BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pelangi Depok, Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Baru Pandansimo

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

KOMUNITAS BURUNG DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA JAWA TENGAH: APLIKASI TEORI BIOGEOGRAFI PULAU MARGARETA RAHAYUNINGSIH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA

PENDAHULUAN Latar Belakang

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

SMP NEGERI 3 MENGGALA

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA. Chafid Fandeli *)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

Transkripsi:

1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan keanekaragaman sumberdaya hayatinya yang tinggi dijuluki megadiversity country merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil sehingga memiliki keunikan tersendiri, salah satunya yaitu keanekaragaman jenis burungnya yang tinggi. Sukmantoro dkk. (2007), menjelaskan bahwa terdapat 1.598 jenis burung yang dapat ditemukan di wilayah Indonesia. Jumlah ini menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negaranegara yang kaya akan jenis burung setelah Columbia, Peru, dan Brazil. Dari Jumlah jenis burung yang terdapat di Indonesia, sebanyak 372 (23,3%) jenis diantaranya adalah jenis burung endemik dan 149 (9,3%) adalah jenis burung migran. Tingginya keanekaragaman burung di Indonesia salah satunya dikarenakan Indonesia merupakan salah satu daerah yang penting bagi jalur migrasi burung. Letak indonesia yang strategis dan banyak memiliki kawasan pesisir dengan garis pantai yang panjang menyebabkan Indonesia menjadi tempat persinggahan yang sesuai bagi burung migran dan salah satu lokasi tersebut diantaranya adalah Kepulauan. Kepulauan merupakan kawasan konservasi dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional (BTNKj) memiliki potensi ekosistem tinggi, yang dapat diketahui dari beragam flora dan faunanya (Kartawijaya, dkk., 2011), salah satu diantaranya adalah telah teridentifikasi 126 spesies burung di TN (Susanto, dkk. 2012). Lima ekosistem utama yang terdapat di dalam kawasan TN yaitu terumbu karang, padang lamun, mangrove, hutan pantai, dan hutan hujan tropis dataran rendah, menjadikan kawasan tersebut berpotensi menjadi habitat burung. Menurut Rahayuningsih, (2009) komunitas burung di Kepulauan mempunyai kekayaan spesies sebanyak 54 spesies yang termasuk dalam 11 ordo dan 22 famili. Sebanyak 16 spesies burung dilindungi berdasarkan Peraturan Perundangan di Indonesia, tiga spesies di kategorikan NT (Near threatened) oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature), dan

2 tujuh spesies tercantum dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of wild fauna and flora). Berdasarkan pengamatan dari Balai TN, selain burung penetap terdapat juga jenis burung migran yang dijumpai di Kepulauan. Menurut Susanto dkk., pada tahun 2006, tercatat 12 jenis burung migran singgah di Kepulauan. Berdasarkan data statistik BTNKj 2014, TN dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, keaslian ekosistem, serta keindahan alamnya menjadikan kawasan ini merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Jawa Tengah. Bahkan secara nasional kawasan ini ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata sekunder di Indonesia. Jumlah kunjungan wisatawan ke TN pada tahun 2014 adalah 16.527, jumlah ini meningkat 1.367 pengunjung dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan tujuan kunjungan, terdapat 723 kunjungan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian sedangkan selebihnya merupakan kunjungan untuk berwisata. Akan tetapi, sejauh ini minat wisatawan dan pengelolaan wisata masih menitikberatkan pada potensi wisata bahari dengan obyek laut dan pantai sebagai tujuan wisatanya. Disisi lain TN yang memiliki potensi keragaman jenis burung menetap dan burung migran juga sangat berpotensi dalam hal ekowisata minat khusus salah satunya yaitu ekowisata pengamatan burung (birdwatching). Alikodra (2002) dan Ontario dkk.,(1990) menyebutkan bahwa burung memiliki peranan penting dari segi penelitian, pendidikan, serta untuk kepentingan rekreasi dan pariwisata. Djuwantoko (2000) menjelaskan bahwa salah satu nilai yang penting bagi pelestarian alam hayati hidupan liar (Wildlife resources) adalah adanya nilai rekreasi. Ekowisata birdwatching merupakan salah satu kegiatan wisata alam yang mempunyai prospek yang sangat bagus, karena peminatnya yang terus meningkat. Bahkan biro-biro perjalanan di luar negeri sudah mulai menawarkan ekowisata birdwatching ke seluruh dunia, seperti; Brazil, Argentina, Colombia, Zimbabwe, Ethiopia, Mesir, Nepal, Pakistan serta India (Adi, 1999). Di Indonesia, ekowisata birdwatching belum begitu populer jika dibandingkan dengan kegiatan wisata lainnya. Padahal, menurut Sukmantoro dkk., (2007), Indonesia memiliki

3 keanekaragaman spesies burung terbesar keempat di dunia atau kurang lebih 17% burung dunia. Kegiatan birdwatching di TN karimunjawa sejauh ini masih terbatas untuk kegiatan penelitian dan identifikasi saja. Padahal dengan adanya potensi keragaman jenis burung di TN kegiatan tersebut akan sangat menarik bagi wisatawan terutama pecinta burung apabila ekowisata birdwatching dapat di kembangkan di TN. Untuk mengembangkan ekowisata birdwatching di TN diperlukan data dan informasi mengenai daerah yang berpotensi untuk dijadikan ekowisata birdwatching serta strategi pengembangannya sehingga ekowisata birdwatching dapat menjadi alternatif pilihan dalam destinasi wisata di TN. Namun, pengembangan tersebut tentu saja tetap mempertimbangkan kondisi kawasan TN sebagai kawasan konservasi. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat (Fandeli, 2000). B. Perumusan Masalah Kemajuan pariwisata di Indonesia pada umumnya semakin meningkat, tidak terkecuali kunjungan wisatawan ke Taman Nasional. Sejauh ini potensi wisata bahari masih menjadi prioritas kunjungan wisatawan yang datang ke. Sementara di sisi lain yang masih utuh ekosistemnya sangat mendukung sebagai habitat burung. Sebagai taman nasional dengan pulau-pulau kecil menyimpan potensi keragaman jenis burung, termasuk keunikan lain yang dimiliki sebagai lokasi singgah burung migran dimusim migrasi yang mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan ketika bisa melihat burung migran yang sebagian besar berasal dari belahan bumi bagian utara. Keragaman dan keunikan potensi burung di TN sampai saat ini masih belum menarik minat khusus bagi wisatawan untuk melakukan ekowisata birdwatching sebagai point of interest di, hal tersebut

4 dapat diketahui dari informasi yang diberikan oleh Balai Taman Nasional bahwa belum ada kunjungan wisatawan yang ingin melakukan wisata pengamatan burung. Selain itu kegiatan birdwatching yang dilakukan masih sebatas untuk kegiatan penelitian dan identifikasi sehingga pengelolaan yang terkait dengan ekowisata birdwatching masih belum terkelola secara optimal. Berdasarkan permasalahan mengenai potensi keragaman dan keunikan burung yang belum mampu menarik wisatawan untuk melakukan ekowisata birdwatching sebagai salah satu daya tarik wisata minat khusus di TN dan belum optimalnya pengelolaan yang berkaitan dengan ekowisata birdwatching, maka batasan pertanyaan penelitian tentang birdwatching di TN adalah sebagai berikut: 1. Jenis burung apa sajakah yang berpotensi sebagai obyek daya tarik ekowisata birdwatching dan bagaimana distribusinya di TN? 2. Di lokasi atau pulau manakah yang potensial sebagai lokasi ekowisata birdwatching di TN? 3. Bagaimanakah strategi pengembangan ekowisata birdwatching di TN? C. Batasan penelitian Beberapa aspek yang menjadi batasan dalam penelitian yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada kajian potensi burung sebagai obyek ekowisata birdwatching, distribusi spasial jenis burung dan menentukan lokasi potensial birdwatching di TN. 2. Penelitian dilakukan di 8 lokasi penelitian yaitu di Pulau (Cikmas dan Legon Lele), Pulau Kemujan (Terusan), Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara Besar, Pulau Geleang, Pulau Burung, dan Pulau Bengkoang yang ditetapkan secara purpossive sampling sesuai dengan informasi dari petugas taman nasional tentang pulau-pulau yang potensi perjumpaan burungnya cukup tinggi.

5 D. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi potensi jenis burung sebagai obyek ekowisata birdwatching dan distribusinya di TN 2. Mengidentifikasi lokasi potensial untuk ekowisata birdwatching di TN 3. Merumuskan strategi pengembangan ekowisata birdwatching di TN E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Memberikan data dan informasi mengenai potensi jenis burung, lokasi potensial untuk ekowisata birdwatching dan strategi pengembangan di TN. 2. Menjadi masukan strategis dalam pengelolaan wisata di kawasan TN sehingga ekowisata birdwatching dapat dikembangkan secara komprehensip. 3. Menjadi bahan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dibidang kehutanan mengenai strategi pengembangan ekowisata dalam pengelolaan kawasan konservasi.

6 F. Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini menganalisis tentang potensi burung sebagai obyek daya tari wisata, lokasi potensial ekowisata birdwatching dan strategi pengembangan ekowisata birdwatching di TN. Taman Nasional Potensi Keanekaragaman Hayati yang tinggi Potensi Keanekaragaman Jenis Burung Rendahnya minat wisatawan untuk melakukan ekowisata birdwatching Perlu adanya pengelolaan ekowisata birdwatching secara optimal Data dan informasi Kajian potensi jenis burung dan lokasi potensial ekowisata birdwatching Strategi pengembangan ekowisata birdwatching di TN Bahan rekomendasi bagi pengelola dalam pengembangan ekowisata birdwatching di TN Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian G. Penelitian Lain yang Terkait Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya di TN, tetapi penelitian terkait pengembangan ekowisata birdwatching di TN belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang di rangkum adalah penelitian terkait dengan potensi burung, ekowisata dan ekowisata birdwatching terangkum pada Tabel 1.

7 Tabel 1. Penelitian terdahulu terkait burung dan ekowisata No. Nama peneliti Judul Penerbit Tahun Tujuan 1. Zunan Farid Studi Kajian Pengembangan Ekowisata di Zona Pemanfaatan 2006 1. Mengidentifikasi obyek dan daya tarik wisata di zona pemanfaatan TN. Pariwisata Taman Nasional 2. Mengetahui karakteristik dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata. 3. Mengetahui karakteristik wisatawan dan persepsi wisatawan terhadap pengembangan ekowisata. 4. Merencanakan arah dan skala prioritas pengembangan program 2. Arif Setyo Nugroho 3. Ilmi Budi Martani Keanekaragaman Burung di Pulau Geleang dan Pulau Burung Taman Nasional Kajian Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di TN Skripsi- UNNES ekowisata. 2008 1. Mengetahui keanekaragaman jenis burung yang meliputi kekayaan jenis (richness species), indeks keanekaragaman (diversity indices), dan indeks kemerataan (evenness indices), dan dominasi burung di P.Geleang dan P.Burung 2. Membandingkan tingkat kesamaan jenis antara P.Burung dan P.Geleang 3. Mengetahui penyebaran burung berdasarkan penggunaan ruang habitat secara vertikal pada stratifikasi tajuk vegetasi. 2010 1. Mendeskripsikan produk wisata (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) yang dapat menunjang pengembangan ekowisata di TN 2. Mengetahui potensi pasar wisata yang dapat menunjang pengembangan ekowisata di kawasan TN 3. Mendeskripsikan latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan TN 4. Menentukan peluang yang dapat dijadikan rekomendasi dalam pengembangan ekowisata di TN

8 No. Nama peneliti Judul Penerbit Tahun Tujuan 4. Yunita Rahma Skripsi- Fauziyah IPB 5. Unik Okta Fitriani 6. Benekdiktus Rio Wibawanto Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah Analisis Daya Tarik Pantai Serta Persepsi Wisatawan dan Masyarakat untuk Pengembangan Ekowisata Pesisir Pantai Trisik Kajian Potensi dan Pengembangan Ekowisata Birdwatching di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru 7. Syaiful Bahri Kajian Potensi dan Daya Tarik Burung untuk Pengembangan Ekowisata Birdwatching di Hutan Lindung Sungai Lesan 2010 1. Mengidentifikasi potensi-potensi wisata yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik ekowisata di TN 2. Merumuskan strategi pengembangan ekowisata di TN 3. Menganalisis arah pengembangan TN berdasarkan urutan prioritas strategi pengembangan ekowisata di TN 2011 1. Mengetahui daya tarik burung pantai yang meliputi keunikan (uniqueness), kelangkaan (scarcity), kondisi musiman (seasonality) dan keanekaragaman (diversity) untuk ekowisata di Pesisir Pantai Trisik 2. Mengetahui persepsi wisatawan dan masyarakat sekitar dalam kaitan dengan kegiatan ekowisata 3. Membuat strategi pengembangan ekowisata burung pantai di pesisir Pantai Trisik. 2011 1. Mengetahui potensi burung di blok hutan Padiratana dan Kambata Wundut sebagai obyek daya tarik ekowisata birdwatching di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru 2. Menentukan prioritas jalur birdwatching untuk pengembangan ekowisata birdwatching di Taman Nasional Tanah Daru 3. Mengetahui potensi pendukung kegiatan ekowisata birdwatching di Taman Nasional Tanah Daru 4. Mengetahui strategi pengembangan kegiatan ekowisata birdwatching di Taman Nasional Tanah Daru. 2011 1. Mengetahui potensi dan daya tarik burung yang terdapat di Hutan Lindung Sungai Lesan sebagai obyek ekowisata Birdwatching 2. Menentukan prioritas pilihan terhadap jalur-jalur interpretasi untuk dikembangnkan dalam ekowisata Birdwatching. 3. Mengetahui potensi pendukung ekowisata birdwatching di Hutan Lindung Sungai Lesan 4. Mengkaji pengembangan potensi ekowisata birdwatching di Hutan Lindung

9 No. Nama peneliti Judul Penerbit Tahun Tujuan 8 Margareta Disertasi- Rahayuningsih Komunitas Burung Di Kepulauan Jawa Tengah: Aplikasi Teori Biogeografi Pulau 2009 1. Menganalisis karakteristik masing-masing pulau khususnya pulau, jarak pulau, dan bentuk pulau, serta keanekaragaman habitat dan vegetasinya 2. Menganalisis struktur komunitas burung di Kepulauan terkait dengan kekayaan spesies, keanekaragaman spesies, kelimpahan, kesamaan spesies dan komposisi guild. 3. Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap komunitas burung di Kepulauan dalam hubungannya dengan teori biogeografi pulau. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan beberapa penelitian terkait diatas. Perbedaannya dengan penelitian sebelumnya terletak pada obyek daya tarik wisatanya yang menggunakan satwa liar burung dan lokasinya berada di Taman Nasional. Dalam pengembangan ekowisata birdwatching di TN, penelitian ini menggunakan 3 analisis yaitu (1) potensi burung dengan menggunakan metode daftar jenis MacKinnon, (2) lokasi potensial birdwatching, dalam penentuannya variabel yang digunakan adalah variabel potensi burung, penilaian lokasi, dan preferensi pengunjung, (3) strategi pengembangan, analisisnya menggunakan metode SWOT dan AHP (Analitical Hierarchy Process).