barat, APBD Kota Padang. b. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka semua Peraturan Daerah mengenai pemberdayaan dan pelestarian adat budaya dalam hidup bernagari di Kota Padang yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. 6

Pasal 17 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Padang. Ditetapkan di Padang pada tanggal 14 Desember 2012 WALIKOTA PADANG, d t o Diundangkan di Padang pada tanggal 14 Desember 2012 FAUZI BAHAR SEKRETARIS DAERAH KOTA PADANG d t o SYAFRIL BASYIR LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2012 NOMOR 18. 7

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG I. UMUM Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya serta nilai sosial dan budaya sepanjang masih hidup ditengah masyarakat. Adat dan nilai sosial budaya masyarakat terutama, nilai etika, moral dan adab, merupakan salah satu modal yang dapat dimanfaatkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan. Maka dalam upaya membangun dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkan aspek kepribadian, pengetahuan, sistem nilai dan dan adat istiadat maka perlu dilakukan upaya pemberdayaan dan pelestarian sesuai dengan karakteristik dari masyarakat adat. Dengan demikian pemberdayaan dan pelestarian adat budaya dalam hidup bernagari adalah untuk meningkatkan peran nilai-nilai adat dan budaya dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, kelangsungan pembangunan dan meningkatkan ketahanan nasional serta mendorong kesejahteraan masyarakat Kota Padang. Untuk melindungi, mengembangkan, memanfaatkan dan mempertahankan nilai-nilai, kaidah atau norma dan kegiatan sosial yang telah berurat dan berakar dalam kehidupan masyarakat serta menunjang kelangsungan pembangunan dan ketahanan nasional, diperlukan pengaturan tentang pemberdayaan dan pelestarian adat budaya dalam hidup bernagari di Kota Padang. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 8

Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 ayat (1) ayat (2) Pemberdayaan adalah bagaimana menanamkan adat istiadat itu dalam kehidupan keseharian masyarakat adat sehingga menyatu dalam jati dirinya. Pelestarian merupakan adat istiadat itu betul-betul lestari dalam kehidupan masyarakat. Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Yang dimaksud dengan mengkoordinasikan adalah mengkoordinir segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan pelestarian adat budaya yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat. Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Cukup jelas Cukup jelas Menyelesaikan perselisihan adalah yang menyangkut masalah sako dan pusako. Memantau adalah kegiatan pemasangan label adat yang tidak sesuai dengan norma adat yang dilakukan oleh masyarakat baik ethnis maupun non-etnis, 9

Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH TAHUN 2012 NOMOR 58. 10