PENGARUH PELATIHAN LARI 800 M DAN LARI 1500 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PELATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN LARI 60 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS)

PENGARUH PELATIHAN JUMP SERVICE DENGAN DAN TANPA AWALAN TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

PENGARUH PELATIHAN LARI INTERVAL DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN

Gde Ryan Saputra, Gede Doddy Tisna MS, Made Budiawan. Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

PENGARUH PELATIHAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KECEPATAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

PENGARUH PELATIHAN LOMPAT KATAK TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMPN 4 SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH PELATIHAN YOGA ASANA (SURYANAMASKAR) TERHADAP KELENTUKAN DAN KAPASITAS VITAL PARU

Kadek Sutyantara, Ni Luh Kadek Alit Arsani, I Nyoman Sudarmada

PENGARUH PELATIHAN ALTERNATE LEG BOUND DAN SKIPPING TERHADAP KELINCAHAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

PENGARUH PELATIHAN SIDE HOPE SPRINT TERHADAP KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI

e journal jurnal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume II Tahun 2014)

PENGARUH PELATIHAN MEDICINE BALL SIT-UP THROW TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN OTOT PUNGGUNG

PENGARUH PELATIHAN FARTLEK DAN OBSTACLE RUN TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU

PENGARUH PELATIHAN PLAIOMETRIK DOUBLE LEG BOUND TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI

PENGARUH PELATIAHN HOLLOW SPRINT TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS VITAL PARU PADA SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI TULANGAMPIANG DENPASAR

PENGARUH PELATIHAN INCRIMENTAL VERTICAL HOP TERHADAP KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI. I Pt Adi Susanta, I Ketut Sudiana, I Nyoman Sudarmada

PENGARUH PELATIHAN LARI INTERVAL DENGAN RASIO KERJA DAN ISTIRAHAT 1:1 DAN 1:2 TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULER. Oleh

THE DIFFERENCE OF CARDIORESPIRATORY ENDURANCE LEVEL BETWEEN STRIKERS AND DEFENDERS OF FOOTBALL EXTRACURRICULAR AT SMA NEGERI 1 KOTA MUNGKID

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

PENGARUH PELATIHAN BAYANGAN (SHADOW) BULUTANGKIS TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN DAN KECEPATAN REAKSI

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI

Pengaruh Pelatihan Air Alert Menggunakan Metode Latihan Interval terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

PENGARUH PELATIHAN SIDE JUMP SPRINT

PENGARUH PELATIHAN BERMAIN BULUTANGKIS OVERHEAD CLEAR DRILL TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA TAHAN OTOT LENGAN

PENGARUH PELATIHAN PUSH-UP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN MENARIK DAN MENDORONG OTOT LENGAN

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Bayu Puspayuda*,Made Darmada**, Putu Citra Permana Dewi***

Kadek Ari Sujana, I Gusti Lanang Agung Parwata, Gd Doddy Tisna MS. Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

PENGARUH PELATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN

e-journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Volume 1 Tahun 2016)

PENGARUH PELATIHAN DOWN THE LINE DRILL TERHADAP KELINCAHAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

PENGARUH PELATIHAN KNEE TUCK JUMP DAN SPLIT JUMP TERHADAP PENINGKATAN KELENTUKAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

PENGARUH PELATIHAN THREE CORNER DRILL TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN DAN POWER

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

Luh Eka Eliani, I Nym Sudarmada, Ni Luh Kadek Alit Arsani. Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

PENGARUH PELATIHAN RUNNING INTERVAL 30 METER DENGAN RASIO KERJA ISTIRAHAT 1:3 DAN 1:5 PENINGKATAN KARDIOVASKULER

PENGARUH PELATIHAN PLAIOMETRIK ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh. Arif Cahyanto

PENGARUH PELATIHAN MEDICINE BALL SCOOP TOSS 3 KG DAN 4 KG TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

PENGARUH PELATIHAN MEDICINE BALL SCOOP TOSS DAN MEDICINE BALL THROW TERHADAP DAYA LEDAK OTOT LENGAN

PENGARUH PELATIHAN DOWNHILL RUNNING DAN UPHILL RUNNING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER

PROGRAM STUDI PENJASKESREK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

PENGARUH PELATIHAN SLALOM DRIBBLING TERHADAP KELINCAHAN DAN VO 2 MAKS SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAK BOLA

PENGARUH PELATIHAN SINGLE LEG SPEED HOP DAN DOUBLE LEG SPEED HOP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

PENGARUH PELATIHAN LARI TIGA SUDUT DAN SIDE JUMP SPRINT TERHADAP DENYUT NADI ISTIRAHAT

Ejournal JJPKO Volume 08 Nomor 02 Tahun 2017

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

Oleh: I Gede Agus Wirajaya Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

PENGARUH PELATIHAN SIT-UP BESAR SUDUT 45 0, 90 0, DAN TERHADAP KEKUATAN OTOT PERUT. Made Meiriawati

e-journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017)

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS VITAL PARU

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP PENINGKATAN VO2 MAX PESERTA EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT

Tisna Prasetya*, Made Darmada**, Citra Permana Dewi***

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes awal maupun tes akhir merupakan data

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

NET TRAINING METHOD EFFECT FOR OVERHEAD PASS ABILITY OF BASKETBALL EXTRACURRICULAR MEMBERS IN RANDUDONGKAL SENIOR HIGH SCHOOL, PEMALANG REGENCY

PENGARUH PERMAINAN SEPAKBOLA EMPAT GAWANG TERHADAP KEBUGARAN KARDIORESPIRASI SISWA PUTRA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TAMBAKREJO KABUPATEN PURWOREJO

SKRIPSI. Oleh: SUGIYARNO NPM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PASSING BOLA BASKET

e-journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017)

PENGARUH PELATIHAN LATERAL CONE HOPS DAN DEPHT JUMP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI

PENGARUH PELATIHAN SIDE JUMP SPRINT DENGAN RASIO KERJA:ISTIRAHAT 1:3 DAN 1:5 TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH PELATIHAN SINGLE LEG HOPS TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI I Nym Budiarsa, I Nym Kanca, Ni Putu Dewi Sri Wahyuni

PENGARUH PELATIHAN 30 SECOND BOX DRILL DAN 60 SECOND BOX DRILLTERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol. 3, No.1, Hal , Juni 2017

PENGARUH PELATIHAN PLAIOMETRIC SIDE JUMP SPRINT TERHADAP KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI

KETAHANAN (ENDURANCE)

PENGARUH LATIHAN FORMASI BERPUSAT TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS SEPAK TAKRAW

Pengaruh Repetition Sprint dan Skipping Rope terhadap Power Otot Tungkai Ekstrakurikuler Bola Voli

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati***

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 1, Nomor 4, Agustus 2012

PENGARUH PELATIHAN ZIG ZAG RUN DAN SIDE JUMP SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU. Oleh:

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen tidak murni. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan

PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

HUBUNGAN TINGGI BADAN, BERAT BADAN, VO2MAX

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

Transkripsi:

PENGARUH PELATIHAN LARI 800 M DAN LARI 1500 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS) I Putu Astrawan, I Gusti Lanang Agung Parwata, Made Budiawan Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {astraone@ymail.com, agungparwata2010@yahoo.co.id, budiawan_ajus@yahoo.co.id} @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m terhadap VO 2 Maks pada siswa putra ekstrakurikuler atletik SMA Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan the nonrandomized control group pretest posttest design. Subyek penelitian ini adalah siswa putra ekstrakurikuler atletik yang berjumlah 30 orang. VO 2 Maks diukur dengan test bleeps (MFT). Data dianalisis dengan uji anava satu jalur taraf signifikansi α = 0,05 bantuan komputer program SPSS 16,0. Hasil analisis data menggunakan uji anava satu jalur pada variabel VO 2 Maks diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α = 0,05 sebesar 0,00 sehingga hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m terhadap peningkatan VO 2 Maks, diterima. Berdasarkan hasil uji LSD, pelatihan lari 800 m berpengaruh terhadap peningkatan VO 2 Maks dengan mean difference 0,76, pelatihan lari 1500 m berpengaruh terhadap peningkatan VO 2 Maks dengan mean difference 1,75, dan pelatihan lari 1500 m mempunyai pengaruh lebih baik daripada lari 800 m terhadap peningkatan VO 2 Maks dengan mean difference 0,99. Dari hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa; pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m berpengaruh terhadap peningkatan VO 2 Maks, terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan lari 800 m dan 1500 m terhadap peningkatan VO 2 Maks, dan pelatihan lari 1500 m lebih baik pengaruhnya dibandingkan lari 800 m terhadap peningkatan VO 2 Maks. Kata kunci: pelatihan lari 800 m, pelatihan lari 1500 m, VO 2 Maks. Abstract This study was to investigated the effect of 800 m and 1500 m running maximum oxygen volume (VO 2 Max) of male students who join athletic extracurricular in SMA Negeri 3 Singaraja in the academic year of 2013/2014. This research was designed quasi-experimentally in which the nonrandomized control group pretest posttest design was used. 30 male students who joined athletic extracurricular were selected as the sample of this study. VO 2 Max was measured by using bleeps test (MFT). The data was analyzed by using one way anova in which the significant level is (α) = 0.05 which then was analyzed by using SPSS 16.0. The result of data analysis which employed one way anova test on VO 2 Max variable was obtained the significant value is 0.00 which was less than (α) = 0.05 so that the hypothesis which stated that there was different effect between 800 m and 1500 m running training on the improvement of VO 2 Max could be accepted. Based on the result of LSD test, 800 m running training affected the improvement of VO 2 Max which the mean difference was 0.76. Also, 1500 m running training affected the improvement of VO 2 Max which the mean difference was 1.75. However, 1500 m running training affected better rather than 800 running training toward the improvement of VO 2 Max which the mean difference was 0.99.

Based on the result of data analysis and the discussion, it can be concluded that 800 and 1500 m running training affect the improvement of VO 2 Max. However, there is a different effect between run 800 and 1500 m running training toward the improvement of VO 2 Max. 1500 m running training affect better rather than 800 m running training. Keywords : 800 m running training, 1500 m running training, VO 2 Max. PENDAHULUAN Pelatihan kondisi fisik menjadi peranan penting untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesegaran jasmani. Menurut Nala (1998: 6) ada 10 komponen kondisi fisik yaitu kekuatan, daya tahan, daya ledak (power), kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, reaksi keseimbangan dan koordinasi. Seorang atlet yang memiliki taktik dan teknik yang baik tidak akan menunjukkan penampilan terbaiknya sepanjang pertandingan/perlombaan tanpa didukung oleh kemampuan fisik yang prima, terutama daya tahan jantung, pernapasan dan peredaran darah (cardiorespiratory endurance). Daya tahan ini berkaitan erat dengan volume oksigen maksimal (VO 2 Maks) yang merupakan parameter kebugaran jasmani. Menurut Hairy (1989: 186) konsumsi oksigen maksimal disingkat VO 2 Maks, artinya menunjukkan volume oksigen maksimal yang dikonsumsi oleh tubuh dan dinyatakan dalam liter atau mililiter per menit. Kemampuan maksimal fungsi organ paru-paru dan jantung merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan konsumsi oksigen maksimal seseorang. Dalam meningkatkan VO 2 Maks program pelatihan harus dapat dilakukan secara tepat, cermat, sistematis, teratur, dan progresif mengikuti prinsip-prinsip serta metode pelatihan yang akurat agar tercapai tujuan yang diharapkan. Penurunan kebugaran jasmani dari kenyataan yang ada di lingkungan sekolah seperti: (1) banyak siswa yang tidak mendapat binaan secara khusus, (2) menyempatkan waktu olahraga sangat kurang hanya melakukan olahraga di sekolah saat mendapatkan pelajaran olahraga, (3) banyak siswa yang kurang memanfaatkan waktu luang untuk meraih prestasi olahraga yang lebih tinggi. Masa Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan masa yang paling tepat untuk memberikan pembinaan suatu pelatihan. Hal ini dikarenakan diusianya yang berkisar 15-18 tahun, memasuki masa adolisensi yaitu masa yang paling tepat untuk meningkatkan kemampuan fisik yang optimal. Selain itu, masa ini merupakan masa pertumbuhan yang pesat, ditandai dengan perkembangan biologis yang kompleks. Terlihat dari prestasi sekolah, dalam cabang olahraga atletik beberapa tahun terakhir, yaitu pada lari 800 m dan 1500 m mengalami penurunan prestasi dan belum meraih juara dalam perlombaan. Lari adalah frekuensi langkah yang dipercepat sehingga waktu berlari ada kecenderungan badan melayang, artinya pada waktu lari kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang-kurangnya satu kaki tetap menyentuh tanah (Djumidar, 2004: 13). Menurut McMane (2000: 34) lari 800 m yaitu menjaga ketetapan langkah pada saat lari sangat penting. Ini adalah peralihan pertama dari lari cepat dan ke lari biasa, dan pada setiap segmen lari tersebut, langkah yang tetap harus selalu dijaga. Sedangkan lari 1500 m dianggap sebagai empat segmen yang berbeda, dengan kecepatan langkah yang berbeda. Paruh pertama dilampaui dengan kecepatan langkah yang cepat, paruh kedua dilampaui dengan kecepatan langkah yang nyaman dan ringan, paruh ketiga adalah penghematan tenaga dengan langkah yang lambat, dan paru keempat dengan pemacuan kecepatan yang singkat. Seorang pelari jarak menengah harus belajar santai, menjaga keseimbangan, mengontrol gerak kaki, rotasi pinggul serta gerak lengan yang terkendali. Sebuah pedoman dasar yang harus diingat adalah lebih lambat lombanya, lebih pendek jarak langkah, lebih cepat lomba, lebih panjang langkah.

Gerakan lari jarak menengah (800 m dan 1500 m) sedikit berbeda dengan gerakan lari sprint, tetapi pada garis besarnya banyak persamaannya. Perbedaan itu terutama pada cara kaki menapak, pada lari jarak menengah kaki menapak secara ball heel-ball ialah menapak pada ujung tumit kaki dan menolak dengan ujung kaki, sedangkan pada sprint menapak dengan ujung-ujung kaki, tumit sedikit sekali menyentuh tanah. Di samping itu lari jarak menengah dilakukan dengan seakan-akan lebih ekonomis, untuk menghemat tenaga. Prinsip yang terpenting bagi pelari jarak menengah adalah mengenal diri sendiri, maksudnya mampu menguasai kecepatan lari berdasarkan kemampuan yang dimilikinya (Parwata, 2008: 29). Pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m merupakan suatu bentuk pelatihan fisik gerak maju langkah kaki yang dilakukan sedemikian rupa sehingga terdapat sikap melayang pada saat melakukan langkah demi langkah dengan jarak tempuh 800 m dan 1500 m. Keunggulan pelatihan ini adalah sangat mudah dilaksanakan, tidak perlu biaya banyak, tidak perlu peralatan yang mahal dan dapat memberikan pengalaman menyenangkan dalam pelatihan, sehingga akan berimplikasi terhadap kondisi fisik yang baik terutama pada kemampuan VO 2 Maks siswa dan prestasi olahraga di SMA Negeri 3 Singaraja. METODE Jenis penelitian eksperimental yang digunakan adalah eksperimental semu (quasi experimental) dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan (Kanca, 2010: 93). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The nonrandomized control group pretest posttest design (Kanca, 2010: 94). Adapun rancangan penelitiannya dapat dilihat pada bagan berikut. S T 1 O P K 1 K 2 K 3 X 1 X 2 X 3 Dalam penelitian ini, subyek penelitian yang diberikan pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m adalah siswa putra ekstrakurikuler atletik SMA Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 orang dan disiapkan cadangan sebanyak 3 orang sehingga total subyek penelitian ini adalah 33 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan VO 2 Maks adalah menggunakan test bleeps (multistage fitness test) dengan validitas dan reliabilitas tes sebesar 0,99. Lamanya pelatihan yang diberikan dalam penelitian ini adalah selama 4 minggu atau selama 12 kali pelatihan, dengan frekuensi pelatihan 3 kali seminggu. Waktu pelaksanaan pelatihan pada sore hari pukul 16.30 18.00 WITA, bertempat dilapangan umum SMA Negeri 3 Singaraja dan lapangan Secata Singaraja. Sebelum melakukan analisis data beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji normalitas data dan uji homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa subyek penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer program Statistic Program Service Solution (SPSS) 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α = 0,05 (sig > α), maka variasi data pada subyek penelitian berdistribusi normal, sedangkan nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari α = 0,05 (sig < α), maka variasi data pada subyek penelitian tidak berdistribusi normal (Candiasa, 2004: 8). T 2 T 2 T 2

Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Levene dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05 (sig > α), maka variasi data homogen, sedangkan jika signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig < α), maka variasi data tidak homogen (Candiasa, 2004: 14). Uji hipotesis penelitian ini yaitu pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m berpengaruh terhadap peningkatan VO 2 Maks menggunakan uji anava satu jalur dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) = 0,05 untuk mengetahui sejauh mana perbedaan pengaruh kedua pelatihan tersebut. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi F lebih kecil dari α = 0,05 (F < α), maka terdapat perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok sedangkan jika nilai signifikansi F lebih besar dari α = 0,05 (F > α), maka tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok (Candiasa, 2010: 82). Jika terdapat perbedaan yang bermakna dari masing-masing kelompok maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji pembanding berganda untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik antara lari 800 m dan lari 1500 m terhadap peningkatan VO 2 Maks. Dalam penelitian ini, jenis uji pembanding yang dipergunakan adalah Uji Least Significant Difference (LSD) dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05 (sig > α) maka hipotesis ditolak, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig < α) maka hipotesis diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan kondisi fisik pada kelompok perlakuan diakibatkan oleh pemberian pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m selama 4 minggu dengan 12 kali pelatihan, sedangkan adanya peningkatan pada variabel VO 2 Maks lebih diakibatkan oleh bentuk dan peningkatan aktivitas olahraga yang dilakukan oleh seluruh subyek penelitian selama kegiatan berlangsung. Pengujian terhadap normalitas data penelitian dilakukan pada data gain score dari data VO 2 Maks pada kelompok perlakuan lari 800 m, lari 1500 m dan kelompok kontrol dengan instrumen uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Data akan berdistribusi normal, jika nilai signifikansi hitung untuk data VO 2 Maks yang diujikan lebih besar dari pada α = 0,05 (sig > 0,05). Rangkuman hasil uji normalitas data tersebut pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Sumber Data Kolmogorov Smirnov Statistik Df Sig Keterangan VO 2 Maks 1. Lari 800 m 0,19 10 0,20 Normal 2. Lari 1500 m 0,14 10 0,20 Normal 3. Kontrol 0,20 10 0,20 Normal Dari hasil uji normalitas data dengan instrumen uji Kolmogorov-Smirnov program SPSS 16,0 diperoleh hasil statistik 0,19 dan signifikansi 0,20 pada kelompok perlakuan lari 800 m, statistik 0,14 dengan signifikansi 0,20 pada kelompok perlakuan lari 1500 m, dan statistik 0,20 dengan signifikansi 0,20 pada kelompok kontrol. Signifikansi hitung untuk data pada variabel VO 2 Maks lebih besar dari pada α = 0,05 (sig > 0,05) sehingga data yang diuji merupakan data yang berdistribusi normal.

Uji homogenitas data dilakukan terhadap data gain score VO 2 Maks pada kelompok perlakuan pelatihan lari 800 m, lari 1500 m dan kelompok kontrol yang menggunakan instrumen uji Levene dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Data yang diuji berasal dari data yang homogen. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi Levene dari data VO 2 Maks lebih besar dari pada α = 0,05 (sig > 0,05) maka data yang diuji berasal dari data yang homogen. Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Data Sumber Data VO 2 Maks Based on Mean Based on Median Levene Statistic df 1 df 2 Sig Keterangan 1,47 2 27 0,24 Homogen 1,42 2 27 0,25 Homogen Dari hasil uji homogenitas menggunakan instrumen uji Levene dengan bantuan program SPSS 16,0 diperoleh nilai uji 1,47 dengan signifikansi 0,24. Nilai signifikansi Levene untuk variabel VO 2 Maks lebih besar dari α = 0,05 (sig > 0,05) sehingga data yang diuji berasal dari data yang homogen Hipotesis pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m berpengaruh terhadap peningkatan VO 2 Maks, diuji menggunakan uji anava satu jalur dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Hipotesis penelitian diterima apabila nilai uji anava satu jalur memiliki signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig < 0,05). Sedangkan apabila nilai signifikansi hitung lebih besar α (sig > 0,05), maka hipotesis ditolak. Tabel 3. Hasil Uji Anava Satu Jalur VO 2 Maks Sum of Square df Mean Square F Sig Between Groups 15,40 2 7,70 16,64 0,00 Within Groups 12,48 27 0,46 Total 27,88 29 8,16 Dari hasil uji anava satu jalur data gain score VO 2 Maks diperoleh nilai F sebesar 16,64 dengan signifikansi 0,00 lebih kecil dari α = 0,05 (sig < 0,05), sehingga hipotesis penelitian terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari masing-masing kelompok. Karena terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan lari 800 m dan 1500 m terhadap peningkatan VO 2 Maks, maka diuji lanjut atau uji pembanding dengan instrumen uji Least Significant Difference (LSD) dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan apabila nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (sig < 0,05), maka hipotesis diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan apabila nilai signifikansi lebih besar α = 0,05 (sig > 0,05), maka hipotesis

ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan VO 2 Maks dilakukan dengan cara membedakan nilai terbesar pada mean difference atau perbedaan rata-rata. Pelatihan yang mendapat nilai terbesar merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan VO 2 Maks. Data yang diuji adalah data gain score kelompok pelatihan lari 800 m, pelatihan lari 1500 m dan kelompok kontrol untuk peningkatan VO 2 Maks. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4. (I) Kelompok (J) Kelompok Tabel 4. Hasil Uji LSD Data VO 2 Maks Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound Lari 800 Lari 1500-0,99 0,30 0,00-1,61-0,36 Kontrol 0,76 0,30 0,01 0,13 1,38 Lari 1500 Lari 800 0,99 0,30 0,00 0,36 1,61 Kontrol 1,75 0,30 0,00 1,12 2,37 Kon trol Lari 800-0,76 0,30 0,01-1,38-0,13 Lari 1500-1,75 0,30 0,00-2,37-1,12 Dari hasil Mean Difference pada uji LSD VO 2 Maks antar kelompok dapat disimpulkan: a. Pelatihan lari 1500 m lebih baik dibandingkan pelatihan lari 800 m terhadap peningkatan VO 2 Maks sebesar 0,99. b. Pelatihan lari 1500 m lebih baik dibandingkan kelompok kontrol terhadap peningkatan VO 2 Maks sebesar 1,75. c. Pelatihan lari 800 m lebih baik dibandingkan kelompok kontrol sebesar 0,76. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari pelatihan yang diberikan terhadap peningkatan VO 2 Maks pada subyek penelitian. Peningkatan pada kelompok perlakuan diakibatkan oleh pemberian pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m selama 4 minggu dengan 12 kali pelatihan, sedangkan adanya peningkatan pada variabel VO 2 Maks lebih diakibatkan oleh bentuk dan peningkatan aktivitas olahraga yang dilakukan oleh seluruh subyek penelitian selama kegiatan berlangsung. 1) Pelatihan Lari 800 m Berpengaruh Terhadap Peningkatan VO 2 Maks Secara teoritik hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pelatihan merupakan suatu gerakan fisik atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu yang lama dengan pembebanan yang meningkat secara progresif yang bertujuan untuk memperbaiki sistem fungsi fisiologi dan psikologis tubuh pada waktu melakukan aktivitas olahraga agar dapat mencapai hasil yang maksimal (Kanca, 2004: 50). Pelatihan olahraga dengan sistem energi aerobik merupakan bentuk pelatihan fisik yang memberikan pembebanan kepada organ tubuh yang dilatih. Pembebanan ini akan memberi peluang dalam peningkatan pada kemampuan sistem kardiorespirasi dalam penyaluran oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Latihan untuk semua lomba dari sprint, jarak menengah hingga lari jarak jauh membutuhkan peningkatan daya tahan anaerobik dan aerobik. Pada pelatihan lari 800 m predominan menggunakan sistem energi aerobik,

dimana daya tahan aerobik dikontrol oleh kapasitas jantung, paru-paru, dan sistem pernapasan untuk menyediakan oksigen pada otot. Metode pelatihan lari 800 m dengan diberikannya penambahan beban secara bertahap dan progresif baik dari set atau repetisi setiap latihan per minggu. Sebagai bentuk pelatihan dengan sistem energi aerob, metode ini memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan VO 2 Maks yang merupakan faktor yang dominan dalam menunjukkan kemampuan tubuh seseorang serta kemampuan VO 2 Maks akan memberikan gambaran terhadap besarnya kemampuan motorik (motoric power) terhadap proses aerobik seseorang. Hasil penelitian ini didukung jurnal penelitian yang diungkap oleh Pahalawidi (2007) bahwa pelatihan atletik (lari) dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan prestasi siswa, sehingga jika seorang atlet dilatih VO 2 Maks nya, maka kemampuan daya tahan aerobiknya mengalami peningkatan. 2) Pelatihan Lari 1500 m Berpengaruh Terhadap Peningkatan VO 2 Maks Menurut Wiarto (2013: 46) latihan fisik dapat memberikan perubahan pada semua fungsi sistem tubuh. Perubahan yang terjadi pada saat latihan berlangsung disebut respon. Sedangkan perubahan yang terjadi akibat latihan yang terusmenerus dan terprogram sesuai dengan prinsip-prinsip latihan disebut adaptasi. Kencangnya detak jantung saat berolahraga merupakan respon dari jantung, namun setelah lama berlatih maka perlahan-lahan detak jantung menjadi stabil karena kekuatan otot jantung bertambah untuk memompakan darah, ini merupakan adaptasi jantung terhadap latihan fisik yang dijalani. Semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan saat berolahraga maka semakin besar kebutuhan oksigen di dalam tubuh, untuk mengimbangi hal tersebut jantung dan sistem peredaran darah harus bekerja lebih untuk memenuhi kebutuhan oksigen di jaringan tubuh. Pada pelatihan lari 1500 m predominan menggunakan sistem energi aerobik, dimana daya tahan aerobik dikontrol oleh kapasitas jantung, paruparu, dan sistem pernapasan untuk menyediakan oksigen pada otot. Metode pelatihan lari 1500 m dengan diberikannya penambahan beban secara bertahap dan progresif baik dari set atau repetisi setiap latihan per minggu. Sebagai bentuk pelatihan dengan sistem energi aerob, metode ini memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan VO 2 Maks yang merupakan faktor yang dominan dalam menunjukkan kemampuan tubuh seseorang serta kemampuan VO 2 Maks akan memberikan gambaran terhadap besarnya kemampuan motorik (motoric power) terhadap proses aerobik seseorang. Kemampuan maksimal fungsi jantung, paru-paru merupakan penilaian terbaik kemampuan tubuh seseorang untuk mengukur konsumsi oksigen maksimal. VO 2 Maks sangat besar pengaruhnya terhadap daya tahan fisik seseorang yaitu dalam pemakaian dan pengangkutan oksigen oleh otot. Menurut Hairy (1998: 89) tingkat konsumsi oksigen seseorang tergantung dari besarnya dan tingkat aktivitas seseorang. Terdapat beberapa faktor yang menentukan VO 2 Maks diantaranya kapasitas jantung, kemampuan sistem kardiorespirasi harus berfungsi baik, fungsi jantung, volume darah, jumlah selsel darah merah, konsentrasi hemoglobin harus normal serta pembuluh darah mampu mengalirkan darah dari jaringan yang tidak aktif menuju jaringan yang aktif, dan jaringan-jaringan terutama otot harus mempunyai kapasitas yang normal untuk mempergunakan oksigen atau memiliki metabolisme yang normal, demikian juga fungsi mitochondrianya. Hasil penelitian ini didukung jurnal penelitian yang diungkap oleh Purwanto (2012) bahwa pelatihan lari (jogging) dapat meningkatkan tingkat kesegaran jasmani, sehingga jika seorang atlet dilatih VO 2 Maks nya dengan pelatihan lari, maka kemampuan daya tahan aerobiknya mengalami peningkatan.

3) Terdapat Perbedaan Pengaruh Antara Pelatihan Lari 800 m dengan Lari 1500 m Terhadap Peningkatan VO 2 Maks Secara teoritis hasil penelitian terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan lari 800 m dan lari 1500 m terhadap peningkatan VO 2 Maks bahwa pelatihan lari 800 m dan 1500 m memiliki jarak tempuh yang berbeda. Pelatihan lari 800 m mekanismenya adalah berlari dengan jarak yang ditempuh 800 m, sedangkan pelatihan lari 1500 m mekanismenya adalah berlari dengan jarak yang ditempuh 1500 m. Dari perbedaan mekanisme jarak yang ditempuh ini, maka terdapat perbedaan pengaruh antara lari 800 m dan lari 1500 m terhadap peningkatan VO 2 Maks. Secara fisiologis VO 2 Maks dipengaruhi oleh kemampuan sistem kardiorespirasi dalam menyalurkan darah ke jaringan yang aktif bekerja dan kemampian otot dalam menggunakan oksigen yang dibawa oleh darah. Upaya peningkatan VO 2 Maks dapat dilakukan melalui pelatihan yang dapat meningkatkan salah satu atau kedua faktor tersebut. Peningkatan pada sistem kardiorespirasi dan sistem otot akan meningkatkan kemampuan VO 2 Maks. Menurut Hairy (1989: 208) beberapa perubahan yang terjadi setelah melakukan latihan daya tahan aerobik (konsumsi oksigen maksimal), dalam hal penelitian ini diberikan pelatihan lari 800 m dan 1500 m adalah; (a) perubahan kardiorespirasi, yang disebabkan oleh latihan daya tahan aerobik, juga termasuk sistem transpor oksigen. Sistem transpor oksigen melibatkan juga sistem sirkulatori, respiratori, dan jaringan untuk bekerja bersama dalam satu tujuan, yaitu melepaskan atau menyampaikan oksigen ke otot yang sedang bekerja. Dengan latihan daya tahan aerobik dapat meningkatkan respon jantung terhadap kegiatan dan juga dapat diharapkan bahwa orang-orang yang terlatih dapat bekerja lebih efisien pada semua pekerjaannya. Pembuluh darah kapiler pada otot bertambah banyak sehingga memungkinkan difusi oksigen di dalam otot dapat lebih mudah, akibatnya mempunyai kemampuan untuk mengangkut dan mempergunakan ratarata oksigen lebih besar dari pada orang yang tidak terlatih. Karena itu dapat mengkonsumsi oksigen lebih banyak per unit massa otot dan dapat bekerja lebih tahan lama, (b) peningkatan daya tahan otot, adalah berhubungan dengan kemampuan sekelompok otot dalam mempertahankan suatu usaha dalam waktu yang lama serta kemampuan untuk mensuplai oksigen selama kontraksi otot berlangsung. Kebanyakan para ahli fisiologi olahraga berpendapat bahwa kapasitas aerobik ini merupakan suatu indikator yang terbaik dari daya tahan seseorang. Kapasitas aerobik yang tinggi hanya dapat dicapai dengan melakukan latihan daya tahan secara reguler. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan pada mitochondria sebagai sistem penghasil tenaga yang memberikan sumbangan pada peningkatan kapasitas respiratori. Sebenarnya mitochondria terutama terlibat di dalam pemakaian oksigen untuk produksi ATP, sedangkan oksigen yang ada pada mitochondria berasal dari sel otot yang diangkut oleh mioglobin yang berfungsi menyimpan dan mengangkut oksigen dari sel otot ke mitochondria. 4) Pelatihan Lari 1500 m Lebih Baik Pengaruhnya Dibandingkan Pelatihan Lari 800 m Terhadap Peningkatan VO 2 Maks Pelatihan lari 800 m dan 1500 m merupakan pelatihan yang sangat baik untuk meningkatkan VO 2 Maks. Pelatihan lari 800 m dan 1500 m memiliki mekanisme jarak tempuh yang berbeda. Tuntutan lari jarak menengah dari 800 m sampai 1500 m, perbedaan terbesarnya adalah bahwa nomor yang lebih jauh menuntut lebih banyak energi dari sistem energi aerobik dari pada sistem energi anaerobik. Maka dari itu, untuk

meningkatkan kemampuan VO 2 Maks, pemberian pelatihan 1500 m lebih baik pengaruhnya dibandingkan lari 800 m (Guthrie, 2003: 111). Dengan pelatihan lari 800 m dan lari 1500 ini akan membawa manfaat positif bagi fisiologis dan anatomi tubuh, tidak hanya dalam peningkatan VO 2 Maks tetapi juga peningkatan efisiensi sistem sirkulasi dan sistem pembentukan energi di mitochondria sehingga dapat berlatih lebih lama dan lebih keras tanpa melelahkan diri. Pengaruh lainnya yaitu memperbesar kapasitas pengisi jantung dan daya kontraksi yang bertambah berarti lebih banyak darah yang terpompa pada setiap denyutan, menambah vaskularisasi jantung artinya meningkatkan masukan sel darah merah ke otot-otot jantung, menambah kadar darah dan sel darah merah yang berarti meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen (Brown, 2001: 8). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan lari 800 m berpengaruh terhadap peningkatan VO 2 Maks, pelatihan lari 1500 m berpengaruh terhadap peningkatan VO 2 Maks, terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan lari 800 m dan 1500 m terhadap peningkatan VO 2 Maks, dan pelatihan lari 1500 m lebih baik pengaruhnya dibandingkan pelatihan lari 800 m terhadap peningkatan VO 2 Maks pada siswa putra ekstrakurikuler atletik SMA Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Hal-hal yang dapat disarankan, yaitu bagi pembina olahraga, pelatih olahraga, guru penjasorkes dan atlet serta pelaku olahraga lainnya dapat menggunakan pelatihan lari 800 m dan 1500 m yang terprogram dengan baik sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan unsurunsur kesegaran jasmani dan bagi peneliti lain, jika ingin melakukan penelitian sejenis, agar menggunakan variabel dan subyek atau sampel penelitian yang berbeda, dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada penelitian ini sebagai bahan perbandingan. DAFTAR PUSTAKA Brown, R. L. 2001. Bugar dengan Lari. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Candiasa, I M. 2004. Statistik Multivariat Disertai Aplikasi dengan SPSS. Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja. -------. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Djumidar, A. W. M. 2004. Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar Atletik dalam Bermain. Jakarta: PT Raja Grafindo. Hairy, J. 1989. Fisiologi Olahraga Jilid I. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi. Kanca, I N. 2004. Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik Terhadap Absorbsi Karbohidrat dan Protein Di Usus Halus. Disertasi (tidak diterbitkan). Surabaya: Program Pasca Sarjana UNAIR. -------, 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. McMane, Fred. 2000. Dasar-Dasar Atletik. Jakarta: Percetakan Angkasa. Nala, Ngurah. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Universitas Udayana

Guthrie, Mark. 2003. Sukses Melatih Atletik. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Pahalawidi, C. 2007. Pembinaan Olahraga Prestasi Cabang Atletik Usia Dini. Jurnal Olahraga Prestasi, 3 (1), 42-60. Diakses pada tanggal 15 Mei 2013 dari http://staff.uny.ac.id/dosen/cuk up-pahalawidi-mor. Parwata, I G. L. A. 2008. Seri Buku Ajar Perguruan Tinggi Teori dan Praktek Atletik. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Purwanto, S. 2012. Jurnal ISSA (Indonesian Sport Scientist Association). Jurnal Ilmiah Keolahragaan, 1 (1), 85-90. Diakses pada tanggal 17 Juli 2013 dari: http://staff.uny.ac.id/sites/defau lt/files/penelitian/dr.sugeng.p. Wiarto, G. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.