BAB I PENDAHULUAN. diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN ACCELERATED

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia manapun di planet bumi ini. Untuk menciptakan SDM yang

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. media untuk menimba dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Belajar bisa. melalui pendidikan formal maupun nonformal.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

STRATEGI ACCELERATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DI KELAS VII SMPN 1 PANTE BIDARI KABUPATEN ACEH TIMUR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

50. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Akuntansi dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

2016 PENERAPAN PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evy Aryani Sadikin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Dalifah 6, Susanto 7, Arika Indah K. 8

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia, dengan mempelajari matematika siswa lebih

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka saat ini memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa depannya yang lebih baik. Keadaan ini juga memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi alam yang kompetitif, sehingga diyakini hanya manusia dengan kualitas unggul sajalah yang akan mampu bertahan. Sejalan dengan itu, dalam bidang pendidikan, paradigma belajar sepanjang hayat semakin mengemuka dan menjadi penting; diyakini tanpa belajar manusia akan tertinggal. Ketika dunia berubah sangat cepat, adalah penting untuk mengikuti laju perubahan dunia yang demikian. Hal ini berarti kecepatan perubahan laju dunia menuntut kemampuan belajar yang lebih cepat. Kompleksitas dunia yang terus meningkat juga menuntut kemampuan yang setara untuk menganalisis setiap situasi secara logis, sehingga mampu

2 memecahkan masalah secara kreatif. Untuk menguasai perubahan yang berlangsung cepat dibutuhkan pula cara belajar cepat, dan kemampuan menyerap serta memahami informasi baru dengan cepat pula. Pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan suatu negara. Melalui pendidikan dapat tercipta sumber daya manusia yang kompeten yang dapat menunjang kemajuan negara tersebut. Untuk mencapai itu diperlukan peningkatan mutu pendidikan yang selama ini sudah berlangsung. Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan, salah satunya yaitu dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang tidak kaku dan menyenangkan. Matematika di sekolah merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari. Seperti yang tercantum dalam standar isi KTSP (Depdiknas, 2006), pembelajaran matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki: 1. Kemampuan memenuhi konsep, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah. 2. Kemampuan mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, grafik, atau diagaram untuk memperjelas keadaan / masalah. 3. Kemampuan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis. 4. Kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan), menafsirkan, dan menyelesaikan model matematis dalam pemecahan masalah.

3 5. Sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Dari standar isi KTSP, disebutkan bahwa kemampuan memahami dan menjelaskan keterkaitan antar konsep menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah. Kemampuan menjelaskan antar konsep bias dikatakan sebagai kemampuan koneksi matematis. Itu berarti kemampuan koneksi ini ada pada urutan pertama pada tujuan pembelajaran matematika yang memegang peranan penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, kemampuan koneksi matematis penting untuk dimiliki siswa. Siswa yang memiliki kemampuan koneksi matematis akan lebih memahami materi secara keseluruhan dan bertahan lama karena siswa akan mampu melihat hubungan antar topic dalam matematika, dengan topik di luar matematika dan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Sumarmo (Mufatir, 2013:2), kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan menghubungkan topik satu dengan topik lain dalam matematika atau menghubungkan matematika dengan bidang ilmu lain maupun dengan kehidupan sehari-hari. Indikatornya yaitu: 1. Mengenali representasi ekuivalen dalam konsep yang sama; 2. Mengenali hubungan prosedur matematika ke prosedur representasi yang ekuivalen; 3. Menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan keterkaitan diluar matematika; 4. Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran matematika tersebut, maka seharusnya siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan salah satu alternatif metode pembelajaran yang bisa digunakan adalah metode pembelajaran Accelerated Learning.

4 Accelerated Learning adalah suatu proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dilakukan dengan menyenangkan sehingga dapat mempercepat siswa dalam menerima, memahami, dan menguasai materi dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran. Tahapan pembelajaran dalam metode Accelerated Learning disingkat dengan istilah M-A-S-T-E-R, yaitu: M = Motivating Your Mine (Memotivasi Pikiran), A = Acquiring The Information (Memperoleh Informasi), S = Searching Out the Maening (Menyelidiki Makna), T = Triggering The Memory (Memicu Momori), E = Exhibiting What You Know (Mempresentasikan), dan R = Reflecting How You ve Learned (Mereflesikan). Salah satu tahapan dalam metode Accelerated Learning adalah tahap merefleksikan. Sementara itu, indikator dari kemampuan koneksi matematis adalah menilai antar keterkaitan antar topik matematika dan keterkaitan diluar matematika, serta mengunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga diharapkan metode Accelerated Learning dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa karena dengan metode ini siswa dipersiapkan untuk menjadi siswa yang lebih aktif dan luwes dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Metode Accelerated Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP.

5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan masalahmasalah sebagai berikut: 1. Kurangnya kreativitas siswa dalam menyusun permasalahan matematika. 2. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika. 3. Kurangnya kemampuan matematis siswa dalam menyelesaikan soal yang memerlukan kemampuan imajinasi dan logika. 4. Pada umumnya koneksi siswa masih rendah maka dari itu diperlukan upaya untuk peningkatan koneksi siswa terutama pada koneksi matematis. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diuraikan di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan menerapkan metode Accelerated Learning lebih baik daripada siswa yang belajar dengan metode ekspositori? 2. Bagaimana sikap siswa terhadap penerapan matematika yang dikembangkan dengan menerapkan metode Accelerated Learning? D. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada upaya peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dalam pembelajaran matematika

6 melalui pembelajaran Accelerated Learning. Mengingat rumusan masalah di atas bersifat umum maka penelitian ini dibatasi oleh: 1. Objek yang diteliti melalui pembelajaran menggunakan metode Accelerated Learning adalah siswa di SMP Nasional Bandung. 2. Peneliti menggunakan metode Accelerated Learning ini akan dilaksanakan di kelas VII. E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan penerapan metode Accelerated Learning lebih baik daripada siswa dengan penerapan pembelajaran metode ekspositori. 2. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang dikembangkan dengan menerapkan metode Accelerated Learning. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti sebagai berikut: terhadap pembelajaran yang menggunakan metode Accelerated Learning. 1. Bagi Siswa a. Pembelajaran matematika dengan metode Accelerated Learning dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

7 matematis siswa. b. Pembelajaran matematika dengan metode Accelerated Learning dapat dijadikan sebagai dasar untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. c. Dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika. 2. Bagi Guru Diharapkan pembelajaran matematika dengan metode Accelerated Learning ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. 3. Bagi Peneliti a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dalam menggunakan metode dalam pegajaran serta lebih jauh mengetahui keunggulan penggunaan metode Accelerated Learning. b. Jika peneliti menjadi seorang guru nantinya, peneliti akan lebih mengetahui bahwa dengan menggunakan metode Accelerated Learning akan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. G. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut:

8 1. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan untuk mengkaitkan konsep/aturan matematika yang satu dengan yang lainnya, dengan bidang studi yang lain, atau dengan aplikasi pada kehidupan nyata. Koneksi matematis mengacu kepada pemahaman yang mengharuskan siswa dapat memperlihatkan hubungan antar topik matematika. Sedangkan hubungan eksternal matematika meliputi hubungan antara matematika dengan bidang studi lain dan dengan kehidupan sehari-hari. 2. Accelerated Learning adalah suatu proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dilakukan dengan menyenangkan sehingga dapat mempercepat siswa dalam menerima, memahami, dan menguasai materi dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran. Accelerated Learning suatu proses pembelajaran yang memiliki tahapan memotivasi pikiran siswa, memperoleh informasi, menyelidiki makna, memicu pikiran, mempresentasikan, dan merefleksikan. 3. Pembelajaran Ekspositori adalah pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan pembelajaran ekspositori merupakan pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.

9 H. Struktur Organisasi Skripsi Adapun struktur organisasi dalam skripsi ini adalah : 1. Bab I Pendahuluan, yaitu : a. Latar Belakang Masalah (analisis dan sinestesis terhadap variabel variabel penelitian, landasan teori yang mendasarinya harus sampai melahirkan kerangka/paradigma penelitian, asusmsi dan hipotesis) b. Identifikasi Masalah c. Rumusan Masalah d. Batasan Masalah e. Tujuan Penelitian f. Manfaat penelitian g. Definisi Oprasional h. Struktur Organisasi Skripsi 2. Bab II Kajian Teoretis, yaitu sebagai berikut : a. Metode Pembelajaran Accelerated Learning, Kemampuan Koneksi Matematis Siswa, Pembelajaran Ekspositori dan Teori Sikap b. Kaitan Antara Metode Pembelajaran Accelerated Learning, Kemampuan Koneksi Matematis, dan Materi Segitiga c. Kerangka Pemikiran, Asusmsi dan Hipotesis 3. Bab III Metode Penelitian Dimana dalam penelitian ini mengambil penelitian kuantitatif, yaitu dengan struktur sebagai berikut : a. Model Penelitian

10 b. Desain Penelitian c. Populasi dan Sampel d. Instrumen Penelitian, melibatkan perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran. e. Rancangan Analisis data, melibakan analisis data tes dan analisis data non tes. 4. Bab IV Penelitian dan pembahasan a. Deskripsi hasil dan temuan penelitian b. Pembahasan penelitian 5. Bab V Simpulan dan Saran a. Simpulan b. Saran