BAB I PENDAHULUAN SOLO RACQUET SPORTS CENTER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Medan Tennis Center- Structure as Architecture BAB I PENDAHULUAN

REDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sepak Bola: Stadion: a. b.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BULUTANGKIS USIA DINI DI SEMARANG TUGAS AKHIR PERIODE 127/49 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. moral manusia. Olahraga bukan hanya sekedar hobi, tapi olahraga sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL

REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mental, manusia juga dapat saling berinteraksi dengan sesamanya dan dengan

SEMARANG INLINE SPEED SKATE AREN

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KOMPLEKS GEDUNG OLAHRAGA DI WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Pendidikan Atlet Binaan

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SOLO FUTSAL CENTER

REDESAIN STADION MANAHAN SURAKARTA SEBAGAI STADION SEPAKBOLA INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kelayakan Proyek Ketersediaan Fasilitas Olahraga Di Atambua

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

STADION SEPAKBOLA DI KABUPATEN PASURUAN (Sebagai Homebase Persekabpas)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Redesain. Stadion. Satria. Integrasi. Fasad. Tabel I.1.1 Pengertian Judul Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

Kolam Renang Indoor Universitas Diponegoro - Tugas Akhir 135 LP3A BAB I PENDAHULUAN

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

T U G A S A K H I R 1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SPORT CENTER

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

PUSDIKLAT BULUTANGKIS DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Solo International Futsal Academy Solo International Futsal Academy

BAB 1 PENDAHULUAN RE-DESAIN STADION CANDRADIMUKA KEBUMEN

BAB V KESIMPULAN. Olahraga bulutangkis..., Hary Setyawan, FIB UI, Universitas Indonesia. Universitas Indonesia

PERERENCANAAN GELANGGANG OLAHRAGA DI KAWASAN HUTAN KOTA BEKASI BAB I PENDAHULUAN

GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA

AKADEMI SEPAKBOLA INTERNASIONAL LIVERPOOL FC MEDAN 04/24/2014 BAB 1 PENDAHULUAN

Ichsan Ahmadi

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga olahraga menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya tuntutan akan hidup sehat disaat sekarang ini, membuat banyak

PUSAT PELATIHAN BASKET KLUB SAHABAT SEMARANG BAB 1 PENDAHULUAN

KOMPLEK STADION SEPAKBOLA DI JEPARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan

KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG

BAB I PENDAHULUAN PUSAT PELATIHAN NASIONAL ATLET PARALIMPIK I - 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Arti judul Surakarta Golf Club a. Surakarta b. Golf c. Club Arti keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aquatic Arena di Yogyakarta

STADION UNIVERSITAS DIPONEGORO DI SEMARANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KOMPLEK STADION SEPAKBOLA DI REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jenis Proyek : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Bulutangkis Di Maguwoharjo, Yogyakarta.

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG OLAH RAGA DI SEMARANG BARAT

BAB II TINJAUAN OBYEK RANCANGAN. Sekolah : sebuah tempat dimana terjadinya proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. (

SPORTS CENTER DI KOTA TANGERANG

STUDIO TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1. Pusat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Revitalisasi GOR Trilomba Juang Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Tabel 1. 1 Pertumbuhan Jumlah Pelajar di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 3 METODE PERANCANGAN. aktifitas olahraga, hal itu disebabkan karena kurangnya fasilitas yang ada.

MEMBIDIK PRESTASI MELALUI PARTISIPASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arjuna Joi Bowl & Pool Arjuna Joi Bowl & Pool

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan medali tiap cabang olahraga pada SEA GAMES 2011

REDESAIN STADION SEPAKBOLA KOTA BEKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO PUSAT OLAHRAGA TENIS DI SEMARANG TUGAS AKHIR YUDA PRATAMA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN/PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

2015 PENGARUH PENGGUNAAN RAKET HEAD-HEAVY DAN HEAD-LIGHT TERHADAP HASIL FOREHAND GROUNDSTROKE PADA CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PEMBINAAN OLAHRAGA MAHASISWA MENUJU POMNAS ACEH 2015

GEDUNG PERSATUAN BULUTANGKIS SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. banyak digemari orang, dari usia anak-anak sampai orang dewasa bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENTINGNYA OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. Gelanggang Olahraga Bulutangkis Di Sleman D.I.Yogyakarta Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk yang cukup besar, berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Disamping dimainkan secara tim, permainan sepak bola sangat menarik karena

meningkat dari tahun 2013 dengan jumlah atlet 250, tahun 2014 dengan jumlah atlet 297, dan pada tahun 2015 dengan jumlah atlet renang 311.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL SOLO : nama Kota di Provinsi Jawa Tengah Indonesia RACQUET : alat untuk memukul bola, pada ujungnya berbentuk bidang oval (bulat telur) berjaring (dari bahan nilon), bergagang, dan dilengkapi dengan pegangan. 1 SPORTS : gerak badan untuk menguatkan atau menyehatkan tubuh. 2 CENTER : suatu bangunan atau tempat yang digunakan untuk suatu kegiatan tertentu. 3 Berdasarkan pengertian diatas, maka Solo Racquet Sports Center merupakan pusat kegiatan olah raga yang menggunakan raket yang terletak di kota Solo. Adapun olah raga raket yang tersedia di sini adalah badminton, tenis, tenis meja dan squash. 1.2. LATAR BELAKANG Olah raga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olah raga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis manusia guna mengembangkan ketahanan yang bersifat menyeluruh, pembentukan ketrampilan hidup, ketrampilan sosial, ketrampilan berfikir, pembentukan prestasi, penghayatan nilai-nilai sportifitas, nilai-nilai moral dan estetika. 4 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online 2 Ibid 3 http://www.artikata.com 4 MHD Rahardiansyah. Medan Racquet Sport Center (Arsitektur High Tech). USU. 1

Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 olah raga terbagi atas : 1) Olah raga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olah raga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, ketrampilan, dan kebugaran jasmani. 5 2) Olah raga rekreasi adalah olah raga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan. 6 3) Olah raga prestasi adalah olah raga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. 7 4) Olah raga amatir adalah olah raga yang dilaksanakan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga. 8 5) Olah raga profesional adalah olah raga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain didasarkan atas kemahiran berolahraga. 9 6) Olah raga penyandang cacat adalah olah raga yang khusus dilakukan sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan/atau mental seseorang. 10 Pada masa sekarang ini olah raga juga memberikan pengaruh bagi citra suatu bangsa dan negara. Negara yang memiliki prestasi di banyak bidang olah raga akan menaikkan citra negara tersebut. Berbicara mengenai olah raga berprestasi, cabang olah raga yang dapat mengharumkan nama 5 Undang-undang Republik Indonesia No.3 tahun 2005. 6 Ibid. 7 Ibid. 8 Ibid. 9 Ibid. 10 Ibid. 2

bangsa Indonesia adalah Badminton atau Bulutangkis. Olah raga ini merupakan salah satu cabang yang memperoleh medali emas pada Olimpiade Athena. Susi Susanti dan Alan Budikusuma merupakan atlit yang dapat menyumbangkan medali emas pada olimpiade. Bulutangkis juga sangat digemari oleh masyarakat Indonesia dan merupakan olah raga yang paling sering dimainkan di Indonesia. Selain bulutangkis, olah raga lain yang cukup membawa harum nama Indonesia di mata dunia adalah tennis. Petenis Yayuk Basuki merupakan petenis Indonesia yang pernah masuk peringkat 20 besar dunia, yaitu posisi ke-19 untuk bagian tunggal dan ke-9 untuk bagian ganda. 11 Itu merupakan prestasi yang sangat membanggakan. Pada cabang tenis meja, Indonesia cukup disegani di kawasan Asia Tenggara. Ketiga cabang olah raga ini merupakan cabang olah raga yang membuat harum bangsa Indonesia di mata dunia. Bedasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional, disebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan prasarana olah raga. 12 Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kemampuan, prestasi serta kecintaan masyarakat Indonesia pada umumnya dan Solo pada khususnya, diperlukan suatu bangunan yang dapat berfungsi sebagai pusat olah raga terpadu yang menggunakan raket. 1.2.1. Sejarah Olah raga Kota Solo 13 Kota Solo sukses menyelenggarakan berbagai ajang olah raga yang sekaligus menjadi tonggak perubahan dan berdampak bagi olah raga nasional, seperti halnya yang terjadi baru baru ini, kota Solo dinilai sukses menyelenggarakan Kongres Luar Biasa Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang kemudian menghasilkan kepengurusan baru menggantikan Nurdin Halid. 11 http://id.wikipedia.org/wiki/yayuk_basuki. 12 Undang-undang Republik Indonesia No.3 tahun 2005. 13 http://pumastudios.blogspot.com/2012/01/solo-kota-olahraga-indonesia.html 3

Sejarah peristiwa olah raga di kota Solo sendiri mungkin telah berlangsung lama, namun harus dicatat beberapa peristiwa penting di kota ini, di era Kesultanan Surakarta, lokasi yang kini dikenal dengan Stadion Manahan, rupanya dulu merupakan lapangan yang dikhususkan untuk berlatih dan mengadakan turnamen memanah, lapangan ini kemudian beberapa kali berubah fungsi, dan kini menjadi sebuah stadion yang menjadi ikon olah raga di Solo. Kemudian di daerah Balapan, Solo, dahulunya terdapat arena pacuan kuda yang dilengkapi tribun pada masa masa K.G.P.A.A. Mangkunegara IV, dengan kandang-kandang kuda yang juga banyak terdapat di daerah Kestalan dan Setabelan. Bahkan di kompleks keraton Surakarta, lapangan alun-alun ketika malam hari dahulu kerap kali difungsikan sebagai sarana permainan sepakbola dan kawasan sosial bagi masyarakat kota Solo. Kemudian pada tahun 1932 Sri Susuhunan Paku Buwono X berinisiatif untuk membangun sebuah stadion untuk kegiatan olah raga kerabat Karaton dan kalangan pribumi. Stadion ini merupakan stadion pertama yang dibangun oleh bangsa Indonesia. Sedangkan stadion-stadion lain saat itu dibangun oleh orang Belanda. Orang nomor satu yang terkenal sangat menaruh perhatian terhadap sepakbola ini memberikan lokasi di Kebun Suwung (Kelurahan Sriwedari). Stadion yang berbentuk oval dan dilengkapi dengan trek untuk bermain atletik dan lampu sorot di setiap sudut ini selesai pada tahun 1933. Stadion yang diberinama Stadion Sriwedari ini kemudian menjadi kandang klub sepakbola Persis Solo yang pada awal berdirinya pada tahun 1923 masih bernama Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB). Pada masa revolusi kemerdekaan, kota Solo juga menyelenggarakan tonggak peristiwa olah raga terpenting di Indonesia, pada tanggal 9 September 1948, kota Solo dipercaya untuk menyelenggarakan Pekan Olah raga Nasional (PON) I oleh Persatuan Olah raga Republik Indonesia (PORI), pada saat itu Solo telah memenuhi semua persyaratan pokok dengan adanya Stadion Sriwedari yang dilengkapi dengan kolam renang. 4

Pada saat itu Stadion Sriwedari termasuk kota dengan fasilitas olah raga yang terbaik di Indonesia. Selain itu seluruh pengurus besar PORI berkedudukan di Solo sehingga hal inilah yang menjadi bahan-bahan pertimbangan bagi konferensi untuk menetapkan Kota Solo sebagai kota penyelenggara Pekan Olah raga Nasional Pertama. Peristiwa ini juga membuktikan kepada Internasional kalau Indonesia mampu melaksanakan event olah raga berskala nasional disaat Indonesia masih dalam kondisi terjajah dan diambang perpecahan sebagai akibat adanya Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. Sebagai catatan, PON I ini diikuti oleh lebih dari 600 atlet dengan mempertandingkan 9 cabang olah raga, dan kemudian hari pembukaan PON I ini dijadikan sebagai Hari Olah raga Nasional. Di era modern, Kota Solo juga menyelenggarakan beberapa event pertandingan nasional dan internasional, pada tahun 1989, disponsori oleh Yayasan Ibu Tien Soeharto, dibangunlah Stadion Manahan dan Komplek Olah raga Sasana Krida Kusuma yang baru selesai pembangunannya dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1998, Stadion standar Internasional yang berkapasitas 35.000 orang ini kemudian digunakan oleh Klub Arseto Solo dan Solo FC, kota Solo juga sering dijadikan Home Ground bagi Tim Nasional Sepakbola Indonesia untuk berlatih dan melakukan pertandingan uji coba dengan Tim Lokal maupun Internasional. Selain itu kota Solo juga memiliki satu-satunya klub basket profesional di Jawa Tengah, yaitu Bhinneka Solo yang bermarkas di GOR Bhinneka, yang kini berganti nama menjadi Stadion Sritex. Perkembangan terakhir, Kota Solo Pada tanggal di Solo juga menyelenggarakan pembukaan Liga Premier Indonesia (LPI) yang dianggap sebagai Liga tandingan dari Liga Sepakbola Profesional yang diadakan oleh PSSI mengadakan Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia pada tanggal 9 Juli 2011yang menghasilkan keputusan untuk mengganti ketua dan pengurus PSSI yang baru untuk menggantikan Nurdin Halid dan pengurus yang lama. Dalam kongres ini Djohar Arifin Husein 5

dan Farid Rahman akhirnya menjadi Ketua Umum dan Wakil Ketua PSSI periode 2011-2015. Melihat perkembangan dan sejarah Kota Solo sebagai barometer perkembangan olah raga nasional, memang layak agaknya jika Kota Solo dinobatkan oleh pemerintah sebagai Kota Olah raga Indonesia sehingga diharapkan dapat berdampak positif bagi perkembangan keolahragaan di Indonesia. Kota Solo sering ditunjuk untuk menyelenggarakan pertandingan olah raga baik tingkat nasional maupun internasional, diantaranya Indonesia Open 1997 dihelat di Surakarta pada 16-20 Juli 1997, Kejurnas Perseorangan dan Musyawarah Kerja Nasional PB PBSI, 13-17 November 2007 di GOR Bhinneka dan Manahan, turnamen tenis kursi roda internasional BII Indonesia Open 2011 di lapangan tenis Gelora Manahan Solo pada tanggal 28-30 Oktober 2011. Selain itu Solo juga ditunjuk sebagai tempat pemusatan latihan nasional (Pelatnas) para atlet yang dipersiapkan ASEAN Para Game VI yang di selenggarakan di Solo pada 15-20 Desember 2011. 14 Berbagai macam pertandingan olah raga sudah pernah dilaksanakan di Solo, padahal di kota Solo belum ada fasilitas yang memadahi untuk melaksanakan pertandingan itu. Selama ini untuk melaksanakan pertandingan olah raga bulutangkis, tenis, tenis meja, dilaksanakan dengan cara menumpang di gor basket atau menggunakan fasilitas yang seadanya. 1.3. PERMASALAHAN 1.3.1. Permasalahan Umum Bagaimana merencanakan Solo Racquet Sport Center yang mampu mewadahi kegiatan olah raga raket bagi pengguna (dalam kondisi normal dan cacat) yang bersifat rekreatif, edukatif, dan profesional. 14 http://www.aseanparagames.com 6

1.3.2. Permasalahan Khusus a. Bagaimana menentukan lokasi dan site yang strategis dan sesuai untuk mendukung keberadaan Solo Racquet Sport Center ini. b. Bagaimana merencanakan Solo Racquet Sport Center dengan penekanan pada kenyamanan dan aksesibilitas. c. Bagaimana menentukan fasilitas-fasilitas penunjang yang dapat mendukung turnamen tingkat nasional. 1.4. TUJUAN Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut: 1) Memberi wadah bagi pengembangan, pembinaan, dan pelatihan olah raga raket khususnya olahraga yang dikompetisikan antara lain badminton, tenis, dan tenis meja, dengan penyediaan fasilitas olah raga raket berstandar nasional yang dapat digunakan oleh atlit dan masyarakat umum. 2) Merencanakan fasilitas yang dapat menampung kegiatan olah raga raket, baik aktivitas maupun fasilitasnya, sehingga penyelenggaraan kegiatan dapat dilakukan secara efisien. 3) Memberikan wadah bagi masyarakat umum, dengan fasilitas olah raga yang berbeda, dengan dipadukannya ruang-ruang olah raga dengan ruang-ruang hiburan. 1.5. SASARAN 1) Mendapatkan sistem perencanaan dan perancangan Solo Racquet Sport Center yang bertaraf nasional. 2) Mendapatkan ketentuan yang harus dipenuhi dalam konsep perencanaan dan perancangan Solo Racquet Sport Center, sehingga dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan. 7

3) Perencanaan dan perancangan fasilitas pendukung olah raga raket yang menarik secara arsitektural dan menjadi fasilitas olah raga yang kompetitif dan rekreatif sebagai pelengkapnya. 1.6. BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN 1.6.1. Batasan Persoalan yang diangkat meliputi perencanaan fisik bangunan dengan mengabaikan perhitungan finansial. 1.6.2. Lingkup Pembahasan a. Lingkup pembahasan ditekankan hanya pada lingkup arsitektural yang melandasi faktor-faktor perancangan fisik bangunan dan faktor-faktor kenyamanan, diantaranya kenyamanan dalam hal kemudahan pencapaian, tersedianya fasilitas, kemudahan dalam melakukan aktifitas dan lain-lain. b. Pembahasan dilakukan berdasarkan analisa data dan bersumber pada hasil survey, peraturan-peraturan Pemerintah Kota Surakarta, standarstandar dalam desain dan studi literatur. 1.7. METODE PENULISAN 1.7.1. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Metode pembahasan menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan deduktif, yaitu metode dengan menggunakan data yang ada dengan landasan teori yang terkait, baik arsitektural maupun non arsitektural, mulai dari pengumpulan, pengolahan yang faktual untuk penyusunan konsep perencanaan dan perancangan. Metode yang akan dipakai adalah melalui tahapan : a. Survey Survey lapangan untuk mendapatkan data yang menyangkut site terpilih dan survey pada fasilitas sejenis. 8

b. Studi Literatur Usaha untuk mengumpulkan data sekunder dari buku, catatan, internet dan dokumen lain yang berhubungan dengan topik. c. Studi Komparasi Dilakukan pada bangunan-bangunan dengan fungsi sejenis yang telah ada. 1.7.2. Merumuskan Konsep Merumuskan sintesa dari hasil korelasi antar komponen pembahasan dan outputnya digunakan sebagai pedoman penentuan desain. Menggabungkan hasil analisa dan mentransformasikan ke bentuk konsep rancangan Racquet Sport Center. 1.8. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN Berisi pengertian judul dan latar belakang, permasalahan umum dan khusus, tujuan, sasaran, lingkup dan batasan pembahasan, metode pengumpulan dan pengolahan data, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Merupakan tinjauan pustaka mengenai sejarah dan peraturan olahraga raket serta studi banding. Tinjauan tentang Racquet Sport Center, tinjauan tentang fasilitas-fasilitas Racquet Sport Center serta tinjauan mengenai organisasi ruang dan sirkulasi, tinjauan sarana pendukung lainnya untuk menentukan aktifitas yang akan diwadahi, dan tinjauan standar-standar nasional dari fasilitas-fasilitas pada sebuah Racquet Sport Center. Tinjauan mengenai studi literatur Racquet Sport Center baik yang di dalam negeri maupun yang di luar negeri. 9

BAB III TINJAUAN TENTANG SOLO RACQUET SPORT CENTER YANG DIRENCANAKAN Tinjauan mengenai aspek kawasan dan lingkungan yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan pusat olah raga raket, dan berisi tentang lokasi analisa site, analisa sistem aktifitas, pengelompokan kegiatan dan pola sirkulasi, serta analisa data sehingga muncul pernyataan masalah arsitektur yang kemudian akan diterapkan pada perancangan bangunan. BAB IV ANALISA DAN KONSEP PERENCANAAN PERANCANGAN SOLO RACQUET SPORT CENTER Mengungkapkan analisa pendekatan perencanaan dan perancangan Racquet Sport Center, aspek pemilihan dan kondisi site, pendekatan ekpresi arsitektural, sistem visual-estetika, hubungan kegiatan, dan sistem fisik yang dikaitkan dengan site terpilih dan penjabaran ekspresi arsitektural ke dalam penyelesaian bentuk fisik dan lingkungan sekitar bangunan. 10