BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

TEKNIK PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN JALAK BALI (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) DI PENANGKARAN UD ANUGRAH, KEDIRI JAWA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Burung Kakaktua. Kakatua

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

JURNAL SIMBIOSIS V (1): 1-6 ISSN: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Maret 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGKARAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rotschildi)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

KOEFISIEN INBREEDING JALAK BALI (Leucopsar rotschildi Stresemann 1922) DI PENANGKARAN TEGAL BUNDER TAMAN NASIONAL BALI BARAT ADILIA PUTRI RAHMAWATI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas,

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

TEKNIK PENANGKARAN DAN ANALISIS KOEFISIEN INBREEDING

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. alam. Dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN)

MATERI DAN METODE. Materi

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

Veterinaria Vol 6, No. 1, Pebruari Studi Perilaku Pasangan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) pada Kandang Breeding di Kebun Binatang Surabaya

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Karya Ilmiah Peluang Bisnis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem

SECARA UMUM CIRI-CIRI TERNAK UNGGAS ADALAH :

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

LOVEBIRD. Semoga bermanfaat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

Enceng Sobari. Trik Jitu menangkarkan Lovebird. Sang Burung Primadona

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

Penyiapan Mesin Tetas

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Phylum Chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua (Welty 1982;

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus)

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak

Tilatang Kamang Kabupaten Agam meliputi Nagari Koto Tangah sebanyak , Gadut dan Kapau dengan total keseluruhan sebanyak 36.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Suhardi, SPt.,MP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

II. TINJAUAN PUSTAKA

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. KEANEKARAGAMAN MAKLUK HIDUP, ALAM DAN PELESTARIANNYALATIHAN SOAL BAB 10

TINJAUAN PUSTAKA. puyuh memiliki karakter yang unik sehingga menyebabkan dapat diadu satu

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah, Bali mynah, Bali starling, dan Rotschild s mynah (Mas ud 2010). Menurut Stresemann (1912) diacu dalam Kurniasih (1997) klasifikasi jalak bali adalah sebagai berikut: Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Bangsa : Passeriformes Famili : Sturnidae Genus : Leucopsar Jenis : Leucopsar rotschildi Steresemann, 1912. 2.2 Morfologi Menurut Gepak (1986) diacu dalam Thohari et al. (1991) dan Mas ud (2010), ciri-ciri morfologis jalak bali adalah sebagai berikut: 1. Bulunya 90% berwarna putih bersih, pada ujung bulu sayap dan bulu ekornya ditemukan warna hitam lebarnya 25 mm. 2. Pelupuk matanya berwarna biru tua mengelilingi bola mata, paruh runcing dengan panjang 2 3 cm, di bagian ujungnya berwarna kuning kecoklatan, rahangnya berwarna abu-abu kehitaman. 3. Burung jantan bentuknya lebih indah, mempunyai jambul di kepalanya dengan beberapa helai bulu berwarna putih bersih. 4. Panjang dari ujung paruh sampai ujung ekor kurang lebih 25 cm, panjang paruh 3 cm, panjang kepala 5 cm, panjang leher 2 cm, panjang sayap 13 cm, panjang ekor 6 cm, dengan warna kehitaman di ujungnya sepanjang 2 cm dan panjang kaki (tidak termasuk paha) 4 cm.

5 5. Berat badan 107,75 gram, jumlah bulu sayap 11-12 helai dan jumlah bulu ekor 17-18 helai. Menurut Mas ud (2010), jalak bali termasuk jenis burung monomorfik, artinya secara morfologis (bentuk luar tubuh) antara jantan dan betina relatif sulit dibedakan, karena keduanya memiliki pola warna bulu, bentuk dan ukuran tubuh yang relatif sama meskipun ukuran tubuh jantan relatif lebih besar daripada betina. Selain itu, menurut Kuroda (1933) dalam Kurniasih (1997), tubuh jantan lebih besar dan memiliki bulu-bulu jambul yang panjang dan rahang sebelah atasnya lebih tebal dari yang betina. Jalak bali memiliki telur yang berukuran kecil seperti telur burung puyuh dan berbentuk bulat panjang serta berwarna biru kehijauan. Keterangan singkat yang menerangkan perbedaan ciri morfologi jalak bali jantan dan jalak bali betina dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1 Ciri-ciri morfologi yang membedakan jalak bali jantan dan betina No. Ciri morfologi Jantan Betina 1 Kepala Lebih besar, Lebih kecil, bentuknya bentuknya panjang cenderung bulat 2 Jambul Lebih panjang dan Relatif pendek dan hampir menyerupai datar kuncir 3 Daerah sekitar mata Warna lebih gelap, Warna lebih terang, permukaannya tampak lebih kasar permukaannya tampak lebih halus 4 Ukuran tubuh Tampak lebih besar dan gagah Tampak lebih ramping Sumber : Mas ud (2010) Gambar 1 Sepasang jalak bali jantan dan betina (Sumber: Hendry 2012).

6 2.3 Reproduksi Menurut Alikodra (1987) dan Mas ud (2010), jalak bali merupakan satwa monogamus, yaitu hanya memiliki satu pasangan dalam satu musim kawin, sehingga sex rasionya adalah 1:1 dan umur mulai proses perkawinan 7-9 bulan dengan jumlah telur maksimum sebanyak 3 butir. Menurut Thompson dan Brown (2001), jalak bali melakukan proses perkawinan di alam pada umur dua tahun serta masa produktif jalak bali dalam menghasilkan keturunan untuk jantan sampai umur 17 tahun dan untuk betina sampai umur 12 tahun. Menurut Alikodra (1987), perkawinan jalak bali di alam terjadi pada bulan September-Desember, sedangkan menurut Kurniasih (1997) perkawinan jalak bali terjadi pada bulan Januari-Maret. Hal ini berdasarkan ditemukannya jalak bali dengan sayap dan ekor yang belum sempurna pada bulan Juni. Perkawinan jalak bali di dalam penangkaran terjadi sepanjang tahun. Biasanya jalak bali yang telah bertelur dan menetaskan anaknya selama 14 hari akan bertelur kembali setelah anaknya berusia sekitar 4-5 minggu atau jarak waktu bertelur sekitar dua bulan (Mas ud 2010). 2.4 Habitat dan Penyebaran Habitat satwaliar dapat dikatakan sebagai tempat hidup satwaliar. Pada prinsipnya, satwaliar memerlukan tempat-tempat yang digunakan untuk mencari makan, berlindung, beristirahat dan berkembangbiak (Hernowo et al. 1991). Habitat yang mempunyai kualitas yang tinggi nilainya diharapkan akan menghasilkan kehidupan satwaliar yang berkualitas tinggi (Alikodra 2010). Menurut Alikodra (1987) dan Balen et al. (2000), jalak bali menyukai habitat hutan mangrove, hutan rawa, hutan musim dataran rendah dan daerah savana. Penyebaran jalak bali secara alami hanya terdapat di Taman Nasional Bali Barat (TNBB) (Thohari et al. 1991). Selain itu, menurut Alikodra (1987), penyebaran jalak bali terdapat di daerah Tegal Bunder, Lampu Merah, Batu Gondang, Prapat Agung, Batu Licin, dan Teluk Brumbun.

7 2.5 Populasi Populasi jalak bali di habitat alaminya yaitu di Taman Nasional Bali Barat mengalami penurunan. Menurut Thompson dan Brown (2001), diketahui pada tahun 1984 jumlah jalak bali diperkirakan 125-180 ekor. Pada tahun 1988 jumlah jalak bali sekitar 37 ekor dan 12-18 ekor pada tahun 1990. Pada tahun 1998 didapatkan 10-14 ekor serta diperkirakan semuanya adalah jantan. Data terakhir yang dikumpulkan oleh PEH Bali Barat pada tahun 2006 hanya ditemukan 6 ekor (Taman Nasional Bali Barat 2009). 2.6 Teknik Penangkaran Menurut Thohari et al. (2011) dan Garsetiasih dan Takandjandji (2007), penangkaran adalah suatu kegiatan untuk mengembangbiakan satwaliar yang bertujuan untuk memperbanyak populasi agar menghindari kepunahan dengan tetap mempertahankan kemurnian genetik sehingga kelestarian dan keberadaan jenis satwa dapat dipertahankan di habitat alaminya serta dalam rangka memanfaatkan satwaliar secara optimal. Hal ini diperkuat oleh pendapat Alikodra (2010), prinsip penangkaran adalah pemeliharaan dan perkembangbiakan sejumlah satwaliar yang sampai pada batas-batas tertentu dapat diambil dari alam, tetapi untuk selanjutnya, pengembangannya hanya diperkenankan diambil dari keturunan-keturunan yang berhasil dari penangkaran. Menurut Thohari et al. (2011), sistem penangkaran mengacu pada prinsip pengelolaan habitat, yaitu secara intensif dan ekstensif. Pada pengelolaan intensif, campur tangan manusia sangat tinggi dan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga dan pengelolaan umumnya relatif tinggi. Sebaliknya pada pengelolaan ekstensif, manusia hanya mengatur beberapa aspek habitat dan kebutuhan hidup satwa dan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga dan pengelolaan umumnya relatif rendah. Menangkarkan jalak bali merupakan salah satu bentuk kegiatan yang harus dilakukan untuk menanggulangi punahnya jalak bali di alam. Penangkaran jalak bali memiliki peranan penting dalam pembiakan spesies jalak bali yang populasinya menuju ke arah kepunahan dan merupakan kegiatan konservasi yang dilakukan secara ex-situ (Dimitra 2011).

8 Berdasarkan tujuannya, Helvort (1986) diacu dalam Alikodra (2010) membagi penangkaran menjadi penangkaran untuk budidaya dan penangkaran untuk konservasi. Perbedaan antara penangkaran budidaya dengan penangkaran konservasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perbedaan antara penangkaran dalam rangka budidaya dan konservasi Aspek Penangkaran Budidaya Penangkaran konservasi Objek 1. Beberapa individu dan ciri-cirinya 2. Ras 3. Jumlah populasi total terbatas dan sangat kecil Sasaran 1. Domestikasi 2. Perubahan dalam arti menciptakan ras 3. Komersial 1. Sesuatu populasi dan ciri-cirinya 2. Jenis dan/ atau anak jenis 3. Jumlah individu total sangat besar 1. Release (pelepasliaran) 2. Tidak merubah jenis 3. Non-komersial 4. Terkurung untuk selama-lamanya 4. Pengembalian kepada alam aslinya Manfaat 1. Memenuhi kebutuhan material 1. Mempertahankan stabilitas 2. Memenuhi kebutuhan batin dan ekosistem sosial 2. Mempertahankan atau meningktakan lagi nilai-nilai alam Jangka waktu 1. Pendek (1-250 tahun) 1. Panjang sampai selama-lamanya (500 tahun ke atas) Metode 1. Perkembangan dalam arti tingkat produksi 2. Menerapkan teknik canggih (inseminasi, transplantasi embrio, artisial, dan pembelahan embrio) 3. Meningkatkan jumlah pasangan yang mau kawin 4. Penentuan pasangan ditentukan oleh ciri-ciri betina dan jantan Sumber : Alikodra (2010) 1. Perkembangan populasi ditentukan oleh hukum-hukum genetika dan keadaan alam 2. Mempertahankan sex ratio 3. Jaga keturunan tidak didominasi 4. Penentuan pasangan secara acak Menurut Mas ud (2010), dalam menangkarkan jalak bali diperlukan lingkungan tempat penangkaran yang harus cocok secara teknis biologis serta harus nyaman dan aman dari berbagai faktor pengganggu termasuk dari gangguan aktivitas manusia dan terhindar dari kemungkinan banjir atau tergenangnya air pada waktu musim hujan. Selain itu, perlu diperhatikan dalam beberapa sarana dan prasarana, seperti kandang atau sangkar beserta sarana pendukungnya. Faktor penting lain yang harus diperhatikan adalah makanan, karena makanan merupakan unsur penting bahkan sebagai faktor pembatas bagi usaha penangkaran. Pakan jalak bali yang berada di penangkaran diantaranya adalah kroto, ulat hongkong, jangkrik, dan telur semut. Selain makanan alami, seperti buah-buahan, juga dapat diberikan pakan buatan baik dalam bentuk butiran atau tepung yang banyak dijual

9 di pasar. Faktor kesehatan juga merupakan salah satu penentu keberhasilan penangkaran jalak bali. Oleh karena itu, perawatan kesehatan dan pemantauan penyakit harus dilakukan secara baik dan teratur. Menurut Yunanti (2012), jenis penyakit yang sering diderita oleh jalak bali di penangkaran adalah katarak, flu, sakit mata dan cacar pada kaki. Dalam usaha penangkaran, pengembangbiakan jalak bali harus diawali dengan ketepatan dalam memilih bibit. Bibit yang dipilih harus sehat, tidak cacat, bersuara lantang dan bagus serta jelas asal-usulnya. Keberhasilan suatu penangkaran mengembangbiakan pasangan jalak yang ditangkarkan harus diikuti dengan keberhasilan merawat dan membesarkan anak. Masa perawatan anak oleh induk paling cepat berkisar antara 12-16 hari dan pemisahan anak lebih baik dilakukan lebih awal agar mencegah kematian anak akibat dipatuk oleh induknya (Mas ud 2010). 2.7 Aktivitas Harian Perilaku satwa adalah respon atau ekspresi satwa karena adanya rangsangan yang mempengaruhinya (Pandanwati 2009). Menurut Alikodra (1990) diacu dalam Pandanwati (2009), fungsi utama tingkah laku adalah untuk memungkinkan satwa menyesuaikan diri terhadap beberapa perubahan keadaan, baik dari luar maupun dari dalam. Menurut Alikodra (1987) dan Kurniasih (1997), di habitat alaminya jalak bali termasuk jenis burung yang suka terbang secara berombongan, pada musim kawin yang berlangsung antara bulan September-Desember mereka terbang secara berpasangan sambil mencari makan. Satwa ini membuat sarang di dalam lubanglubang pohon pada ketinggian 2,5-7 m dari tanah. Jalak bali mempunyai aktivitas harian yang sama, yaitu setelah matahari terbit yaitu pada pukul 05.00-05.30 WITA mereka mulai terbang secara berkelompok menuju tempat makan/minum, dan mereka kembali menuju tempat tidur sebelum matahari terbenam yaitu pada pukul 14.30 WITA. Kegiatan harian ini akan berhenti sama sekali pada pukul 18.45 WITA. Radius pergerakan hariannya bervariasi dari 3-10 km tergantung pada keadaan lingkungannya.

10 Meskipun di alam jalak bali merupakan burung yang paling liar namun aktivitas yang dilakukannya selalu diiringi komunikasi suara antar pasanganpasangan yang ada. Jalak bali merupakan burung yang menyukai kebersihan. Satwa ini suka bermain air untuk membersihkan badannya. Setelah itu, mereka mengeringkan tubuhnya dengan cara mengigit-gigit bulunya satu persatu. Pengeringan bulu ini dilakukan dengan berjemur sinar matahari dan bertengger di ranting-ranting pohon. Bulu-bulunya akan mengering dan kembali mengkilap bahkan semakin bercahaya (Kurniasih 1997).