METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alasan peneliti memilih desa Sipiongot kecamatan Dolok Kabupaten

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

A. Kerangka Pemikiran

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

Analisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat Karlie A. wurangian & Erwin Hardika Putra. Karlie A. Wurangian dan Erwin Hardika Putra

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

IV. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Tabel Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

III. METODE PENELITIAN

A. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

II. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI KAJIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

IV. METODE PENELITIAN

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat pada

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Transkripsi:

METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data statistik, sedangkan peralatan yang dipergunakan adalah Komputer, Software GIS, dan Kuisioner. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Provinsi Jawa Barat (Gambar 6). Jangka waktu pelaksanaan penelitian di lapangan selama kurang lebih 2 (dua) bulan, mulai Juni 2007 sampai dengan Agustus 2007. Gambar 6 Lokasi penelitian

Metode Pengumpulan Data 37 Pengumpulan Data Data sekunder dikumpulkan dari berbagai instansi yang terkait dengan tema penelitian, yakni Badan Pusat Statistik (BPS), Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten, Dinas Kehutanan Kabupaten, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten, Dinas Perkebunan Kabupaten dan instansi terkait lainnya. Data-data sekunder juga dikumpulkan dari sumber-sumber lain yang relevan. Data primer dikumpulkan melalui observasi lapangan, pengisian kuisioner dan wawancara langsung terhadap responden terpilih yang terdiri dari petani hutan rakyat, pedagang pengumpul atau tengkulak, pedagang penampung (perantara), industri pengolahan kayu rakyat dan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan kegiatan pengusahaan hutan rakyat. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis, baik secara statistik maupun deskriptif untuk mengetahui hubungan atau keterkaitan antara variabel yang satu dengan yang lain untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya sasaran yang ingin dicapai adalah mengetahui potensi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten (diagram analisis data dapat dilihat pada Gambar 9) Metode Pengambilan Contoh Responden Pengambilan contoh responden dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pengambilan contoh tingkat tiga (three stage sampling). Penentuan contoh terpilih dilakukan purposive sampling atau contoh diarahkan dengan memperhatikan potensi untuk pengembangan hutan rakyat yang dicirikan dengan luas pemilikan serta posisi lokasi terhadap wilayah Kabupaten. Satuan contoh tingkat pertama adalah kecamatan, satuan tingkat ke dua adalah desa dan satuan contoh ketiga adalah rumah tangga. Satuan contoh tingkat pertama dipilih tiga kecamatan (yaitu Kecamatan Cisolok, Simpenan, dan Parakansalak). Kemudian dipilih 2 (dua) desa untuk masing-masing kecamatan, yaitu Desa Cikahuripan dan Karangpapak (Kecamatan Cisolok ), Desa Loji dan Desa

Cidadap (Kecamatan Simpenan), serta Desa Makasari dan Palasari Girang (Kecamatan Kalapanunggal). Selanjut diambil masing-masing 10 orang petani hutan rakyat sebagai responden. Kriteria pengambilan responden adalah petani yang aktif membudidayakan tanaman kayu-kayuan (tanaman kehutanan di lahan miliknya). Disamping itu juga dipilih beberapa orang responden yang terdiri dari pedagang perantara/tengkulak dan pengolah hasil hutan rakyat serta Industri Pengolahan Kayu (IPK). Tabel 5 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian No Jenis Data Skala Tahun Bentuk Sumber Data 1 Peta Tanah 1 : 200.000 1966 Digital PPT Bogor 2 Peta Administrasi 1 : 100.000 2005 Digital BAPPEDDA Kab. 38 3 Peta RTRW Kab. 4 Peta Penggunaan Lahan 5 Peta Lereng dan Elevasi 1 : 100.000 2005 Digital BAPPEDDA Kab. 1: 100.000 2005 Digital BAPPEDDA Kab. 1 : 50.000 2005 Digital BAPPEDDA Kab. 6 Peta Kawasan Hutan 1 : 100.000 2005 Digital BAPPEDDA Kab. 7 Peta Kawasan Perkebunan 1 : 100.000 2005 Digital BAPPEDDA Kab. 8 Data Curah Hujan - 1981-2005 Tabular Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Bogor, Dinas Pertanian Kabupaten. 9 Data Luas Hutan Rakyat, Produksi 11 Data Lahan Kering, Data Penggunaan Lahan Kering 13 Data Harga Kayu, preferensi masyarakat, saluran pemasaran, analisis finansial. - 2006 Tabular Dinas Kehutanan Kab. - 2005/2006 Tabular BPS Kab. - 2007 Tabular Wawancara Petani, Tengkulak, Pelaku Industri pengolahan kayu, penyuluh kehutanan.

Metode Analisis Data 39 Identifikasi Ketersediaan Lahan Untuk Pengembangan (Analisis dengan Menggunakan GIS). Sasaran lokasi pengembangan hutan rakyat adalah : (1) lahan yang karena kelerengannya tidak memungkinkan untuk budidaya tanaman pertanian, (2) lahan yang ditelantarkan atau tidak digarap lagi sebagai lahan tanaman semusim, (3) lahan yang karena pertimbangan khusus misalnya untuk perlindungan mata air atau bangunan air, (4) lahan milik rakyat yang karena pertimbangan ekonomi lebih menguntungkan apabila dijadikan hutan rakyat dari pada tanaman semusim, dan (5) lahan-lahan tidak produktif lainnya. Kriteria tersebut kemudian diterjemahkan kedalam peta menjadi sebagai berikut : (1) merupakan kawasan budidaya pertanian lahan kering (lahan non sawah); (2) bukan merupakan kawasan hutan (Hutan konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Konservasi); (3) bukan merupakan kawasan perkebunan (negara); (4) bukan permukiman; (5) bukan kawasan dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang ditetapkan sebagai zone khusus seperti zone industri misalnya. Analisis ketersediaan lahan hutan rakyat ini dilakukan dengan metode tumpang tindih (overlay) dengan menggunakan Software GIS. Tahapan adalah sebagai berikut : 1. Peta RTRW Kab., Peta Penggunaan Lahan, Peta Kawasan Hutan, Peta Perkebunan dan Peta Administrasi ditumpangtindihkan. 2. Selanjutnya melalui proses logical query dengan kriteria lahan untuk hutan rakyat didapatkan Peta Ketersediaan Lahan (lahan potensial) untuk pengembangan hutan rakyat. 3. Untuk mendapatkan Peta Lahan Prioritas untuk pengembangan hutan rakyat dilakukan lagi proses logical query dengan kriteria (1) lahan dengan kelerengan lebih dari 25 % dan (2) lahan-lahan disekitar tubuh air (radius 200 meter). 4. Peta Ketersediaan Lahan dan Peta Lahan Prioritas disajikan dalam skala 1 : 100.000, kemudian dihitung luasan masing-masing lahan sehingga didapatkan luasan lahan per kecamatan. (Gambar 7)

40 Peta RTRW Skala 1:100.000 Peta Penggunaan Lahan Skala 1:100.000 Peta Kawasan Hutan Skala 1:100.000 Peta Perkebunan Skala 1:100.000 Peta Administrasi Skala 1:100.000 Analisis Tumpang Tindih (overlay) Logical Query Dengan kriteria Lahan untuk Peta Ketersediaan Lahan untuk pengembangan (Skala 1 : 100.000) lahan lereng > 25 % Lahan sekitar tubuh air Peta Lahan Prioritas Pengembangan (Skala 1 : 100.000) Gambar 7 Diagram alir analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan hutan rakyat. Analisis Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Unggulan Berdasarkan data yang ada dan beberapa kajian yang sudah dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten ada 3 (tiga) jenis komoditas yang menjadi unggulan untuk dikembangkan, yaitu Jati (Tectona grandis), Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Mahoni (Swietenia macrophylla). Analisis Kesesuaian lahan dilakukan dengan Metode FAO (1976) dengan cara membandingkan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh komoditas tanaman hutan rakyat. Tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Peta Lahan Tersedia, Peta Lereng, Peta Tanah dan Peta Curah Hujan ditumpangtindihkan untuk mendapatkan satuan peta ketersediaan lahan beserta karakteristiknya. 2. Selanjutnya satuan peta ketersedian lahan dipadukan dengan persyaratan tumbuh tiga komoditas hutan rakyat.

41 3. Kemudiaan satuan peta ketersedian lahan dimasukan ke dalam kelas-kelas kesesuaian lahan berdasarkan faktor pembatas yang paling minimal. (Gambar 8). Peta Tanah Peta CH Peta Lereng Peta Ketersediaan lahan Overlay Peta Lahan Tersedia Skala 1 : 200.000 Matching Persyaratan Komoditas Peta Kesesuaian Komoditas Skala 1 : 200.000 Gambar 8 Diagram alir penentuan kesesuaian lahan untuk komoditas hutan rakyat terpilih Analisis Location Quotient (LQ) Potensi pengembangan hutan rakyat di lokasi penelitian terutama dilihat dari luasan lahan yang digunakan untuk usaha hutan rakyat dan atau potensial untuk pengusahaan hutan rakyat jika dibandingkan dengan luas lahan secara keseluruhan. Potensi utama dalam pengembangan hutan rakyat di lokasi

42 penelitian adalah tersedianya lahan yang dimiliki yang dapat digunakan untuk pengembangan hutan rakyat. Untuk membuktikan hal tersebut, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui apakah kegiatan penggunaan lahan di lokasi penelitian merupakan kegiatan basis, terutama jika dilihat dari luas lahan untuk kegiatan hutan rakyat jika dibandingkan dengan luas lahan secara keseluruhan. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan di suatu wilayah merupakan sektor basis atau bukan basis di gunakan analisis Location Quetiont yang biasa disingkat LQ. Luas pemanfaatan lahan untuk pengusahaan hutan rakyat dibandingkan dengan luas lahan secara keseluruhan dengan model : X ij / X i.. LQij =...(2) X / X.. j Dimana : LQij = Indeks kuosien lokasi Xij = Jumlah luas areal suatu aktivitas pada tingkat wilayah kecamatan Xi.. = Jumlah luas areal total seluruh aktivitas pada tingkat wilayah kecamatan X.j = Jumlah luas areal total suatu aktivitas pada tingkat wilayah Kabupaten X.. = Jumlah luas areal total seluruh aktivitas pada tingkat wilayah Kabupaten Kriteria penilaian dalam penentuan ukuran derajat basis dan non basis adalah : 1. Jika nilai LQ lebih besar dari satu (LQ>1), maka pemanfaatan lahan untuk aktivitas hutan rakyat tersebut merupakan sektor basis 2. Jika nilai LQ sama atau kurang dari satu (LQ<1) berarti sub sektor yang dimaksud termasuk ke dalam sektor non basis pada kegiatan pemanfaatan lahan di wilayah Kabupaten.

43 Analisis Location Index (LI) Localization Index merupakan salah satu index yang menggambarkan pemusatan relatif suatu aktivitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah atau secara umum analisis ini digunakan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk mengembangkan aktivitas tertentu. Persamaan Localization Index ini bisa dikatakan merupakan bagian dari persamaan LQ. Persamaan Localization Index adalah : n X ij X i.. LI j = 1/ 2 { }... (3) X X dimana : i= 1. J.. LIj = Localization Index suatu aktivitas Xij = Jumlah luas areal suatu aktivitas pada tingkat wilayah kecamatan Xi.. = Jumlah luas areal total seluruh aktivitas pada tingkat wilayah kecamatan X.j = Jumlah luas areal total suatu aktivitas di tingkat wilayah Kabupaten X.. = Jumlah luas areal total seluruh aktivitas di tingkat wilayah Kabupaten Untuk menginterpretasikan hasil analisis ini, digunakan kriteria sebagai berikut : 1. Jika nilainya mendekati 0 berarti aktivitas tersebut cenderung tersebar atau merata di beberapa lokasi atau mempunyai peluang tingkat perkembangan relatif indifferent atau sama di seluruh lokasi. 2. Jika nilainya mendekati 1 berarti aktivitas tersebut akan cenderung berkembang memusat atau terkonsentrasi di suatu lokasi, artinya aktivitas tersebut akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasi-lokasi tertentu.

Kelayakan Pengusahaan 44 Analisis Finansial Data yang digunakan dalam analisis finansial berasal dari kompilasi hasil wawancara langsung dengan 60 (enam puluh) orang petani hutan rakyat, 10 (sepuluh) orang pelaku pemasaran kayu rakyat dan 3 (tiga) industri pengolahan kayu rakyat yang dipilih secara purposive sampling. Analisis finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan proyek (dalam hal ini pengusahaan hutan rakyat menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (BCR) sebagai berikut : 1. Analisis NPV (Net Present Value) NPV atau nilai bersih sekarang adalah alat yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari laba suatu investasi apakah investasi tersebut memberi keuntungan atau bahkan sebaliknya. NPV dihitung dengan cara menghitung nilai sekarang laba (nilai sekarang pendapatan dikurangi nilai sekarang investasi / biaya operasional) tahun pertama hingga tahun terakhir umur proyek investasi. Kemudian nilai sekarang laba tahun pertama hingga tahun terakhir dijumlahkan. Proyek investasi ini baru layak dijalankan (go) jika total nilai sekarang lebih besar dari 0 (nol). Persamaan Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut : NVP = n ( Bt Ct ) t ( i) t= 1 1+......(5) Bt = Pendapatan dari hutan rakyat pada tahun ke - t Ct = Biaya pengusahaan hutan rakyat pada tahun ke - t i = Tingkat suku bunga yang berlaku t = Jangka waktu daur ( i = 1, 2,..,n) 2. Analisis Gross Benefit Cost Ratio (Rasio B/C) Rasio Gross B/C adalah rasio dari pendapatan (B=Benefit) dibandingkan dengan biaya (C=Cost) yang telah dihitung nilai sekarangnya

45 (telah didiscount factor). Analisis ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan analisis NPV. Proyek investasi baru layak dijalankan (go), jika rasio B/C lebih besar dari 1 (satu). Persamaan Benefit Cost Ratio (BCR) adalah sebagai berikut : BCR = n t= 1 n B t ( 1+ i) C t t= ( + ) t 1 1 i t......(6) Bt = Pendapatan dari hutan rakyat pada tahun ke - t Ct = Biaya pengusahaan hutan rakyat pada tahun ke - t i = Tingkat suku bunga yang berlaku t = Jangka waktu daur ( i = 1, 2,..,n) 3. Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return menghitung tingkat bunga pada saat arus kas sama dengan 0 (nol) atau pada saat laba (pendapatan dikurangi laba) yang telah didiscount factor sama dengan 0 (nol). IRR ini berguna untuk mengetahui pada tingkat bunga berapa proyek investasi tetap memberikan keuntungan. Jika bunga sekarang kurang dari IRR maka proyek dapat diteruskan sedangkan jika bunga lebih dari IRR maka proyek investasi lebih baik dihentikan. Persamaan Internal Rate of Return (IRR) adalah sebagai berikut : ' NVP IRR = i + ( ) ( ' i i '') NPV ' NPV ''...(7) Dimana : i' = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV' i'' = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV'' NPV' = NPV pada tingkat bunga i' NPV'' = NPV pada tingkat bunga i''

Analisis Deskriptif Saluran Pemasaran 46 Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen. Dalam proses penyaluran produk dari petani hingga ke tangan konsumen memiliki banyak alternatif saluran pemasaran dan melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yang merupakan badan yang menyelenggarakan kegiatan dan fungsi pemasaran. Produk-produk yang melalui beberapa lembaga pemasaran akan mengalami peningkatan harga. Peningkatan harga ini terjadi karena adanya biaya yang harus dikeluarkan dalam proses pendistribusian dan keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran. Biaya-biaya yang digunakan oleh lembaga pemasaran ditujukan untuk melakukan fungsi pemasaran yang akan dapat meningkatkan kegunaan bentuk, waktu dan tempat dari produk yang didistribusikannya. Secara umum lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pendistribusian produk dari fungsi pemasaran dari produsen ke konsumen adalah pedagang pengumpul sampai pedagang besar. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses barang dari produsen ke konsumen akan semakin besar perbedaan harga komoditas tersebut diantara tingkat produsen dan konsumen akhir dan semakin besar pula harga yang harus dibayar oleh konsumen akhir. Perbedaan harga tersebut disebut margin pemasaran. Kelembagaan dan Persepsi Masyarakat terhadap Kegiatan Pengembangan (Analisis Deskriptif) Untuk mengetahui persepsi masyarat dan kelembagaan pengusahaan hutan rakyat dilakukan analisis deskriptif terhadap data yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan kuisioner. Persepsi masyarakat petani yang dimaksud adalah tujuan utama budidaya hutan rakyat, proses pengusahaan hutan rakyat, teknik-teknik dalam budidaya hutan rakyat, dan apa yang mendorong petani melakukan budidaya hutan rakyat. Sedangkan kelembagaan pengusahaan hutan rakyat meliputi keanggotaan kelompok tani, peran penyuluh kehutanan dalam pengembangan hutan rakyat, dan peran pemerintah dalam memfasilitasi kegiatan pengembangan hutan rakyat.

47 Peta RTRW Peta Land Use Peta Administrasi Peta Kawasan Hutan Peta Perkebunan overlay Kriteria Lahan untuk Peta Ketersediaan Lahan Peta Lereng Peta CH Peta Jenis Tanah overlay Land Mapping Unit matching Persyaratan Tumbuh Komoditas terpilih (Jati, Mahoni, Sengon) Peta Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Komoditas Terpilih Peta Pemusatan Budidaya Hutan Rakyat Analsis LQ Analisis LI Arahan Pewilayah dan Pengembangan Analisis Kelembagaan Pengembangan Data Luas Aktual, dan Aktivitas pertanian lainnya Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Pengembangan Hutan rakyat Data Hasil Survey dan wawancara Analisis Ekonomi dan Pemasaran Gambar 9 Diagram alir analisis dan pengolahan data