Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat (Rahmawati & Ningsih, 2016). Angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

HUBUNGAN UMUR KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA. Asmawahyunita, Ita Rahmawati, Sri Sundarsih Pasni

HUBUNGAN KEHAMILAN LEWAT WAKTU DENGAN KEJADIAN BAYI LAHIR ASFIKSIADI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN NILAI APGAR BAYI BARU LAHIR DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia yaitu Worid Health Organization (WHO) telah membuat program-program untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. AKB sejak tahun Pada tahun 1991, diestimasikan AKB sebesar 68 per

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) (Di RSUD Kota Semarang Tahun )

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

HUBUNGAN PERSALINAN KALA I MEMANJANG DENGAN KESEJAHTERAAN JANIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

PERBEDAAN HASIL LUARAN BAYI ANTARA IBU PARITAS TINGGI DAN IBU PARITAS RENDAH

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN BAYI DENGAN ASFIKSIA DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

Transkripsi:

ISSN : 2339-1731 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Novisye Katiandagho 1,Kusmiyati 2. 1. RSUD Liun Kendage Tahuna 2, Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado, e-mail:kusmiyati98@yahoo.com ABSTRAK Latar belakang: Asfiksia merupakan salah satu penyebab kematian bayi baru lahir di negara berkembang. Di Indonesia dari seluruh kematian bayi 57% meninggal pada usia dibawah 1 bulan. Penyebabnya adalah BBLR (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum dan kelainan kongenital. Data dari RSUD Liun Kendage Tahuna kejadian asfiksia neonatorum pada tahun 2010 sebanyak 165 kasus, tahun 2011 sebanyak 218 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 132 kasus. Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Liun Kendage Tahuna Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan rancangan penelitian retrospective. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir yang terdiagnosis asfiksia dan tercatat di buku register persalinan tahun 2010-2012. Jumlah sampel adalah 515 bayi. Pengumpulan data menggunakan data sekunder. Analisa data menggunakan uji chi-square. Hasil : Hasil uji statistik menggunakan chi square pada tahun 2010 didapatkan nilai ρ = 0,016 untuk partus lama, ρ = 0,000 utk bayi prematur ( ρ < 0,05) artinya terdapat hubungan antara faktor partus lama dan bayi prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum. Pada tahun 2011 didapatkan nilai ρ = 0,016 untuk umur ibu, ρ = 0,002 untuk partus lama dan ρ = 0,011 untuk lilitan tali pusat (ρ < 0,05) artinya terdapat hubungan antara umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum. Pada tahun 2012 didapatkan nilai ρ = 0,003 untuk umur ibu, ρ = 0,001 untuk partus lama dan ρ = 0,024 untuk lilitan tali pusat ( ρ < 0,05 ) artinya terdapat hubungan antara umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum. Kesimpulan : Ada hubungan antara bayi prematur, umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Liun Kendage Tahuna. Kata Kunci : Bayi prematur, umur ibu, partus lama, lilitan tali pusat, asfiksia neonatorum PENDAHULUAN Kehamilan, persalinan dan Berdasarkan penelitian World Health menyusukan anak merupakan proses Organisation (WHO), di seluruh dunia alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa usia produktif. Bila terjadi gangguan per tahun dan kematian bayi khususnya dalam proses ini,baik itu gangguan neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per fisiologis maupun psikologis dapat tahun. Kematian bayi tersebut terjadi menimbulkan efek yang buruk tidak hanya terutama di negara berkembang sebesar 99 terhadap kesehatan ibu sendiri, tetapi membahayakan bagi bayi yang %. (2) Menurut laporan WHO dari 8 juta dikandungnya, bahkan tidak jarang kematian bayi di dunia 48% adalah menyebabkan kematian ibu. (1) kematian neonatal. Dari seluruh kematian neonatal, sekitar 60% merupakan kematian Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 28

ISSN : 2339-1731 bayi umur < 7 hari yang disebabkan oleh gangguan perinatal yang salah satunya adalah asfiksia. (3) Di negara berkembang, 3% dari semua bayi baru lahir ( 3,6 juta ) mengalami asfiksia sedang atau berat. Dari jumlah tersebut, sekitar 840.000 meninggal dan hampir dengan jumlah yang sama mengalami akibat lebih lanjut (epilepsi,retardasi mental) serta kecacatan pada manusia. Dewasa ini angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) masih tinggi dibandingkan dengan negara Asean lainnya seperti Malaysia 30/1000 kelahiran hidup, Thailand 97/1000 kelahiran hidup dan Singapura 9/1000 kelahiran hidup, Philipina 35/1000 kelahiran hidup, Brunai Darussalam 10/1000 kelahiran hidup. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228/100.000 kelahiran hidup, AKB 34/1.000 kelahiran hidup, AKN 19/1.000 kelahiran hidup. Masih menurut SDKI 2007 penyebab utama kematian neonatal dini adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) ( 35% ), asfiksia ( 33% ), tetanus ( 31% ) angka tersebut memberikan kontribusi cukup besar terhadap morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi sebanyak 57% meninggal pada usia < 1 bulan. Setiap 6 menit terdapat 1 bayi baru lahir (BBL) yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital. (4) Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam rahim yang berhubungan dengan faktor faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan dan setelah kelahiran (5) Faktor-faktor yang menyebabkan asfiksia diantaranya faktor ibu, faktor tali pusat dan faktor bayi. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia. (3) Sebagian kasus asfiksia pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia intrauterin, karena itu diagnosa dini pada penderita asfiksia mempunyai arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan dilakukan. Setelah bayi lahir diagnosis asfiksia dapat dilakukan dengan menetapkan nilai Apprearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration, (APGAR) penilaian menggunakan skor Apgar karena dengan cara ini derajat asfiksia dapat ditentukan sehingga penatalaksanaan pada bayi dapat disesuaikan dengan keadaan bayi. (5) Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara jumlah kematian bayi tahun 2010 sebanyak 260 dengan penyebab kematian asfikia 64 bayi, BBLR 56 bayi, kelainan kongenital 13 bayi dan penyebab lain 127. Tahun 2011 sebanyak 333 dengan penyebab kematian asfiksia 75 bayi, BBLR 70 bayi, pneumonia 11 bayi dan penyebab lain sebanyak 177. Pada tahun 2012 jumlah kematian bayi sebanyak 246 dengan penyebab asfiksia 57 bayi, BBLR 51 bayi, pneumonia 10 bayi, kelainan kongenital 21 dan penyebab lain 107. (6) Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe jumlah kematian bayi tahun 2010 Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 29

ISSN : 2339-1731 sebanyak 18 dengan penyebab BBLR 5 bayi, asfiksia 8 bayi, infeksii 2 bayi dan penyebab lain 3. Tahun 20111 sebanyak 16 kematian bayi dengan penyebab BBLR 7 bayi, asfiksia 3 bayi, infeksii 4 bayi dan penyebab lain 2. Sedangkann pada tahun 2012 jumlah kematian bayi sebanyak 23 bayi dengan penyebab BBLR 6, asfiksia 7 bayi, infeksi 4 bayi dan penyebabebab lain 6. (7) Berdasarkan studi pendahuluan di ruang bersalin dan neonati RSUD Liun Kendage Tahuna pada tanggalal 29 Januari 2013 dari buku register persalinan dan bayi diperoleh data asfiksia neonatorum pada tahun 2010 sebanyak 165 kasus dengan jumlah kematian 9 bayi. Tahun 2011 sebanyak 218 kasus dengan jumlah kematian 12 bayi dan pada tahun 2012 sebanyak 132 kasus dengan jumlah kematian 7 bayi yang disebabkan oleh asfiksia. Dari data-data di atas tampak jelas asfiksia masih merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi yang dominan, meskipun mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012. Kematian bayi dengan asfiksia belum diketahui faktor-faktor apa yang cenderung mengakibatkannya sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Liun Kendage Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian kohort retrospective. Populasi dalam penelitian ini yaitu bayi yang lahir dan terdiagnosis asfiksia di RSUD Liun Kendage Tahuna yang tercatat dalam buku register persalinan tahun 2010, 2011, 2012 sebanyak 515 bayi. Sampel penelitian diambil dari total populasi yaitu 515 bayi. Analisa data bivariat dilakukan dengan uji Chi Square. HASIL Analisis Univariate Analisis univariate menggambarkan distribusi frekuensi tiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 30

ISSN : 2339-1731 Tabel 1. Distribusi umur, paritas, hipertensi, partus lama, kehamilan postmatur,bayi prematur, BBLR, letak sungsang, lilitan tali pusat dan kejadian asfiksia di RSUD Liun Kendage Tahuna. Variabel 2010 2011 2012 n % n % n % Umur : <20 - > 35 Thn 20 35 Thn 30 135 18,18 81,82 56 162 25,69 74,31 40 92 30,31 69,69 Paritas : > 3 3 27 138 16,37 83,63 29 189 13,30 86,10 23 109 17,42 82,58 Hipertensi : 140/90 Mmhg < 140/90 Mmhg 18 147 10,91 89.1 31 187 14,22 85,78 16 116 12,12 87,88 Partus Lama : > 24 Jam 24 Jam 36 129 21,8 78.2 65 153 29,8 70,2 40 92 30,3 69,7 Kehamilan Postmatur : 42 Minggu < 42 Minggu 13 152 7,87 92,12 29 189 13,31 86,69 16 116 12,12 87,88 Bayi Prematur : < 37 Minggu > 37 Minggu 37 128 22,4 77,6 28 190 12,8 87,2 20 112 15,1 84,9 Bblr : < 2500 Gram 2500 Gram 19 146 11,5 88,5 29 189 13,3 86,7 17 115 12,88 87,12 Letak Sungsang : Letak Bokong/Kaki Letak Kepala 19 146 11,5 88,5 33 185 17,4 82,6 16 116 12,1 87,9 Lilitan Tali Pusat : Ada Tidak Ada 42 123 25,45 74,55 39 179 17,89 82,11 42 90 31,82 68,18 Kejadian Asfiksia : Berat Sedang 43 122 26,1 73,9 50 168 22,9 77,1 42 90 31,8 68,2 Sumber : Data Sekunder RSUD Liun Kendage Tahuna Tabel di atas menunjukkan bahwa tahun 2010, 177 orang (81,19%) tahun distribusi umur ibu yang terbanyak 2011, dan 109 orang (82,57%) pada tahun adalah 20 35 tahun yang berjumlah 135 orang (81,82%) pada tahun 2010, 162 2012. Jumlah ibu yang menderita hipertensi orang (74,31%) pada tahun 2011, dan 92 orang (69,69 %) pada tahun 2012. adalah 18 orang (10,99%) pada tahun 2010, 31 orang (14,22%) tahun 2010, dan Jumlah paritas ibu yang terbanyak 16 orang (12,12%) tahun 2012. adalah 3 yaitu 138 orang (83,63%) pada Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 31

ISSN : 2339-1731 Jumlah ibu yang mengalamimi partus lama sebanyak 36 orang (21,81%) pada tahun 2010, 65 orang (29,81%) pada tahun 2011, dan 40 (30,30%) orang pada tahun 2012. Jumlah ibu yang mengalami kehamilan postmatur adalah sebanyak 13 orang (7,87%) pada tahun 2010, 29 orang (13,31%) pada tahun 2011, dan 16 orang (12,12%) orang pada tahun 2012. Jumlah ibu yang melahirkan bayi prematur adalah sebanyak 37 orang (22,43%) pada tahun 2010, 28 orang (12,84%) pada tahun 2011, dan 20 (15,15%) pada tahun 2012. Ibu yang melahirkan bayi BBLR adalah sebanyak 19 orang (11,52%) pada tahun 2010, 29 orang (13,30%) pada tahun 2011 dan 17 orang (12,88%) pada tahun 2012. Jumlah ibu yang melahirkan bayi letak sungsang adalah sebanyak 19 orang 2. Analisis Bivariate Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi Square didapatkan hasil adanya hubungan antara partus lama, bayi (11,52%) pada tahun 2010, 33 orang (17,43%) pada tahun 2011 dan 16 orang (12,12%) pada tahun 2012 Jumlah ibu yang melahirkan bayi dengan lilitan tali pusat adalah sebanyak 42 ibu (25,49%) pada tahun 2010, 39 orang (17,89%) pada tahun 2011 dan 44 (33,33%) pada tahun 2012. Jumlah ibu yang bayinya mengalami asfiksia neonatorum berat adalah sebanyak 43 orang (26,06%), asfiksia neonatorum sedang 122 orang (73,94%) pada tahun 2010, asfiksi neonatorum berat 50 orang (22,94) asfiksia neonatorum sedang 168 orang (77,06%) pada tahun 2011, dan asfiksia neonatorum berat 42 orang (31,82%) asfiksia neonatorum sedang 90 orang (68,18%) pada tahun 2012 prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum.hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hubungan Partus Lama, Bayi Prematur, dan Asfiksia Neonatorum Tahun 2010 Lilitan Tali Pusat Dengan Kejadian Variabel Kejadian Asfiksia Neonatorum Total % Ρ Berat Sedang Partus Lama : 24 Jam < 24 Jam 15 28 34,9 65,1 21 101 17,2 82,8 36 129 21,8 78,2 0,016 Bayi Prematur : 37 Mgg > 37 Mgg 18 25 41,9 58,1 19 103 15,6 84,4 37 128 22,4 77,6 0,000 Lilitan Tali Pusat: Ada Tidak 15 28 34,9 65,1 27 95 22,1 77,9 42 123 25,4 74,6 0,099 Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 32

ISSN : 2339-1731 Tabel 3. Hubungan Umur Ibu, Partus Lama, dan Lilitan Tali Pusat Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Tahun 2011 Variabel Kejadian Asfiksia Neonatorum % Total BERAT SEDANG p Umur Ibu : Resiko Tinggi Tidak Beresiko 18 33 35,3 64,7 32 135 19,0 81 50 168 22,9 77,1 0,016 Partus Lama : 24 Jam < 24 Jam 22 29 43,1 56,9 36 131 21,6 78,4 58 160 26,6 73,4 0,002 Lilitan Tali Pusat: Ada Tidak 15 35 30 70 24 144 14,3 85,7 39 179 17,9 82,1 0,011 Tabel 3. di atas menunjukkan adanya hubungan antara umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum. Tabel 4. Hubungan Umur Ibu, Partus Lama dan, Lilitan Tali Pusat Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Tahun 2012 Variabel Kejadian Asfiksia Neonatorum % Total Berat Sedang p Umur Ibu : Resiko Tinggi Tidak Beresiko 20 22 47,6 52,4 20 70 22,2 77,8 40 92 30,3 69,7 0,003 Partus Lama: 24 Jam < 24 Jam 21 21 50 50 20 70 22,2 77,8 41 91 31,1 68,9 0.02 Lilitan Tali Pusat: Ada Tidak 19 23 45,3 54,7 23 67 25,6 74,4 42 90 31,8 68,2 0,024 Tabel 4. di atas menunjukkan adanya hubungan antara umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum. PEMBAHASAN Berdasarkan distribusi frekuensi menurut umur, sebagian besar ibu berada pada rentang umur 20 35 tahun. Umur 20 35 merupakan usia produktif bagi seseorang. Seorang wanita pada rentang usia 20-35 tahun pada umumnya telah memutuskan untuk menikah dan memiliki anak. Menurut teori dari segi kesehatan ibu yang berumur < 20 tahun rahim dan panggul belum berkembang dengan baik, begitu sebaliknya yang berumur > 35 tahun kesehatan dan keadaan rahim tidak sebaik seperti saat ibu berusia 20 35 tahun. Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan umur yang tidak reproduktif atau umur tersebut termasuk dalam resiko tinggi kehamilan. Umur pada Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 33

ISSN : 2339-1731 waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk menerimama tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda atau remaja dibawah usia 20 tahun akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini disebabkan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua yaitu diatas 35 tahun akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinan serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil. (8) Berdasarkan distribusi paritas sebagian besar ibu melahirkan anak dengan jumlah 3. Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Paritas yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalinan dan nifas. (11) Paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas > 4, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir. (11) Berdasarkan distribusi tekanan darah (hipertensi) sebagian besar ibu memiliki tekanan darah < 140/90 mmhg. Hipertensi menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang mengakibatkan kurangnya suplai darah ke plasenta sehingga terjadi hipoksia janin. Akibat lanjut dari hipoksia janin adalah gangguan pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida sehingga terjadi asfiksia neonatorum. Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kemudian disusul dengan pernapasan teratur dan tangisan bayi. Proses perangsangan pernapasan ini dimulai dari tekanan mekanik dada pada persalinan, disusul dengan keadaan penurunan tekanan oksigen arterial dan peningkatan tekanan karbondioksida arterial, sehingga sinus karotikus terangsang terjadinya proses bernapas. Bila mengalami hipoksia akibat suplai oksigen ke plasenta menurun karena efek hipertensi dan proteinuria sejak intrauterine, maka saat persalinan maupun pasca persalinan beresiko asfiksia. Berdasarkan distribusi partus lama sebagian besar ibu melahirkan dengan waktu < 24 jam. Partus lama menimbulkan efek berbahaya bagi ibu dan janin, beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan. Resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu sedangkan bahaya bagi janin semakin lama persalinan semakin tinggi morbiditas dan mortalitas Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 34

ISSN : 2339-1731 janin dan semakin sering pula terjadi keadaan asfiksia neonatorum (6) Semakin lama persalinan semakin tinggi morbilitas janin dan sering terjadi asfiksia akibat partus lama. Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi pada partus lama memerlukan perawatan yang khusus. Bahaya partus lama lebih besar lagi apabila kepala bayi macet di perineum untuk waktu yang lama dan tengkorak kepala janin terus terbentur pada panggul ibu. Pada partus lama kala II, bradikardia janin kadang terjadi ketika ibu menahan nafas dalam waktu lama, dan usaha mengejan ibu dapat meningkatkan tekanan terhadap kepala janin. Efek pada janin mengakibatkan oksigen dalam darah turun dan aliran darah ke plasenta menurun sehingga oksigen yang tersedia untuk janin menurun, pada akibatnya dapat menimbulkan hipoksia janin. (8) Berdasarkan distribusi kehamilan postmatur sebagian besar ibu melahirkan dengan usia kehamilan < 42 minggu. Pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan umur kehamilan melebihi 42 minggu kejadian asfiksia bisa disebabkan karena fungsi plasenta yang tidak maksimal lagi akibat proses penuaan sehingga mengakibatkan transportasi oksigen dari ibu ke janin terganggu. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan risiko 3 kali. (9) Berdasarkan distribusi bayi prematur paling banyak ibu melahirkan bayi dengan usia kehamilan > 37 minggu. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Makin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga semakin buruk. Karena masih belum berfungsinya organ-organ tubuh secara sempurna seperti sistem pernafasan. Timbulnya asfiksia pada bayi prematur disebabkan belum maksimalnya tingkat kematangan fungsi sistem organ tubuh tubuh sehingga sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan ektsrauterin. Kesukaran bernapas pada bayi prematur dapat disebabkan karena belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai maksimum pada minggu ke-35 kehamilan. (13) Hal serupa juga dikemukakan oleh Wiknjosastro bahwa asfiksia neonatorum disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. Berdasarkan distribusi BBLR paling banyak ibu melahirkan bayi dengan berat badan 2500 gram. Bayi berat lahir rendah mempunyai masalah antara lain : pusat pengaturan pernapasan dan alat pencernaannya belum sempurna, kemampuan metabolisme panas masih rendah sehingga dapat berakibat terjadinya asfiksia, asidosis dan dan mudah terjdi infeksi. Bayi yang dilahirkan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 35

ISSN : 2339-1731 yang baru, sehingga berakibat pada terhambatnya pertumbuhanuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya, selain itu juga akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Berdasarkan distribusi letak sungsang paling banyak ibu melahirkan bayi dengan letak kepala. Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi dibandingkan letak kepala (10) Hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin lebih 8 menit setelah umbilikus lahir akan membahayakan kehidupan janin selain itu jika janin bernapas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena mukus yang terhisap dapat menyumbat jalan napas. Berdasarkan distribusi lilitan tali pusat paling banyak ibu melahirkan bayi tidak ada lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat dapat menimbulkan bradikardia dan hipoksia janin, dan bila jumlah lilitan lebih dari sekali akan meningkatkan mortalitas perinatal. Lilitan tali pusat yang erat menyebabkan gangguan atau kompresi pada pembuluh darah umbilical, dan bila berlangsung lama akan menyebabkan hipoksia janin. Faktor tali pusat pendek dan simpul tali pusat tidak ditemukan pada data sekunder meskipun kedua faktor tersebut ada pada teori. Berdasarkan distribusi asfiksia neonatorum yang paling banyak ibu melahirkan bayi dengan asfiksia sedang. Menurut Fani, asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran gas dan pengangkutan O 2 dari ibu ke janin, sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O 2 dan dalam menghilangkan CO 2 sehingga berakibat O 2 tidak cukup dalam darah yang disebut hipoksia dan CO 2 tertimbun dalam darah yang disebut hiperapnea. Akibatnya dapat menyebabkan asidosis tipe respiratorik atau campuran dengan asidosis metabolik Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (13) Berdasarkan hasil analisis bivariate hubungan bayi prematur dan partus lama dengan kejadian asfiksia tahun 2010 menunjukan adanya hubungan antara bayi prematur dan partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum. Pada tahun 2011 faktor yang dominan adalah umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum. Pada tahun 2012 faktor yang dominan adalah umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum. Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 36

ISSN : 2339-1731 Umur ibu adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Katriningsih (2009) di Boyolali dengan judul penelitian hubungan antara faktor ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Pandan Arang Kabupaten Boyolali dimana umur ibu mempunyai nilai ρ = 0,006 ( ρ < 0,05 ). Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahrudin (2003) dengan judul penelitian analisis beberapa faktor resiko kejadian asfiksia neonatorum di Kabupaten Purworejo tahun 2003 dimana umur ibu mempunyai nilai ρ = 0,019 ( ρ < 0,05 ) artinya ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum. Partus lama juga merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2000) di Rangkasbitung dengan judul penelitian hubungan persalinan lama dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSP Wahidin Sudirohusodo dimana ditemukan bahwa ibu yang mengalami partus lama memiliki resiko 8,364 kali lebih besar untuk mengalami asfiksia neonatorum pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami partus lama. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya di Makassar dengan judul penelitian faktor resiko kejadian asfiksia neonatorum di RSIA Siti Fatimah Makassar dimana ditemukan bahwa ibu yang mengalami partus lama memiliki resiko 5,602 kali lebih besar untuk mengalami asfiksia neonatorum pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami partus lama, artinya ada hubungan antara partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum. Bayi prematur merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rina Puspita Amri (2009) dengan judul penelitian hubungan persalinan preterm dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Pariaman tahun 2008 dimana terdapat hubungan yang bermakna antara bayi yang lahir prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum ( X 2 hitung = 25,91 > X 2 tabel = 3,841 ). Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Fani Martha Selly (2010) dengan judul penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2010 dimana bayi prematur mempunyai hubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum ρ value = 0,000 ( ρ < 0,05 ) artinya ada hubungan antara partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum. Faktor tali pusat merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum meskipun pada tahun 2010 tidak terdapat hubungan antara faktor tali pusat dengan kejadian asfiksia tetapi pada tahun 2011 dan 2012 terdapat hubungan antara faktor tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum. Pada dasarnya lilitan tali pusat tidak terlalu membahayakan, lilitan tali pusat menjadi berbahaya ketika memasuki proses persalinan dan terjadi kontraksi rahim atau mulas dan kepala janin mulai turun memasuki saluran persalinan, lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 37

ISSN : 2339-1731 pada pembuluh pembuluhuh darah tali pusat, akibatnya suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi akan berkurang dan mengakibatkan bayi menjadi sesak napas dan hipoksia. KESIMPULAN Ada hubungan antara bayi prematur, umur ibu, partus lama dan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Liun Kendage Tahuna DAFTAR PUSTAKA 1. Prasetyawati, (2012). Kesehatan Ibu dan Anak. Nuha Medika. Jakarta 2. Manuaba,I. B. G, (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikanikan Bidan. EGC. Jakarta 3. Ahmad. 2000. (http://ww http://www.digilibww.digilib ui ac id/file=pdf Hubungan persalinan lama dengan kejadian asfiksia neonatorum orum di RSP Wahidin Sudirohusodo.Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin,Makassar. diakses tanggal 18 juni 2013) 4. Departemen Kesehatan RI. (2008). Buku Acuan Persalinan Normal. DepKes RI. Jakarta. 5. Mochtar,R. (2011). Sinopsis Obstetri Jilid 2. Edisi 3. EGC. Jakarta 6. Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara, (2010). Manado 7. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe, (2012). Tahuna 8. Prawirohardjo, (2002). Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 9. Fani,M,S. (2010). ( http://www.repository.ac.unand.faktor-faktortp://www.repository.ac.unand.faktor-faktor yangberhubungan dengan kejadian asfiksia a neonatorum di RSUP Dr.M Djamil Padang tahun 2010. Diakses tanggal 19 juni 2013) 10. Nugroho,T. (2012). Patologi Kebidanan. Nuha Medika. Yogyakarta 11. Surasmi,A. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Rineka Cipta. Jakarta 12. Fahrudin. 2003. (http://www.eprints.undip.ac.id.analisisww.eprints.undip.ac.id.analisis beberapa faktor resiko kejadian asfiksia neonatorum di kabupaten purworejo tahun 2003. Diakses tanggal 18 juni 2013) 13. Asri,D,Clervo,C. (2010). Asuhan Persalinan Normal. Nuha Medika. Jakarta Volume 3 Nomor 2. Juli Desember 2015 38