BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DAS Konaweeha adalah DAS terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Sungai Konaweeha sebagai sungai utama. Hulu DAS Konaweeha berada di Kabupaten Kolaka dan melintasi Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Kolaka Timur, Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Selatan, Kota Kendari dan bermuara di pantai timur Provinsi Sulawesi Tenggara. Permasalahan utama DAS Konaweeha adalah banjir yang kerap terjadi setiap tahun telah mengganggu aktivitas masyarakat yang tinggal di sekitar sungai, menurunkan produksi pertanian (padi dan palawija) dan menyebabkan kerusakan prasarana dan fasilitas umum serta kerugian harta benda masyarakat. Disamping itu, pada beberapa kejadian banjir juga telah menelan korban jiwa. Salah satu banjir besar yang terjadi adalah pada Juli 2013 yang menggenangi 14.392 Ha lahan persawahan dan permukiman, merendam jalan dan memutus jalur transportasi darat yang menghubungkan empat kabupaten dan jalan Trans Sulawesi. Disamping itu, gerusan Sungai Konaweeha menimbulkan kerusakan tebing sungai yang mengancam fasilitas-fasilitas penting serta permukiman penduduk. Peta genangan banjir Juli 2013 disajikan pada Gambar 1.1, sedangkan situasi permukiman penduduk dapat dilihat pada Gambar 1.2. Melihat besarnya kerugian yang diakibatkan, masyarakat sangat mengharapkan upaya Pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan banjir di DAS Konaweeha. Kebijakan operasional dalam pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Lasolo-Konaweeha mencakup lima aspek yaitu aspek konservasi sumber daya air, aspek pendayagunaan sumber daya air, aspek pengendalian daya rusak air, aspek sistem informasi sumber daya air serta aspek kelembagaan dan peran serta masyarakat. Beberapa langkah yang telah di ambil oleh Pemerintah dalam rangka upaya pengendalian daya rusak air di DAS Konaweeha yaitu dengan membangun tanggul-tanggul banjir dan melakukan perkuatan tebing sungai dengan sheet pile beton. Disamping itu, berdasarkan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah 1
Sungai Lasolo-Konaweeha, Pemerintah akan membangun empat buah bendungan di DAS Konaweeha (lihat Gambar 1.3), dengan rincian dua buah bendungan di hulu DAS Konaweeha (sebelum Bendung Wawotobi) yaitu Bendungan Pelosika dan Bendungan Ameroro dan dua buah bendungan di DAS Konaweeha tengah yaitu Bendungan Loea dan Bendungan Ladongi. Keempat rencana bendungan tersebut sedang dilakukan studi oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV. Pembangunan bendungan di hulu DAS Konaweeha diharapkan memiliki dampak reduksi banjir di tengah dan hilir DAS Konaweeha terutama banjir yang diakibatkan meluapnya sungai utama, sedangkan bendungan yang berada di tengah DAS Konaweeha lebih diperuntukkan bagi pengendalian banjir di SubDAS Konaweeha. Untuk mengetahui seberapa besar efek peredaman banjir yang dihasilkan dari pembangunan bendungan di hulu DAS Konaweeha, maka perlu dilakukan kajian terpadu dari rencana pembangunan Bendungan Pelosika dan Bendungan Ameroro di hulu DAS Konaweeha sebagai satu kesatuan sistem pengendalian banjir. 1.2.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kajian pengendalian banjir Sungai Konaweeha dengan melakukan pemodelan hidrologi dan hidrolika untuk mengetahui efektifitas peredaman banjir yang dihasilkan dari rencana pembangunan bendungan di DAS Konaweeha hulu. 1.3. Manfaat Penelitian Menjadi masukan bagi Pemerintah dalam upaya untuk menanggulangi banjir di Sungai Konaweeha, penyusunan peta rawan banjir dan rencana upaya mitigasi bencana. 2
Gambar 1. 1. Peta genangan banjir DAS Konaweeha pada Juli 2013 (BWS Sulawesi IV, 2013) 3
Gambar 1. 2. Genangan banjir Sungai Konaweeha di permukiman pada Juli 2013 Keterangan : No.2 : Bendungan Pelosika No. 3 : Bendungan Ameroro No. 4 : Bendungan Loea No. 5 : Bendungan Ladongi Gambar 1. 3. Peta rencana bendungan di DAS Konaweeha berdasarkan Pola Pengelolaan SDA WS Lasolo-Konaweeha 4
1.4. Batasan Penelitian Mengingat DAS Konaweeha yang sangat luas serta ketersediaan data yang ada, maka lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut. 1. Fokus penelitian adalah kinerja pembangunan bendungan di hulu DAS Konaweeha terhadap pengendalian banjir di Sungai Konaweeha. Lokasi bencana banjir yang menjadi fokus penelitian adalah di hilir Sungai Konaweeha, dengan pertimbangan pada wilayah hilir merupakan permukiman padat dan beberapa fasilitas umum. 2. Jenis pemodelan yang akan dilakukan adalah pemodelan hidrologi dengan bantuan software HEC-HMS (Hydrologic Modelling System) serta penelusuran aliran banjir secara hidrolika di sungai utama dengan bantuan HEC-RAS (River Analysis System). Wilayah kajian mulai dari hulu rencana Bendungan Pelosika sampai ke muara Sungai Konaweeha. 3. Skenario yang digunakan dalam pemodelan adalah sebagai berikut. Skenario 1 : DAS Konaweeha eksisting (tanpa adanya pembangunan bendungan di hulu DAS Konaweeha). Skenario 2 : DAS Konaweeha dengan adanya Bendungan Pelosika. Skenario 3 ; DAS Konaweeha dengan adanya Bendungan Ameroro. Skenario 4 : DAS Konaweeha dengan adanya Bendungan Pelosika dan Bendungan Ameroro. 4. Pemodelan hidrologi dilakukan untuk memperkirakan hidrograf aliran setiap sub-das yang masuk ke Sungai Konaweeha untuk masing-masing skenario; 5. Secara umum cakupan analisis utama meliputi : penetapan banjir rancangan (design flood); penelusuran aliran banjir di waduk (resorvoir routing); 5
penelusuran aliran banjir di sungai utama (channel routing); evaluasi kinerja pengendalian banjir berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. 1.5. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada penelitan yang mengkaji pengendalian banjir Sungai Konaweeha secara terpadu terhadap rencana pembangunan bendungan di DAS Konaweeha-hulu. Kajian pada studi-studi sebelumnya masih secara parsial terhadap satu buah bendungan saja. 6