IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

Katalog BPS :

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Produk Domestik Regional Bruto

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA RESMISTATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG 4.1. Indikator Kependudukan Kependudukan merupakan suatu permasalahan yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan yang mencakup antara lain mengenai distribusi, jumlah, dan komposisi penduduk. Jumlah penduduk yang besar misalnya dapat menjadi modal pembangunan apabila kualitasnya baik, namun sebaliknya dapat menjadi beban pembangunan apabila kualitasnya rendah. Secara geografis Kabupaten Tulungagung mempunyai luas sekitar 1.150,41 km², terdiri dari 19 kecamatan dan 271 desa/kelurahan. Dari hasil pengamatan tipologi kependudukan tingkat kabupaten, diantaranya mengenai persebaran penduduk, diperoleh pembuktian secara luas serta dapat diakui, bahwa akibat kecenderungan penduduk untuk berdomisili pada daerah-daerah yang berfasilitas relatif lengkap, misalnya daerah perkotaan, telah mengakibatkan persebaran penduduk di Kabupaten Tulungagung diduga tidak merata antar daerah yang satu dengan yang lain. Bagi para perencana dan pengambil keputusan, akibat persebaran penduduk yang tidak merata telah menimbulkan permasalahan tersendiri bagi perencanaan pembangunan. Permasalahan yang paling bisa diterima adalah pada saat pengambilan kebijakan pembangunan sumber daya manusia, alhasil daerahdaerah terpencil yang jarang penduduknya, sumberdaya manusia yang ada cenderung lebih rendah bila dibandingkan daerah sekitar perkotaan yang padat penduduknya.

30 Tabel 3. Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Tulungagung, 2007 Kecamatan Luas Wilayah Persentase Jumlah Kepadatan Area thd. Luas Penduduk Penduduk Kode Nama (Km 2 ) Kabupaten ( Orang) (Orang/Km 2 ) (2) (3) (4) (5) (6) 010 B e s u k i 92,69 8,06 35.839 387 020 B a n d u n g 46,96 4,08 47.257 1.006 030 P a k e l 38,10 3,31 50.900 1.336 040 Campurdarat 44,71 3,89 53.994 1.208 050 Tanggunggunung 114,73 9,97 24.998 218 060 Kalidawir 113,69 9,88 67.805 596 070 Pucanglaban 77,92 6,77 26.046 334 080 Rejotangan 75,87 6,60 73.617 970 090 N g u n u t 39,06 3,40 76.690 1.963 100 Sumbergempol 41,83 3,64 63.433 1.516 110 Boyolangu 37,69 3,28 73.686 1.955 120 Tulungagung 10,83 0,94 66.639 6.153 130 Kedungwaru 33,93 2,95 84.224 2.482 140 Ngantru 41,44 3,60 53.931 1.301 150 Karangrejo 37,98 3,30 39.042 1.028 160 K a u m a n 29,00 2,52 50.774 1.751 170 G o n d a n g 43,38 3,77 55.019 1.268 180 Pagerwojo 109,03 9,48 29.979 275 190 S e n d a n g 121,56 10,57 46.344 381 Jumlah : 2007 1.150,41 100,00 1.020.217 887 2006 1.150,41 100,00 1.002.807 872 2005 1.150,41 100,00 996.962 867 2004 1.150,41 100,00 989.856 860 2003 1.150,41 100,00 984.730 856 4.2. Tinjauan Perekonomian Suatu indikator yang digunakan untuk melihat struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut definisi, PDRB adalah total nilai produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu tanpa melihat faktor kepemilikan.

31 4.2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tulungagung. Pada setiap penghitungan PDRB hasil yang pertama kali diperoleh adalah nilai tambah bruto (NTB) yang tercantum adalah nilai nominalnya. Perubahan nilai PDRB berdasarkan atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh perubahan kuantum produksi dan perubahan harga. Oleh sebab itu perubahan angka ke arah lebih besar tidak selalu berarti ke arah yang lebih baik, maksudnya tidak selalu mengindikasikan sebuah peningkatan. Hal ini dikarenakan kecenderungan inflasi yang akan naik terus. PDRB Kabupaten Tulungagung tahun 2007 mengalami kenaikan 13,09 persen dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 9.884,748 milyar menjadi Rp. 11.178,800 milyar pada tahun 2007. NTB terbesar diberikan oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp. 3.353,165 milyar. Berbeda dengan PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan hanya disebabkan oleh perubahan quantum produksinya saja. Pada penghitungan ini dianggap sejak tahun 2000 tidak ada perubahan harga-harga sesuai dengan judul tabel yaitu atas dasar harga konstan 2000. Maka setiap nilai tambah atau PDRB dihitung dengan menggunakan harga-harga tahun 2000. Perubahan-perubahan yang ada pada tabel ini merupakan representasi perubahanperubahan dari quantum produksinya. Pada tahun 2007, PDRB atas dasar harga konstan mengalami kenaikan sebesar 5,75 persen dibandingkan tahun 2006, yaitu sebesar Rp. 6.196,735 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp. 6.552,885 milyar pada tahun 2007.

32 Tabel 4. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan, 2003 2007 (Juta Rupiah) Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan (2) (3) 2003 6.475.366,52 5.320.887,99 2004 7.233.270,17 5.588.457,30 2005 8.578.952,41 5.874.962,78 2006 *) 9.884.748,86 6.196.735,17 2007 **) 11.178.800,21 6.552.885,10 4.2.2. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi adalah peranan sektor-sektor ekonomi (dimulai dari sektor Pertanian hingga sektor jasa) terhadap jumlah total dari seluruh sektor. Struktur ekonomi suatu wilayah biasa disajikan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku. Dari struktur ekonomi akan terlihat berapa persen sumbangan masing-masing sektor sehingga ini bisa menggambarkan ciri khas ekonomi, andalan, potensi, hasil pembangunan ataupun perubahan akibat kebijakan publik dari pemerintah daerah. Kontribusi sektor primer lebih rendah dan semakin rendah bila dibandingkan dengan kontribusi sektor-sektor lainnya (sekunder dan tersier). Kecenderungan tersebut disebabkan oleh tingkat pertumbuhan sektor primer yang relatif lebih rendah dibanding sektor sekunder dan tersier. Yang perlu dipahami bahwa, pembatasan sektor primer, sekunder, dan tersier masih belum mencakup keseluruhan aktivitas ekonomi yang seharusnya. Misalkan seorang

33 buruh tani, yang pada mulanya bekerja di sektor pertanian (primer), karena pendapatannya tidak mencukupi, pindah sebagai pengayuh becak di kota besar (sektor jasa perorangan/ tersier). Hal ini mengakibatkan peningkatan sektor tersier. Namun demikian, karena kedua profesi tersebut masih sama-sama tergolong sektor informal (dengan pendapatan dan ketrampilan rendah), maka pergeseran sektoral karena hal-hal seperti itu belum dapat mengindikasikan pergeseran struktur dalam arti kemajuan ekonomi. Dengan penurunan kontribusi sektor primer tersebut bukan berarti produksi sektor primer terus-menerus mengalami penurunan, tetapi yang terjadi adalah pertumbuhan sektor primer kalah cepat bila dibandingkan dengan sektor sekunder maupun tersier. Struktur ekonomi suatu wilayah biasa disajikan dari PDRB atas dasar harga berlaku. Dari struktur ekonomi akan terlihat berapa persen sumbangan masing-masing sektor sehingga ini bisa menggambarkan ciri khas ekonomi, andalan, potensi, hasil pembangunan ataupun perubahan kebijakan publik dari pemerintah daerah. Struktur ekonomi Kabupaten Tulungagung pada tahun 2007, masih didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran yang memberikan kontribusi sebesar 30,00 persen, diikuti oleh Sektor Industri Pengolahan sebesar 18,09 persen, Sektor Pertanian sebesar 15,86 persen. Kalau dilihat perkembangannya, ada pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Tulungagung. Untuk Sektor Pertanian ada kecenderungan turun sedangkan untuk Sektor Perdagangan, Hotel dan Komunikasi itu ada kecenderungan naik. Sekali lagi ini bukan berarti produksi Sektor Pertanian turun, tetapi yang terjadi adalah

34 pertumbuhan Sektor Pertanian kalah cepat bila dibandingkan dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 5. Struktur Ekonomi Menurut Sektor, 2003 2007 (Persen) Sektor 2003 2004 2005 2006 *) 2007 **) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pertanian 18,43 17,53 16,82 16,31 15,86 2 Pertambangan dan Penggalian 2,95 3,17 3,22 3,26 3,16 Primer 21,38 20,70 20,05 19,58 19,02 3 Industri Pengolahan 18,19 18,24 18,06 17,97 18,09 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,12 1,35 1,34 1,34 1,32 5 Bangunan 2,02 1,96 1,89 1,84 1,83 Sekunder 21,32 21,55 21,29 21,15 21,24 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 28,96 29,07 29,63 29,63 30,00 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,44 4,82 5,32 5,84 5,85 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,87 10,70 10,62 10,63 10,61 9 Jasa-jasa 13,04 13,15 13,09 13,17 13,28 Tersier Jumlah 57,30 57,75 58,66 59,28 59,74 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 4.2.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tulungagung Tahun 2003 2007 Pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung sebesar 4,73 persen. Pertumbuhan terdorong oleh tumbuhnya sektor industri yang mempunyai pertumbuhan sebesar 5,29 persen, yang pada tahun sebelumnya tumbuh sebesar 4,92 persen. Untuk sektor perdagangan, pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 6,14 persen, yang berarti mengalami kenaikan dibanding tahun 2003 yang tumbuh sebesar 5,62 persen. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung Tahun 2004 sebesar 5,03 persen.

35 Pada tahun 2005 pertumbuhannya sebesar 5,13 persen, dengan penyumbang terbesar di sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 12,49 persen. Pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung sebesar 5,48 persen. Pertumbuhan ini terdorong antara lain oleh pertumbuhan di sektor industri pengolahan sebesar 5,66 persen, sektor bangunan sebesar 3,15 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,67 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 5,12 persen. Sedangkan untuk tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung sebesar 5,75 persen, dengan penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar adalah sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 10,20 persen Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor, 2003 2007 (Persen) Sektor 2003 2004 2005 2006 *) 2007 **) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pertanian 2,23 2,35 2,25 2,35 2,44 2 Pertambangan dan Penggalian 4,31 4,65 4,58 4,61 4,24 3 Industri Pengolahan 5,29 5,51 5,62 5,66 5,91 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 17,96 16,62 12,49 10,61 10,20 5 Konstruksi 1,56 1,91 2,23 3,15 3,71 6 Perdagangan, Hotel dan Restaoran 5,62 6,14 6,30 6,97 7,40 7 Pengangkutan dan Komunikasi 9,82 8,70 8,84 9,67 9,38 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,38 5,75 5,40 5,41 5,36 9 Jasa-Jasa 3,59 3,86 4,61 5,12 5,63 Kabupaten Tulungagung 4,73 5,03 5,13 5,48 5,75 Sedangkan kalau dilihat mulai tahun 2003 2007, ternyata sektor yang mempunyai pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air bersih yang selalu diatas level 10 persen. Hal ini disebabkan sektor listrik, gas dan air bersih

36 adalah salah satu sektor yang pertumbuhan ekonomi kabupaten dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi nasional, terkait kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat yang berlaku untuk seluruh daerah tingkat II. Misalnya kenaikan tarif dasar listrik. Nilai nominal dari PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektoral, 2003-2007 (Juta Rupiah) Sekt or 2003 2004 2005 2006 *) 2007 **) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pertanian 1.047.157,72 1.071.779,22 1.095.931,14 1.121.677,69 1.149.077,29 2 Pertambangan dan Penggalian 122.917,79 128.627,90 134.519,06 140.720,39 146.686,94 3 Industri Pengolahan 922.229,33 973.018,64 1.027.718,52 1.085.836,61 1.149.980,37 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 53.792,24 62.733,34 70.570,43 78.057,14 86.020,45 5 Bangunan 112.711,26 114.859,07 117.420,43 121.119,17 125.612,69 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.573.113,45 1.669.736,43 1.774.871,24 1.898.556,93 2.039.131,00 7 Pengangkutan dan Komunikasi 187.113,65 203.400,58 221.383,88 242.795,44 265.568,59 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 643.340,97 680.364,92 717.103,77 755.871,38 796.382,36 9 Jasa-jasa 658.511,59 683.937,18 715.444,32 752.100,42 794.425,41 Jumlah 5.320.887,99 5.588.457,30 5.874.962,78 6.196.735,17 6.552.885,10 4.2.4. PDRB Perkapita Kabupaten Tulungagung Tahun 2003 2007 PDRB sebagai salah satu indikator makro ekonomi di Kabupaten Tulungagung menunjukkan peningkatan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Selanjutnya besaran PDRB tersebut perlu diberi penimbang yaitu jumlah penduduk, karena penduduk merupakan pelaku pembangunan yang menghasilkan output (PDRB).

37 PDRB perkapita Kabupaten Tulungagung tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 10,26 persen dibanding tahun 2002. Pada tahun 2004 PDRB perkapita Kabupaten Tulungagung mengalami kenaikan sebesar 10,68 persen dibandingkan tahun 2003 yaitu dari Rp. 6,744 juta pada tahun 2003 menjadi Rp. 7,465 juta pada tahun 2004. Sedangkan tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 17,67 persen dibanding tahun 2004. Pada tahun 2006, PDRB perkapita Kabupaten Tulungagung sebesar Rp. 10, 041 Juta atau mengalami kenaikan sebesar 14,31 persen dibandingkan tahun 2005 yang PDRB perkapitanya sebesar Rp. 8,784 Juta. Sedangkan untuk tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 12,20 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 10,041 juta menjadi 11,266 juta. Tabel 8. PDRB Perkapita Kabupaten Tulungagung, 2003-2007 Uraian 2003 2004 2005 2006 *) 2007 **) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB ADHB (Juta Rp) 6 475 366,52 7 233 270,17 8 578 952,41 9 884 748,86 11 178 800,21 PDRB per Kapita (Rupiah) 6 744 702,73 7 464 806,06 8 783 691,47 10 040 782,62 11 266 055,81 Persentase Kenaikan PDRB Per Kapita (%) 10,26 10,68 17,67 14,31 12,20 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) 960 067 968 983 976 691 984 460 992 255