belum baik karena standar pelayanan belum dilaksanakan seluruhnya, diperkuat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kinerja tenaga kesehatan yang baik akan berdampak pada kualitas

Berdasarkan latar belakang diatas pelayanan antenatal standar minimal 7T

metode manajemen kebidanan oleh Bidan Puskesmas di Kabupaten Mengetahui dan mengevaluasi pelaksanaan standar asuhan

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIDAN DESA PTT DALAM PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan tempat bidan bekerja (Soepardan & Hadi, 2008).

1. neonatus. Delapan bidan menyatakan sudah melibatkan dan dapat bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja bidan dalam melakukan proses rujukan

Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Ditinjau dari Aspek Bidan Desa sebagai Pelaksana di Kabupaten Jepara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA BIDAN DESA TENTANG PELAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kabupaten Pontianak Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator pembangunan kesehatan adalah melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

30 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

Kata Kunci : Kinerja, Cakupan ASI Eksklusif, Bidan Desa. Kepustakaan : 40, ( )

sasaran/kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. 11 Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini dengan memantau kesehatan ibu, dengan digunakan indicator

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. menangani kasus risiko tinggi secara memadai. (2) pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia angka kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB VII PENUTUP. Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Pariaman Standar Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu problem kesehatan yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS DI KABUPATEN SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Menurunkan Angka Kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan Ibu. adalah dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Persalinan Dalam Meningkatkan Cakupan Persalinan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Situbondo Tahun 2013

Analisis Pelayanan Antenatal dan Faktor Faktor yang Berkaitan dengan Cakupan Pelayanan Antenatal oleh Bidan Desa Di Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperbaiki kesehatan Ibutelah menjadi prioritas utama dari pemerintah. AKI juga

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Dwi Anggun Nugraeni, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

BAB I PENDAHULUAN. atau pembuahan yaitu meleburnya sel telur dan sel sperma yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK ( PWS-KIA ) By. IRMA NURIANTI, SKM

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG SIKAP TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN IBU PERIKSA HAMIL DI PUSKESMAS I GROGOL SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis, diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga diperlukan pengawasan yang husus terhadap ibu hamil untuk mencegah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kejadian komplikasi dari proses kehamilan, persalinan, hingga nifas yang mengarah terjadinya angka kematian ibu.

BAB I PENDAHULUAN. bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Angka Kematian Ibu. tertinggi bila dibandingkan dengan AKI di Negara ASEAN lainnya.

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Bersatu II, yaitu Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan yaitu asuhan kehamilan, pesalinan, bayi baru lahir, nifas

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

Transkripsi:

belum baik karena standar pelayanan belum dilaksanakan seluruhnya, diperkuat fakta muncul masalah peningkatan kejadian BBLR sebesar 5,2% yang dapat dicegah bila pelayanan antenatal dilakukan dengan baik. Dengan merujuk pendapat Gibson dapat dikatakan kinerja bidan di Kabupaten Banyumas dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR masih kurang baik. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober 2010 dengan pemegang program KIA pada Seksi Kesga di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, upaya yang sudah dilakukan untuk menurunkan kejadian BBLR dilakukan melalui : 1) Supervisi setiap tiga bulan, pemberian teguran pada bidan-bidan yang kejadian BBLRnya tinggi dan bidan mendapat pembinaan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal. 2) Kebijakan pemberian penghargaan bagi bidan berprestasi setiap tahun dilaksanakan dengan dijadikan Bidan Teladan. 3) Sosialisasi mengenai ANC terintegrasi pernah disampaikan tetapi tidak ditindaklanjuti dengan kegiatan pelatihan, dan peserta sosialisasi masih terbatas, belum ke seluruh bidan di Kabupaten Banyumas. Kegiatan pelatihan yang diikuti bidan desa belum dapat dibiayai oleh dinas kesehatan dan pelatihan antenatal care (ANC) belum pernah dilakukan. Pelaksanaan supervisi sudah dilaksanakan rutin dari dinas ke puskesmas dan oleh bidan koordinator KIA, namun belum ada supervisi khusus untuk pelaksanaan standar ANC. Supervisi yang dilakukan sebatas kuantitas cakupan pelayanan KIA berdasar SPM, tidak ke arah kualitas pelayanan yang diberikan. Belum ada kebijakan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dalam pemberian insentif khususnya intensif dalam bentuk finansial untuk bidan yang kinerjanya baik. Untuk memperkuat dugaan mengenai kinerja bidan dalam pelayanan antenatal terkait pencegahan BBLR yang belum optimal maka dilakukan wawancara dengan 10 bidan desa dari lima puskesmas. Adapun beberapa permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya kinerja bidan desa terkait upaya pencegahan BBLR diantaranya 1) Kemampuan

dan ketrampilan sebagai bidan desa masih belum maksimal dalam mencegah BBLR. Bidan belum memenuhi standar yang ditetapkan, menurut bidan desa hal ini dikarenakan pengalaman yang masih kurang dan sebagai bidan desa belum pernah mengikuti pelatihan tentang ANC. Hal ini berakibat dalam melakukan pelayanan antenatal masih bersifat rutinitas tidak sesuai pedoman antenatal pada pedoman PWS KIA tahun 2009. 2) Motivasi bidan rendah, pelayanan antenatal dalam upaya mencegah kejadian BBLR tidak dilakukan di Posyandu dan jarang dilakukan di PKD tetapi lebih banyak dilakukan di rumah bidan. Menurut bidan desa penghargaan terhadap kinerja mereka dirasakan kurang. Tidak adanya insentif yang tetap untuk pelayanan antenatal yang berkaitan dengan pencehagan BBLR serta pemberian gaji tidak rutin. Hal ini bisa dipahami karena sebagian bidan desa berstatus pegawai tidak tetap (PTT) dan belum ada kejelasan nasib mereka setelah pasca PTT berakhir. 3) Dukungan, bimbingan dan pengarahan oleh kepala puskesmas dalam pencegahan BBLR dirasakan masih kurang. Bidan desa jarang berhubungan/berkomunikasi dengan kepala puskesmas karena pekerjaan yang harus dilaksanakan lebih banyak di lapangan (desa). 4) Supervisi dilakukan rutin oleh bidan koordinator KIA untuk seluruh kegiatan belum khusus terhadap pelaksanaan standar ANC dalam pencegahan BBLR, dan tidak ada umpan balik dari permasalahan yang muncul. 5) Bidan menganggap tugas sebagai bidan desa sangat banyak dan ada tugas yang tidak berhubungan langsung dengan tugas pokok dan fungsinya. Hal tersebut mengakibatkan bidan mengalami kejenuhan dalam melaksanakan pelayanan antenatal dalam mencegah BBLR, terutama akibat perubahan pola dari Polindes ke PKD. Untuk mendapatkan gambaran pelayanan antenatal dalam upaya pencegahan BBLR yang diterima ibu saat hamil dilakukan wawancara terhadap 12 ibu yang memiliki bayi dan mendapatkan pelayanan antenatal saat hamil. Diperoleh informasi bahwa setiap periksa hamil semua ibu selalu dilakukan timbang berat badan, diukur tekanan darah dan di periksa perutnya. Pengukuran TFU masih menggunakan jari pada kehamilan diatas 28

minggu, bukan meteran sesuai standar ditemukan pada 7 ibu, serta pengukuran tidak dilakukan setiap kunjungan pelayanan antenatal pada 6 ibu. Hanya satu ibu yang ditaksir berat janinnya, 2 ibu dilakukan pengukuran Hb dan 3 ibu mendapatkan nasehat dalam temu wicara mencakup bahaya dan cara memelihara kesehatan saat hamil, gizi ibu hamil, dan perawatan payudara. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kinerja bidan di desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan bayi berat lahir rendah di Kabupaten Banyumas. A. Rumusan Masalah Kematian ibu, bayi lahir mati, dan neonatal di Kabupaten Banyumas mengalami peningkatan. Penyebab kematian neonatal yang pertama adalah BBLR, kejadian BBLR di kabupaten Banyumas tahun 2008 sebanyak 1,2%, sedangkan pada tahun 2009 kejadian BBLR meningkat menjadi 6,4%. Kabupaten Banyumas merupakan wilayah yang kejadian BBLR paling tinggi di Jawa Tengah tahun 2009. Pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu hamil belum memenuhi standar sehingga kualitas pelayanan antenatal dalam upaya mencegah kelahiran BBLR masih rendah. Hal ini memberi gambaran, kinerja bidan kurang optimal dalam pelayanan antenatal khususnya standar yang berkaitan dengan pencegahan BBLR sehingga upaya mencegah ibu hamil melahirkan BBLR di Kabupaten Banyumas oleh bidan desa kurang maksimal. Berdasarkan survei pendahuluan diketahui bahwa rendahnya kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal disebabkan karena : persepsi kemampuan dan ketrampilan sebagai bidan desa masih belum maksimal, persepsi belum ada dukungan terhadap pekerjaan yang harus dilakukan dari pimpinan, persepsi supervisi yang dilakukan belum terstruktur, persepsi beban kerja yang tinggi dan tidak berhubungan langsung dengan tugas

pokok dan fungsinya mengakibatkan bidan mengalami kejenuhan, dan motivasi kerja bidan desa kurang. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka pertanyaan penelitian yang dapat diajukan dalam penelitian adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR di wilayah Kabupaten Banyumas. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR di Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik bidan desa yang meliputi umur, masa kerja, status perkawinan dan tempat pelayanan antenatal b. Mengetahui gambaran faktor persepsi kemampuan dan ketrampilan, persepsi kepemimpinan, persepsi supervisi, persepsi beban kerja, dan motivasi kerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR di Kabupaten Banyumas. c. Mengetahui gambaran kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR di Kabupaten Banyumas. d. Mengetahui hubungan persepsi kemampuan dan ketrampilan dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR. e. Mengetahui hubungan persepsi kepemimpinan dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR.

f. Mengetahui hubungan persepsi supervisi dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR. g. Mengetahui hubungan persepsi beban kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR. h. Mengetahui hubungan motivasi kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR. i. Mengetahui pengaruh bersama persepsi kemampuan dan ketrampilan, persepsi kepemimpinan, persepsi supervisi, persepsi beban kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR. j. Mengetahui faktor paling dominan yang mempengaruhi kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR. D. Manfaat 1. Bagi Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Memberikan masukan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan langkah-langkah yang strategis dalam memberikan pengarahan dan bimbingan serta evaluasi terhadap bidan desa dalam upaya peningkatan kinerja bidan desa. 2. Bagi MIKM Undip Semarang Mendapatkan gambaran hasil mahasiswa selama mengikuti perkuliahan dengan bukti ilmiah hasil penelitian yang telah dipertanggungjawabkan sehingga dapat dijadikan acuan untuk pengembangan keilmuan khususnya bidang Kesehatan Ibu dan Anak. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan dan memberikan wawasan mengenai program antenatal dan kinerja bidan dalam pencegahan BBLR melalui program tersebut.

E. Keaslian Penelitian Penelitian berjudul kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR di Kabupaten Banyumas belum pernah dilakukan. Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan penelitian tentang kinerja bidan dan BBLR yang sudah pernah dilaksanakan adalah : No Peneliti Judul Rancangan Penelitian 1. Colti Sistiarani 2008 8 2. Firman Hayadi 2007 11 3. Thomas Salamuk 2007 12 Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang berisiko terhadap kejadian berat badan rendah RSUD Banyumas lahir di Analisis Kinerja Bidan Puskesmas dalam Pelayanan Antenatal di Bengkulu Selatan Evaluasi Kinerja Bidan Puskesmas dalam Pelayanan Antenatal di Puncak Jaya Rancangan kasus kontrol, pendekatan kuantitatif. Variabel yang digunakan faktor maternal (penyakit, umur ibu, paritas,jarak kelahiran) dan kualitas pelayanan antenatal (kualitas masukan, kualitas lingkungan, kualitas proses) Rancangan cross sectional, pendekatan kuantitatif dan kualitatif Variabel : harapan dalam pekerjaan, umpan balik motivasi dan insentif, lingkungan dan alat serta pengetahuan Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif Variabel : motivasi dan insentif, fasilitas dan alat, harapan dalam pekerjaan, supervisi penyeliaan, pengetahuan keterampilan dan Hasil Umur, jarak kelahiran serta kualitas pelayanan antenatal yang kurang baik merupakan variabel yang paling dominan berisiko terhadap BBLR Secara statistik ada hubungan yang signifikan antara umpan balik dari atasan, motivasi dan insentif, serta pengetahuan dengan kinerja bidan puskesmas dalam pelayanan antenatal Rendahnya kinerja bidan dalam pelayanan antenatal akibat masih kurangnya motivasi kerja dan tidak adanya pengaturan insentif finansial dan nonfinansial, kurang tersedianya fasilitas dan peralatan antenatal di Puskesmas, tidak

4. Wawan Setiawan 2007 13 5. Henny Soetikno 2009 14 6. Anita Widiastuti Beberapa faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa dalam pertolongan persalinan di Kabupaten Tasikmalaya Kinerja Bidan Di Desa Dalam Penerapan Pedoman Pelayanan Poskesdes Di Kabupaten Banyumas Kinerja Bidan Desa dalam Pelayanan Antenatal terkait Upaya Pencegahan BBLR Pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional Variabel : Kemampuan, Pengalaman, Pembelajaran, Persepsi thd Imbalan, Persepsi thd Sumberdaya Sikap Persepsi thd Beban Kerja Pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional Variabel : Pendidikan, masa kerja, pengetahuan, motivasi, supervisi dan sistem kompensasi Pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional Variabel : Persepsi Kemampuan dan ketrampilan, kepemimpinan, supervisi, imbalan, beban kerja, motivasi kerja, kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR ada kegiatan supervisi penyeliaan, dan rendahnya pengetahuan dan ketrampilan bidan puskesmas dalam pelayanan antenatal Faktor yang mempunyai hubungan dengan kinerja bidan desa adalah kemampuan, pengalaman, pembelajaran, penghargaan/imbala, sumberdaya/peralata n,sikap dalam pelayanan dan persepsi tehadap beban kerja. Ada hubungan antara motivasi, supervisi dan sistem kompensasi dengan kinerja bidan di desa Variabel yang memiliki pengaruh bersama terhadap kinerja bidan desa dalam pelayanan antenatal terkait upaya pencegahan BBLR adalah persepsi beban kerja dan motivasi kerja, persepsi beban kerja merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling dominan. F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup materi Materi dalam penelitian ini dibatasi pada Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya bidang manajemen sumber daya manusia serta kesehatan ibu dan anak. 2. Lingkup lokasi Penelitian ini akan dilaksanakan di puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas 3. Lingkup waktu Waktu pelaksanaan penelitian adalah Oktober 2010 sampai dengan Mei 2011.