BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Ulasan Drama Berdasarkan

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pembelajaran Memproduksi Teks Eksplanasi Kompleks dengan Metode

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

garis awal atau start sampai dengan finish atau rencana dan pengaturan tentang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. A. Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Ulasan Film dalam Mata

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memproduksi yaitu menghasilkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menangkap Makna Teks Eksposisi Berdasarkan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sudah diatur dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ruang yang tidak hanya mengantarkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis. penggunaan keempat keterampilan berbahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksplanasi Kompleks Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas utama seorang pendidik adalah menyelenggarakan kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. A. Pembelajaran Memproduksi Teks Ulasan Berdasarkan Kurikulum

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menguatkan kedudukan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. pembelajaran merupakan tercapainya perubahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

Mengingat pentingnya bahasa tersebut, maka dalam dunia pendidikan perlu. mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia pun

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Kedudukan Pembelajaran Meringkas Teks Biografi untuk Kelas VIII

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Negosiasi Jual Beli

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

tetapi tidak akan menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 2014 MATERI PENDAMPINGAN IMPLEMENTAS KURIKULUM 2013 DIKMEN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. gerak-gerik badaniah yang nyata (Keraf, 1993: 2). Dengan bahasa, setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tadinya tidak terampil menjadi terampil (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB II KAJIAN TEORITIS

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PENGGUNAAN PUISI KARYA ANAK USIA 7-11 TAHUN SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kudukaan Pembelajaran Mengabstraksi Teks Ulasan Film Berdasarkan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI 2.1.1 Kompetensi Inti Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; dan sebagainya. Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SMA/MA pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap kelas. Melalui kompetensi inti, 10

11 sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Tim Kemendikbud (2013: 9) menjelaskan bahwa Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia perseta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertical berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berkut: (1) kompetensi inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; (2) kompetensi inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; (3) kompetensi inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan (4) kompetensi inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. beriku. Selai itu Mulyasa (2013: 174) mendeskripsikan kompetensi inti sebagai Kompetensi inti merupakan operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh perserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Berdasarkan kedua penjelasan tersebut, maka dapat ditarik simpulan bahwa kompetensi inti pada kurikulum2013 terdiri dari empat aspek, yaitu aspek sikap relijius, sikap sosial, sikap pengetahuan, dan sikap keterampilan. Keempat aspek tersebut harus dikuasai oleh peserta didik selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai secara efektif dan efisien.

12 2.1.2 Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan gambaran umum tentang kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran berupa pengetahuan, gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara lisan dan tertulis serta manfaatnya dalam berbagai kemampuan. Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 170) mengatakan, bahwa kompetensi dasar adalah pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu. Tidak jauh berbeda, Majid (2014: 57) mengatakan bahwa, kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Dari kedua pendapat tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa kompetensi dasar merukapakan konten atau kompetensi yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam hal ini, mengabstraksi teks ulasan film merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) 4.4 Mengabstraksi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan film/drama baik secara lisan maupun tulisan (Tim Dekdikbud, 2013: 45) 2.1.3 Alokasi Waktu Alokasi waktu pada setiap mata pelajaran tidaklah sama, dalam menentukan alokasi waktu sudah ada ketentuannya dalam kurikulum.

13 Tim kemendikbud (2013: 42) menjelaskan sebagai berikut. Penentuan alokasi waktu pada setiap Kompetensi Dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasaan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi waktu dirinci dan disesuaikan lagi dengan RPP. Berdasarkan hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa dalam menentukan alokasi waktu haruslah memepertimbangkan jumlah kompetensi dasar. Kegiatan belajar mengajar pada KD mengabstraksi teks ulasan film memiliki alokasi waktu yang tidak terlalu panjang. Alokasi waktu yang dibutuhkan adalah 2 x 45 menit perminggu. 2.1.4 Sumber Ajar Tim kemendikbud (2013: 42) menyatakan sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang digunakan unutk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan.

14 2.2 Mengabstraksi Teks Ulasan Film sebagai Salah Satu Kegiatan Menulis 2.2.1 Pengertian Mengabstraksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 4) abstrak tidak berwujud; tidak berbentuk; mujarad. Mengabstaksikan yaitu membuat abstraksi. Abstraksi yaitu proses atau perbuatan memisahkan. Dalman (2015: 195-228) mengatakan, bahwa abstrak merupakan ringkasan, rangkuman atau ikhtisar lengkap tentang isi sebuah tulisan. Ringkasan memiliki arti penyajian singkat dari sebuah karangan dengan memperhatikan dan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarangnya. Bersadasrkan hal tersebut Tarigan (2013: 22) mengatakan, bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu. Berdasarkan kedua uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mengabstraksi merupakan kegiatan menulis yang berarti meringkas yang merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dengan tetap memperhatikan dan mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang aslinya. 2.2.5 Struktur Mengabstraksi Kosasih (2014: 276-278) mengatakan, bahwa mengabstraksi teks ulasan lebih mudah karena teks ini biasanya sudah memiliki bagian-bagian yang jelas. Dari setiap bagian, kita dapat menentukan satu atau dua gagasan utamanya.

15 Bagan 2.1 Struktur Mengabstraksi Pendahuluan Struktur Abstraksi Gagasan Utama Isi Kekurangan/ Kelebihan 1) Gagasan tama, gagasan yang dianggap mewakili setiap bagian dalam teks tersebut. 2) Pendahuluan, pengenalan film yang diulas, disebut judul dan pengarangnya. 3) Isi, isi dari film yang diceritakan dari awal hingga akhir. 4) Kekurangan/ kelebihan, pertimbangan keunggulan dan kelemahan film yang diulas. 2.2.6 Langkah-Langkah Mengabstraksi Kegiatan mengabstraksi pasti memiliki suatu langkah dalam pengerjaannya. Berikut merupakan langkah-langkah dari mengabstraksi teks menurut Tri, A. (2014) dalam situs http://aditri.heck.in yang diubah ke dalam teks ulasan film: 1) membaca teks; 2) memahami isi teks; 3) menentukan gagasan pendahuluan; 4) menentukan gagasan isi; 5) menentukan gagasan kekurangan/ kelebihan; dan 6) menyusun teks menjadi abstraksi. Kegiatan mengabstraksi haruslah mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan agar kegiatan mengabstraksi berjalan dengan lancar dan hasil yang diperolehpun akan baik.

16 2.3 Teks Ulasan Film 2.3.1 Pengertian Teks Ulasan Film Menurut Kosasih (2014: 203) mendefinisikan teks ulasan sebagai beriku. Dalam pengategorian teks, ulasan termasuk ke dalam jenis discussion, yakni teks yang berfungsi untuk membahas berbagai pandangan mengenai suatu objek, isu, ataupun masalah tertentu. Di dalam teks tersebut disajikan banyak pendapat berdasarkan interpretasi ataupun penafsiran dari perspektif tertentu dengan disertai fakata-fata pendukungnya. Selain itu, menurut Maulana (2015) dalam situs http://www.informasi belajar.com Teks ulasan adalah teks yang isinya mengenai review atau ulasan terhadap suatu karya orang lain, biasanya berupa film atau drama. Tujuannya adalah agar orang tertarik untuk menonton film atau drama tersebut. Tapi perlu diperhatikan, dalam membuat teks ulasan dari suatu film atau drama usahakan isinya sesuai dengan yang ada pada film atau drama tersebut, jangan terlalu dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangkan. Kosasih (2014: 204) mengatakan, bahwa teks ulasan (film/ drama) merupakan hasil interpretasi terhadap suatu tayangan atau pementasan film/ drama tertentu. Dengan ulasan tersebut, pembaca/penyimak menjadi terbantu dalam memahami suatu tayangan. Sedangkan menurut Rifa, A. dalam situs http://www.siswamaster.com teks ulasan drama/film berarti teks yang berisi tinjauan/kritikan terhadap kekurangan/kelebihan, kebermanfaatan (segi positif) atau ketidakbermanfaatan (segi negatif) terhadap suatu pementasan drama/film. Beradarkan uraian di atas, dapat disumpulkan bahwa teks ulasan film adalah teks yang membahas berbagai pandangan mengenai review atau ulasan terhadap suatu tayangan baik berupa film/ drama dapat berupa kekurangan/ kelebihan,

17 manfaat positif ataupun negatif. Teks ulasan tersebut dapat memudahkan pembaca atau penyimak dalam memahami suatu tayangan. 2.3.2 Struktur Teks Ulasan Film Menurut Kosasih (2014: 206) struktur teks ulasan film memiliki struktur umum sebagai berikut: Bagan 2.2 Struktur Teks Ulasan Fim Pengenalan isu Identitas film sinopsis Struktur ulasan film Paparan argumen Ulasan unsur-unsur film Penilaian dan rekomendasi Kualitas film Saran kepada kahakayak 1) Pengenalan isu atau tinjauan karya (film/ drama) yang di dalamnya berupa judul, sutradara, para pemain, termasuk gambaran isi karya itu sendiri, yakni yang bisa disebut sebagai sinopsis, 2) Pemaparan argumen, sebagai bagian inti teks, berisi analisis berkenaan dengan unsur-unsur karya berdasarkan prespektif tertentu. Pada bagian ini dikemukakan juga fakta-fakta pendukung unutk memperkuat argumen penulis/ pembicara, serta 3) Penilaian dan rekomendasi, berisi timbangan keunggulan dan kelemahan film/ drama yang diulas. Pada bagian ini dapat pula disertai saran-saran untuk khalayak terkait dengan kepentingan prespektifnya. 2.4 Model Learning Together 2.4.1 Pengertian Model Learning Together Slavin (2015: 252) menjelaskan bahwa learning together adalah diskusi kelompok dan proyek kelompok. Pekerjaan pokok dalam mempersiapkan kelom-

18 pok diskusi adalah memastikan bahwa setiap anggota kelompok berpartisipasi. Apabila ingin kelompok membuat laporan tertulis, maka sangat penting juga bagi tiap anggotanya untuk mempunyai bagian tugas yang dibagi dengan baik, agar seluruh kegiatan pembelajaran ditanggung oleh satu orang anggota saja. Proyek kelompok yang baik adalah sama dengan prinsip dasar untuk sebuah diskusi kelompok, buatlah agar setiap orang berpartisipasi dan jangan biarkan satu atau dua orang peserta didik dalam kelompok memikul semua tanggung jawab. 2.4.2 Langkah-Langkah Model Learning Together Menurut Slavin (2015: 250), langkah-langkah model learning together sebagai berikut. 1) Interaksi tatap muka: para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan sampai lima orang. 2) Interdependensi positf: para siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. 3) Tanggung jawab individual: para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya. 4) Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka. 2.4.3 Kelebihan Model Learning Together Adapun kelebihan model learning together menurut Maulina (2013) dalam situs http://belajar-sabar-ikhlas.blogspot.co.id, adalah sebagai berikut. 1) Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena selalu diberi bahan diskusi oleh guru. 2) Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar bersama (learning together).

19 3) Siswa dilatih untuk berani dan percaya diri karena harus tampil mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. 4) Guru tidak terlalu lelah dan sibuk karena hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar. 5) Siswa lebih kreatif karena pembelajarannya menggunakan pendekatan salingtemas yaitu keterkaitan antara teknologi, sains, lingkungan, dan masyarakat. 2.4.4 Kelemahan Model Learning Together Adapun kelebihan model learning together menurut Maulina (2013) dalam situs http://belajar-sabar-ikhlas.blogspot.co.id adalah sebagai berikut. 1) Hanya cocok diterapkan di kelas tinggi karena lebih didominasi kegiatan diskusi dan presentasi. 2) Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan. 3) Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka bekerja dalam kelompok. 2.5 Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan judul penulis ajukan, penulis menemukan judul yang sama pada penelitian terdahulu yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2015) melalui studi eksperimennya yang berjudul Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi dengan Menggunakan Model Learning Together Pada Siswa Kelas X SMA SUMATRA 40 Bandung Tahun pelajaran 2014/2015 dan Pembelajaran Mengabstraksi Teks Negosiasi dengan Model Pembelajaran Probing Promting pada Siswa Kelas X SMAN 12 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 dengan hasil sebagai berikut.

20 Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No 1. Nama Peneliti/ Tahun Kurniawan (2015) Judul Pembelajaran Tempat Penelitian SMA SUMATRA Hasil Penelitian Penulis mampu Persamaan Penggunaan meodel Perbedaan Peneliti terdahulu Mempro- 40 Bandung melaksa- pembela- melakukan duksi Tahun nakan jaran yitu pembela- Teks pelajaran pembe- model jaran Eksposisi 2014/2015 lajaran learning mempro- dengan mempro- together duksi teks Menggu- duksi teks eksposisi, nakan eksposisi. sedangkan Model peneliti Learning penulis Together melakukan pembelajaran mengabstraksi teks laporan hasil obbservasi 2. Dian Utami (2014) Pembelajaran SMAN 12 Bandung Penulis mampu Penggunaan kata Peneliti terdahulu Mengabs- Tahun melaksa- kerja menggu- traksi Ajaran nakan operasio- nakan Teks 2014/2015 pembela- nal yaitu model Negosiasi jaran pembelaja probing dengan mengabs- -ran promting Model traksi teks mengabs- dan Pembela- negosiasi. traksi menggu-

21 jaran Probing Promting nakan teks negosiasi, sedangkan penulis menggunakan model learning together dan menggunakan teks ulasan film Berdasarkan penelitian terdahulu yang peratama, penulis mencoba melakukan penelitian terhadap materi yang berbeda, namun dengan menggunakan model pembelajaran yang sama yaitu model learning together. Pada penelitian terdahulu yang kedua, penulis mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan teks serta model model pembelajaran yang berbeda namun dengan menggunakan kata kerja operasional yang sama yaitu mengabstraksi. Tujuannya adalah untuk melihat hasil perbedaan hasil belajar siswa. Penelitian tersebut penulis tuangkan dalam karya tulis dengan judul Pembelajaran Mengabstraksi Teks Ulasan Film dengan Menggunakan Model Laerning Together pada Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Banadung Tahun Pelajaran 2015/2016.

22 2.6 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan deskripsi mengenai keadaan atau kondisi awal dari permasalahan penelitian sampai dengan akhir setelah diberikannya perlakuan dalam penelitian. Dalam kerangka pemikiran penulis menceritakan secara singkat untuk menggambarkan kronologis penelitian. Kerangka dapat mencangkup rencana penelitian secara singkat mengenai judul penelitian Pembelajaran Mengabstraksi Teks Ulasan Film dengan Menggunakan Model Learning Together pada Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016 Bagan 2.3 Kerangka Pemikiran Kondisi Awal Siswa masih kesulitan dalam hal menulis Rendahnya minat siswa dalam kegiatan menulis, khususnya dalam pembelajaran mengabstraksi teks ulasan film Penggunaan mtode dan media yang masih konvensional Proses penelitian Hasil Akhir Kemampuan mengabstraksi teks ulasan film pada siswa Penggunaan Model learning together akan mengakibatkan peningkatan kemampuan mengabstraksi teks ulasan film.

23 Dengan diadakan penelitian tersebut, diharapkan terciptanya suasana pembelajaran aktif karena siswa dibentuk kelompok untuk memecahkan permasalahan serta menyalurkan idenya. Sebelumnya minat siswa terhadap pembelajaran khususnya pada pembelajaran mengabstraksi teks ulasan film masih rendah. Serta pada proses suasana belajar mengajar masih monoton sebab guru masih jarang menggunakan metode atau media yang bervariasi. 2.7 Asumsi dan Hipotesis 2.8.1 Asumsi Asumsi atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh penneliti. Asumsi atau anggapan dasar menjadi dasar berpijak bagi penyelesaian masalah yang diteliti. Asumsi merupakan titik tolak berpikir dalam penelitian yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Dalam penelitian ini penulis mempunyai asumsi sebagai berikut. 1) Penulis dianggap telah mampu melaksanakan pembelajaran mengabstraksi teks ulasan film, karena penulis telah dibekali MPK (Mata Kuliah Pengemnbangan Kepribadian), MKK (Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan), MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya), MPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya), MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat) dan sudah dinyatakan lulus. 2) Mengabstraksi teks ulasan film adalah salah satu pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 KD 4.4 yaitu Mengabstraksi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan film/drama baik secara lisan maupun tulisan (Tim Dekdikbud)

24 3) Model yang dapat digunakan dalam pembejaran mengabstraksi teks ulasan film salah satunya adalah model learning together menurut Huda (2012: 139) model learning together berguna untuk memudahkan pembagian tugas dan memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok sehingga dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. 2.8.2 Hipotesis Noor (2015: 79) berpendapat, bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Dengan bergitu, ada ketertarikan antara perumusan masalah dengan hipotesis, karena perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian. Jawaban sementara yang ditentukan oleh penulis harus dibuktikan atau diuji kebenarannya. Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan dalam pernyataan sebagai berikut. 1) Penulis mampu merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran mengabstraksi teks ulasan film dengan menggunakan model learning together pada siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016. 2) Siswa kelas XI SMA PGRI 1 Bandung mampu mengabstraksi teks ulasan film dengan model learning together. 3) Model learning together efektif diterapkan dalam pembelajaran mengabstraksi teks ulasan film pada siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016.