WIDA YULIA WARDANI,2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ialah dengan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka. menghasilkan perubahan yang positif dalam diri anak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sektor utama dalam pembangunan di setiap

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan. pembentukan anak-anak sekolah yang merupakan generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. didik usia enam sampai dengan dua belas tahun, dididik untuk menjadi. selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi. (UUSPN, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. depan suatu bangsa karena kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Kemampuan. hidupnya. Tanpa dunia luar manusia akan mati.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. edukatif untuk mencapai tujuan tertentu baik bersifat akademis maupun nonakademis

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar (SD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. gejala,menjelaskannya,dan mengambil manfaat dari pengetahuannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. atur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 1989 Bab III. memperoleh Pendidikan, kemudian pada pasal 6 berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kondusif agar siswa mampu menyerap materi yang diberikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia guna

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar dan melatih siswanya. Agar mampu melaksanakan tugas tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lina Nurliana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di sekolah dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan mengoptimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestarikan nilai-nilai luhur sosial kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalam sejarah bangsa tersebut. Serentak dengan itu, melalui pendidikan juga diharapkan dapat di tumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun dari luar masyarakat yang bersangkutan. Pendidikan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan itu sendiri. Dalam UU nomor 2 tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan UU nomor 29 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan dalam arti sempit merupakan kegiatan pengajaran yang diselenggarakan sekolah secara formal yang bersifat kelembagaan agar peserta didik mempunyai kemampuan tertentu dalam melaksanakan hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka serta menguasai pengetahuan sesuai tuntutan zaman. Undang-undang sistem pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan Tuhan Yang Maha

2 Esa dan berbudi luhur, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa. Sehubungan pendidikan sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Pentingnya peningkatan pendidikan karena mempunyai tujuan yang akan dicapai mulai dari tujuan pendidikan nasional sampai pada tujuan pendidikan yang ruang lingkupnya sempit seperti tujuan pembelajaran khusus atau indikator hasil belajar yang harus dikembangkan oleh guru dalam setiap pembelajaran. Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai seperangkat fakta yang harus dihafal. Sehingga hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya tetapi pada kenyataanya mereka tidak memahami secara mendalam substansi materinya. Orientasi pendidikan selama ini cenderung menitikberatkan pada penguasaan materi semata, yang terbukti keberhasilan hanya terjadi pada kompetensi jangka pendek tetapi gagal membekali anak dalam memecahkan masalah atau persoalan jangka panjang. Berbagai pembaharuan yang dilakukan pemerintah guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan perlu di tingkatkan lagi, tidak hanya dalam kurikulum saja tetapi juga dalam mata pelajarannya, tidak terkecuali pada mata pelajaran matematika. Tujuan tersebut dapat dicapai salah satunya melalui pelaksanaan pembelajaran matematika disekolah. Karena salah satu pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh manusia adalah pendidikan matematika. Tanpa bantuan matematika kiranya tidak mungkin dicapai kemajuan yang begitu pesatnya baik dalam bidang obat-obatan, ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan khususnya ilmu pengetahuan, matematika dianggap sebagai ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika adalah ilmu yang berkembang sejak ribuan tahun yang lalu dan tumbuh subur hingga kini. Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa mempunyai kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat digunakan dalam menghadapi masalah-masalah di berbagai bidang kehidupan. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Rendahnya prestasi matematika

3 disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komperhensif atau secara parsial dalam matematika. Pelajaran matematika yang selama ini memang dianggap sulit oleh mayoritas peserta didik. Bedasarkan pengalaman penulis ketika melaksanakan kegiatan PLP di SDN.Kubangsari Kabupaten Cianjur,cenderung peserta didik tidak memiliki masalah baik dalam proses maupun dalam pemahaman konsep dalam pelajaran matematika, hal ini terlihat dari hasil belajar mereka yang kebanyakan berada dibawah KKM. Hal tersebut harus dicari jalan keluarnya sebab akan berdampak negatif terhadap pelajaran lainnya. Kegiatan belajar mengajar merupakan proses pendidikan secara keseluruhan yang mengandung serangkaian aktivitas guru dan siswa sebagai komponen pendidikan. Begitu pula dengan pembelajaran Matematika yang sangat diperlukan bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, namun proses pembelajaran yang tidak dirancang sebaik mungkin dapat mengakibatkan peserta didik cenderung diam dan tidak aktif. Peserta yang paling menonjol yaitu siswa yang kurang kreatif dan terlibat dalam proses pembelajaran, kurang memiliki inisiatif dan kontributif baik secara intelektual maupun secara emosional, sehingga intelegensia yang dimilikinya hanya sebatas dari faktor pembawaan sejak lahir. Ungkapan para pakar (Somerset dan Suryanto, 1996; Schoenfeld, 1991; Wilson dan Yuwono, 2000; Tom Goris, 1998; Soedjaji, 2001; Marpaung, 1999, dll) yang menjelaskan tentang fenomena kegitan pembelajaran saat ini yaitu : Pembelajaran Matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru adalah pendekatan konvensional, yakni ceramah, Tanya jawab dan pemberian pada behaviorist atau srtukturalist ; Pengajaran Matematika secara tradisional mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran.; Pembelajaran Matematika yang berorientasi pada psikologi perilaku dan strukturalist, yang lebih menekankan hafalan dan drill merupakan penyiapan yang kurang baik untuk kerja profesional para siswa nantinya; Kebanyakan guru mengajar dengan buku paket sebagai resep, mereka mengajarkan Matematika halaman perhalaman sesuai dengan apa yang tertulis di buku paket. Banyak cara yang dapat dilakukan agar pembelajaran matematika berhasil dengan baik. Perbaikan sarana dan prasarana belajar serta pengembangan dan peningkatan pembelajaram merupakan salah satu yang dapat dilakukan agar pelaksanaan pembelajaran

4 berjalan lancar dan mencapai hasil yang baik. Dalam hal ini guru harus mampu memilih dan menggunakan berbagai komponen yang berhubunagn dengan proses pembelajaran agar siswa termotivasi dan hasil belajarnya meningkat. Diantara komponen yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran adalah penerapan model pembelajaran yang efektif dan efisien.penerapan model pembelajaran yang tepat akan memperlancar jalannya pembelajaran sehingga mencapai hasil yang baik. Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa suatu keadaan kepada keadaan baru yang lebih baik. Pemilihan model atau metode pembelajaran tersebut didasarkan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan taraf berfikir yang berbeda-beda, sehingga pemilihan model atau metode yang tepat akan membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran sesuai dengan target yang ditempuh dalam kurikulum. Guru memegang peranan penting dalam memilih model pembelajaran karena guru sebagai figure sentral dalam pembelajaran sehingga berbagai permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar harus diatasi dengan baik. Oleh karena itu, guru harus mencari jalan keluarnya termasuk memilih model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran tradisional dirasakan sudah tidak relevan dengan situasi dan kondisi saat ini sebab lebih berpusat pada guru, sedangkan peserta didik lebih bersifat pasif. Hal ini seperti dikemukakan oleh Ruseffendi (2005:17) yaitu sebagai berikut : metode mengajarkan Matematika tradisional terutama berorientasi pada dunia guru. Guru-guru yang baik ialah guru yang dapat mengajarkan program yang sudah tetap dan baik. Dalam metode baru kita mengubah dari situasi guru mengajar kepada pengalaman murid, dari dunia guru kepada dunia murid. Mengorganisir sekolah bukan untuk kita mengajar tetapi untuk anak-anak belajar. Guru yang modern adalah orang yang mengayom proses belajar anak. Bedasarkan pendapat tersebut, model pembelajaran yang digunakan harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam belajar sehingga pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika meningkat. Siswa harus diperlakukan seperti anak-anak yang mempunyai sifat ingin tahu, ingin mencoba, dan aktif dalam melakukan berbagai aktifitas belajar. Hasil pengkajian penulis terhadap berbagai model pembelajaran Matematika, model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan model yang dapat dijadikan alternatif pemebelajaran yang memiliki konsep memberdayakan peserta didik untuk aktif dalam belajar. Model ini berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep

5 pembelajaran matematika sehingga mendapatkan hasil dan nilai yang baik,selain itu akan timbul pula minat yang tinggi dalam belajar matematika. Kelemahan model ini yaitu apabila siswa yang lemah dalam memahami materi pelajaran, maka akan mengalami masalah dalam menjelaskan, membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan menyempurnakan jawaban temannya. Sehubungan dengan kelemahan tersebut, maka penelitian ini akan menguji cobakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada pembelajaran matematika. Adapun judul penelitian ini yaitu Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Siswa. B. Rumusan Masalah Rumusan penelitian ini adalah sbb : 1. Bagaimana Penerapan pembelajaran matematika pada konsep bilangan pecahan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing di kelas V SDN. Kubangsari? 2. Bagaimana peningkatan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika pada konsep bilangan pecahan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing di kelas V SDN.Kubangsari? 3. Bagaimana peningkatan pemahaman Konsep bilangan pecahan setelah menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada pembelajaran matematika di kelas V SDN.Kubangsari? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sbb : 1. Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran matematika pada konsep bilangan pecahan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing. 2. Untuk meningkatkan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika pada konsep bilangan pecahan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing. 3. Untuk mendeskripsikan peningkatan pemahaman konsep pembelajaran matematika pada konsep bilangan pecahan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.

6 D. Manfaat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khalayak umum, adapun manfaat yang diperoleh adalah sbb : 1. Bagi siswa, meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa, juga meningkatkan komunikasi, kemampuan berpendapat, bertanya dan berkreasi. 2. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan suatu pengalaman dan wawasan dalam strategi dan pola pembelajaran matematika, sehingga dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melengkapi sarana dan prasarana belajar dalam menunjang peningkatan kualitas belajar. 4. Bagi peneliti, agar memiliki pengetahuan yang luas tentang metode pembelajaran dan memiliki keterampilan untuk menerapkan, khususnya dalam pembelajaran matematika. E. Hipotesis Tindakan Jika model pembelajaran snowball throwing diterapkan dengan tepat dalam proses pembelajaran pada materi bilangan pecahan, maka pemahaman konsep belajar siswa kelas V akan meningkat. F. Definisi Operasional A. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing Model pendididkan alternatif yang berdasarkan kepada kebersamaan yang disebut dengan pendidikan kooperatif (cooperative learning). Falsafah yang mendasari model pembelajaran ini adalah falsafah homo homini socius,yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial, kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka pendekatan model pembelajaran tipe snowball throwing merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat kongkrit(terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas belajar mencoba melakukan dan mengalami sendiri. Dan bagi guru atau pengajar sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan agar bisa hidup dan berkresi dari apa yang dipelajarinya.

7 B. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang berkaitan pada materi konsep dasar pecahan setelah memperoleh pembelajaran. Pemahaman ini diukur dengan menggunakan test setelah pembelajaran dilaksanakan. C. Bilangan Pecahan Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai p/q, dengan p dan q adalah bilangan bulat dan q#0. Bilangan p disebut pembilang dan bilangan q disebut penyebut.pecahan dapat dikatakan senilai apabila pecahan tersebut mempunyai nilai atau bentuk paling sederhana sama.