BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sesuai hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yaitu 373 per

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Potter dan Perry (2005) Pertumbuhan dan perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia (hampir 2% dari berat total tubuh) dan kebanyakan bergabung dengan unsur fosfor menjadi kalsium fosfat. Senyawa kalsium hampir 90% tersimpan dalam tulang dan gigi, karena kalsium fosfat yang dikenal dengan klasifikasi merupakan proses penting bagi bayi dan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan (Hartono, 2004). Periode remaja merupakan periode kritis dimana terjadinya perubahan secara fisik, biokimia dan emosional yang cepat. Pada periode ini juga terjadi growth spurth yaitu puncak pertumbuhan tinggi badan (Peak High Velocity) dan berat badan (Peak Weight Velocity) yang pesat, serta pertumbuhan massa tulang (Peak Bone Mass/PBM) dan massa otot yang menyebabkan kebutuhan gizi remaja meningkat. Banyak faktor yang dapat meningkatkan proses peak bone mass, diantaranya adalah intake kalsium, aktifitas fisik dan paparan sinar ultraviolet yang cukup (Almatsier, 2004; Krummel, 1996). Masa remaja merupakan masa yang baik untuk memaksimalkan kepadatan tulang karena pada masa ini terjadi lebih banyak pembentukan massa tulang daripada resorpsi yaitu sekitar 45% atau lebih. Penyimpanan kalsium juga empat kali lebih banyak pada masa remaja daripada masa anak-anak dan dewasa (Brown, 2005). Sekitar 91% volume tulang orang dewasa dibentuk pada usia 17 tahun. Pada masa remaja penyerapan kalsium dari makanan mencapai 75%. Lalu menurun hingga 20-40% begitu menginjak dewasa. Oleh karena itu sangat penting 1

untuk mengoptimalkan konsumsi kalsium pada masa remaja. Sumber kalsium harus dikonsumsi setiap hari untuk mencukupi kebutuhan kalsium harian. Meskipun begitu, para remaja di dunia pada umumnya kurang asupan kalsium. Penelitian Storey (2004) di Amerika rata-rata konsumsi kalsium remaja hanya 704-1022 mg/hari dari 1300 mg/hari yang dianjurkan. Pada beberapa penelitian tentang asupan kalsium yang dilakukan pada beberapa etnis di dunia, etnis Asia selalu menjadi terendah jika dibandingkan dengan etnis lain. Boot, et al (1997) menyatakan bahwa konsumsi kalsium etnis Asia lebih rendah yaitu 868 mg/hari daripada etnis Kaukasia yaitu 1180 mg/hari. Asupan kalsium orang Asia menjadi yang paling rendah yaitu 868 mg/hari jika dibandingkan dengan orang kulit putih (1180 mg/hari) dan Hispanik (896 mg/hari). Begitu pula halnya dengan asupan kalsium di Indonesia. Kecukupan kalsium pada remaja di Indonesia yaitu 1000 mg/hari (AKG Indonesia, 2004). Namun yang terjadi adalah rata-rata konsumsi kalsium hanya 240 mg/hari. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2007) menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium pada remaja di SMU Negeri Kota Bogor 526,9 mg per hari atau 52,7% AKG. Angka rata-rata ini kelihatannya tinggi karena ada outliers yaitu mereka yang mengkonsumsi suplemen kalsium, jika dihitung tanpa outliers maka angkanya jauh lebih rendah yaitu 394,7 mg per hari atau 39,5% AKG. Penelitian Fikawati, Syafiq, Puspasari (2005) pada remaja di Bandung juga menyebutkan bahwa rata-rata kecukupan kalsium masih kurang, yaitu 517 mg/hari atau 51,7% AKG. Pada masa remaja menunjukkan fase pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya. Pertumbuhan fisik yang cepat diikuti pula oleh perubahan sikap mental dan respon emosional. Persepsi 2

remaja terhadap body image (citra tubuh) dapat menentukan pola makan serta status gizi mereka. Hasil Survei Psychlogy Today Body Image (Garner 1997) menunjukkan adanya kecenderungan meningkatnya kejadian ketidakpuasan terhadap citra tubuh dan gangguan makan lebih banyak ditemukan pada anak perempuan (Rolland, Farnill et al. 1997; Field, Jr. et al. 1999). Field, Jr. et al. (1999) menemukan dari hasil survei pada 16.114 anak lakilaki dan perempuan berusia 9 sampai 14 tahun, diketahui anak perempuan menganggap diri mereka lebih gemuk (overweight) dari ukuran tubuh mereka (25%) dibandingkan laki-laki sebanyak 22%. Proporsi anak perempuan melakukan upaya penurunan berat badan secara signifikan berkaitan dengan bertambahnya umur. Ditemukan juga adanya kecenderungan anak perempuan berumur 13-14 tahun lebih banyak secara signifikan menggunakan obat pencahar perut atau obat muntah untuk mengontrol berat badan mereka. Rendahnya konsumsi kalsium pada remaja dipengaruhi oleh perilaku makan. Perilaku makan merupakan gaya hidup yang dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan dan personal. Lingkungan sekolah mempengaruhi konsumsi kalsium pada remaja karena banyak menghabiskan waktu di sekolah. Asupan makan yang baik harus disediakan di lingkungan sekolah guna mengimbangi padatnya kegiatan remaja. Penyediaan makanan di sekolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam memenuhi konsumsi kalsium remaja (Brown, 2005). Teman juga berpengaruh terhadap konsumsi kalsium, karena remaja pada umumnya semakin mandiri dalam memilih makanan namun semakin besar pula pengaruh teman sebaya dalam memilih makanan yang hendak dimakan. Biasanya remaja lebih memilih makanan yang rendah kalsium daripada makanan yang sehat 3

kaya kalsium. Sumber utama kalsium untuk masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi tinggi adalah susu dan hasil olahnya yang mengandung sekitar 1150 mg kalsium per liter. Sumber lain kalsium adalah sayuran hijau, kacang-kacangan dan ikan yang dikalengkan (Kartono, 2004). B. Perumusan masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembahasan masalah yang telah diuraikan diatas maka masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan citra tubuh, pengetahuan gizi, perilaku makan, pendapatan keluarga dengan asupan kalsium pada siswi kelas khusus olahraga SMP Negeri 11 Depok. C. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah yang dihadapi seperti, karakteristik (jenis kelamin, status gizi IMT), asupan makan dan frekuensi makan serta citra tubuh siswi kelas khusus olahraga SMP Negeri 11 Depok. 4

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan citra tubuh, pengetahuan gizi, perilaku makan, pendapatan keluarga dengan asupan kalsium pada siswi kelas khusus olahraga SMP Negeri 11 Depok. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik remaja (usia, status gizi) siswi kelas khusus olahraga SMPN 11 Depok. b. Mengidentifikasi asupan kalsium remaja siswi SMPN 11 Depok kelas khusus olahraga. c. Menganalisa hubungan pengetahuan gizi dengan perilaku makan siswi SMPN 11 Depok kelas khusus olahraga. d. Menganalisa hubungan citra tubuh dengan asupan kalsium siswi SMPN 11 Depok kelas khusus olahraga. e. Menganalisa hubungan pengetahuan gizi dengan asupan kalsium siswi SMPN 11 Depok kelas khusus olahraga. f. Menganalisa hubungan perilaku makan dengan asupan kalsium siswi SMPN 11 Depok kelas khusus olahraga. g. Menganalisa hubungan pendapatan keluarga dengan asupan kalsium siswi SMPN 11 Depok kelas khusus olahraga. 5

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa-siswi SMP Negeri 11 Depok Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan sikap dan perilaku remaja putri dalam memilih makanan dan minuman sumber kalsium dalam mempengaruhi citra tubuh mereka. 2. Bagi SMP Negeri 11 Depok Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak sekolah terutama bagi pelatih untuk mensosialisasikan pendidikan gizi agar lebih optimal lagi agar dapat meningkatkan derajat kesehatan. 3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang didapat selama penelitian. 4. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan sebagai informasi bagi perkembangan ilmu gizi. 6