Kekuatan Bertanya. Oleh Ali Mahmudi

dokumen-dokumen yang mirip
Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Mengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pembelajaran Topik Pecahan

Problem Posing untuk Menilai Hasil Belajar Matematika

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

Tinjauan Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika

PROSIDING ISSN:

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERKELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

ANALISIS PENGARUH DISPOSISI MATEMATIS, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF, DAN PERSEPSI PADA KREATIVITAS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MENGGUNAKAN MASALAH OPEN ENDED

P 21 Mengasah Kemampuan Berpikir Kreatif dan Rasa Ingin Tahu Melalui Pembelajaran Matematika dengan Berbasis Masalah (Suatu Kajian Teoritis)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tercantum dalam Tujuan Pendidikan Nasional, visi matematika dan

Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

PROBLEM POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

JURNAL. Oleh: DANIK RATNAWATI Dibimbing oleh : 1. Drs. Darsono, M.Kom. 2. Feny Rita Fiantika, S.Pd.

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Proses dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika Melalui Tugas Open-Ended

BAB II KAJIAN TEORITIK

Meningkatkan dan Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENYELESAIAN SOAL OPEN-ENDED MATERI STATISTIKA PADA KELAS IX SMP

2014 PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan kreativitas siswa dalam matematika. Ulangan Harian Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 SD Negeri No.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem) dalam Pembelajaran Matematika

Pengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga Menggunakan Pendekatan Open-Ended di Kelas VIII MTs

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika

Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang

PROFIL PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI PERBANDINGAN DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POHON MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII E SMP TAMANSISWA MALANG

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Divergen Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PEMBELAJARAN TOPIK BANGUN RUANG SISI DATAR

Matematika dan Kreativitas 1. Dr. Ariyadi Wijaya 2.

IMPLEMENTASI BAHAN AJAR BERBASIS OPEN-ENDEDPROBLEM DENGAN PENDEKATAN REALISTIK PADA TOPIK PECAHAN MAHASISWA CALON GURU SEKOLAH DASAR.

Kata Kunci: Pohon Matematika, Berpikir kreatif

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pelajaran sehingga hasil belajar kurang maksimal dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

B A B I P E N D A H U L U A N

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH ANALISIS REAL

KEBIASAAN BERPIKIR MATEMATIK SISWA SANTRI DAN NON-SANTRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN TPS BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

Kata kunci: pemecahan masalah matematika, proses berpikir kreatif, tahapan Wallas, tingkat berpikir kreatif

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING BAGI SISWA KELAS XI SEMESTER GASAL SMK HARAPAN

1. PENDAHULUAN. berkemampuan rendah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

163 Hikmah, R Penerapan Advanced Organizer Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Analogi Matematis Siswa SMP. Tesis UPI. Bandung: Tidak Di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Hadi Cahyono Lecturer Narotama University Surabaya

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Agus Prianggono 1, Riyadi 2, Triyanto 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi

Bukhari Ahmad, Ria Deswita, Febria Ningsih, Syafriadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci Corresponding author,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

Transkripsi:

Kekuatan Bertanya Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Minggu, 6 Desember 2009 Oleh Ali Mahmudi JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009

Kekuatan Bertanya Ali Mahmudi Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Email: ali_uny73@yahoo.com Abstrak Keingintahuan adalah karakteristik alamiah manusia yang dikaruniakan Alloh SWT. Secara naluriah, karakteristik ini telah muncul pada diri anak sejak dini. Setidaknya hal itu ditunjukkan oleh kebiasaan anak untuk mempertanyakan segala hal yang mereka jumpai di sekitar mereka. Keingintahuan yang diwujudkan kebiasaan bertanya merupakan kekuatan luar biasa yang mendorong para ilmuwan untuk melakukan penelitian yang mendasari berbagai temuan-temuan besar dalam bidang teknologi. Keingintahuan merupakan potensi luar biasa yang perlu ditumbuhkan pada diri anak. Pembelajaran perlu dirancang sedemikian sehingga dapat menumbuhkembangkan potensi ini. Tulisan ini membahas tentang pentingnya bertanya dan perannya dalam kegiatan pembelajaran. Kata kunci: bertanya A. Pendahuluan Banyak ayat-ayat Al-Qur an yang disajikan dalam bentuk pertanyaan. Misalnya dalam QS. Al-Ghasyiyah: 18 Alloh SWT bertanya: Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Senada dengan hal itu, dalam QS. Qaaf : 6 Alloh SWT juga bertanya: Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?. Tentu, bukan tanpa maksud jika Alloh SWT menyajikan ayat-ayat tersebut dalam bentuk pertanyaan. Dengan ayat-ayat ini, Alloh SWT menstimulasi keingintahuan kita dan mendorong kita untuk berpikir mengenai fenomena alam tersebut. Mungkin, ayat-ayat inilah yang menginspirasi para ilmuwan untuk menyelidiki dan akhirnya menemukan fakta bahwa alam semesta memang tidak statis, melainkan terus mengembang. Keingintahuan yang ditunjukkan oleh kebiasaan bertanya merupakan karakteristik ilmuwan besar dan individu sukses pada umumnya. Newton misalnya. Banyak orang yang melihat jatuhnya buah, tetapi mungkin hanya ia yang mempertanyakan. Keingintahuan inilah yang mengarahkannya menemukan teori 1

gravitasi. Penemuan karya-karya besar dalam berbagai bidang hampir dapat dipastikan diawali oleh besarnya keingintahuan penemunya. Keingintahuan adalah karakteristik alamiah yang dikaruniakan Alloh SWT kepada manusia. Secara alami, karakteristik ini telah muncul pada diri anak sejak dini. Setidaknya hal itu ditunjukkan oleh kebiasaan anak untuk senantiasa mempertanyakan segala hal yang mereka jumpai di sekitar mereka. Sayangnya, karakter ini sering memudar bahkan mungkin hilang seiring bertambahnya usia anak. Sayangnya pula, hal ini sering disebabkan oleh praktik pembelajaran yang kurang memberikan ruang bagi anak untuk mengembangkan karakter ini. Tulisan ini membahas tentang pentingnya menumbuhkan kebiasaan bertanya, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. B. Aktivitas Bertanya dalam Pembelajaran Matematika Pertanyaan mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika. Pertanyaan yang baik dapat menstimulasi anak mengembangkan kemampuan berpikirnya. Menurut Einstein (Costa dan Kallick, 2008), memformulasi pertanyaan atau masalah sering lebih esensial daripada solusi masalah itu sendiri. Mengajukan pertanyaan baru dan melihat kemungkinan baru dari masalah lama memerlukan imajinasi kreatif. Dalam kegiatan pembelajaran, mengajukan pertanyaan adalah aktivitas yang biasa dilakukan oleh guru. Bahkan, mungkin tidak ada pembelajaran yang tidak melibatkan aktivitas bertanya. Dalam kondisi demikian, aktivitas bertanya lebih didominasi oleh guru. Sedangkan anak relatif jarang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bertanya. Padahal bertanya adalah aktivitas mental yang sangat penting dalam menstimulasi kemampuan berpikir anak. Sesuai dengan kecenderungan pembelajaran matematika saat ini yang lebih mengedepankan aktivitas anak dalam membangun makna atau pengetahuannya, guru perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk secara aktif membangun kemampuan bertanya. Menurut Moulds dan Ragen (2008), salah satu karakteristik yang membedakan antara manusia dan makhluk hidup lainnya adalah kecenderungan dan kemampuannya untuk mengajukan pertanyaan dan mencari jawabnya. Individu yang dapat menyelesaikan masalah secara efektif mengetahui bagaimana 2

mengajukan pertanyaan untuk mengisi kesenjangan (gap) antara apa yang mereka ketahui dan apa yang tidak mereka ketahui. Kemampuan anak mengajukan pertanyaan tidak akan tumbuh serta-merta. Guru perlu memberikan contoh bagaimana bagaimana mengajukan pertanyaanpertanyaan yang baik. Dalam hal ini guru berperan sebagai model bagi anak dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika guru mengajukan sejumlah pertanyaan terbuka (open-ended problem) dan mengubah pernyataan menjadi pertanyaan, maka anak secara bertahap menjadi lebih sadar mengenai jenis-jenis pertanyaan yang dapat mengarah pada investigasi atau penemuan suatu konsep. Dengan mengenali tipe-tipe pertanyaan yang berbeda, anak secara bertahap kemampuan anak untuk mengajukan pertanyaan menjadi lebih berkembang. C. Ragam Bentuk Bertanya dalam Pembelajaran Guru dapat membangun keingintahuan anak dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan pemicu. Terdapat kriteria pertanyaan yang berpotensi menstimulasi keingintahuan anak, yakni pertanyaan yang tidak hanya dimaksudkan untuk mengungkap fakta dan mempunyai jawab tunggal, melainkan juga menantang anak untuk berpikir lebih lanjut. Pertanyaan demikian disebut pertanyaan eksploratif atau pertanyaan terbuka. Misalnya, guru tidak cukup hanya mengajukan pertanyaan seperti berapakah rata-rata dari 45, 36, 52, 38, dan 44, melainkan perlu mengembangkan pertanyaan terbuka seperti tentukan 5 bilangan yang rataratanya adalah 43. Terkait hal tersebut, guru dapat mengajukan pertanyaanpertanyaan pemicu lainnya,seperti apakah ada data lain yang rata-ratanya sama dengan rata-rata data tersebut? dan sebagainya. Jenis pertanyaan lain yang berpotensi mendorong anak berpikir adalah jenis pertanyaan what if not...? atau what happen if...?. Mengajukan pertayaan berbentuk what if not merupakan cara yang sangat kuat untuk menghasilkan ideide kreatif. Berdasarkan penelitian Wardani (2009), penggunaan teknik bertanya what if not dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif anak. Jenis pertanyaan what if not...? atau what happen if...? dapat diterapkan untuk memodifikasi situasi atau syarat yang terdapat pada soal-soal yang telah diselesaikan. Dalam hal ini, anak dapat mengubah atau menambah 3

informasi atau data pada soal semula, mengubah nilai data yang diberikan, tetapi tetap mempertahankan kondisi atau situasi soal semula, dan mengubah situasi atau kondisi soal semula, tetapi tetap mempertahankan data atau informasi yang ada pada soal semula. Misalnya terkait ilustrasi tentang rata-rata di atas, dapat diajukan pertanyaan berbentuk what if not : jika masing-masing bilangan dikalikan dua, apakah rata-ratanya juga berlipat dua? atau jika masing-masing bilangan ditambah 5, apakah rata-ratanya juga akan bertambah 5, dan sebagainya. Beberapa bentuk bertanya lainnya yang dapat digunakan membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir anak (LACOE, 2004) adalah sebagai berikut. 1. Membantu siswa bekerja sama agar memiliki sense matematika, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. a. Apakah yang orang lain pikirkan tentang yang kamu katakan? b. Apakah kamu setuju? Tidak setuju? c. Apakah setiap orang mempunyai jawaban yang sama tetapi mempunyai cara berbeda untuk menjelaskannya? d. Apakah kamu memahami apa yang mereka katakan? 2. Membantu siswa menyadari benar tidaknya suatu ide matematika, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut. a. Mengapa kamu berpikir seperti itu? b. Mengapa hal itu benar? c. Bagaimana kamu menyimpulkan hal itu? d. Dapatkah kamu membuat sebuah model untuk menunjukkan hal itu? 3. Membantu siswa mengembangkan penalaran, yaitu dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan sebagai berikut. a. Apakah hal itu selalu berlaku untuk kondisi lain? b. Apakah hal itu benar untuk semua kasus? c. Bagaimana kamu membuktikan hal itu? d. Asumsi-asumsi apakah yang digunakan? 4. Membantu siswa membuat dugaan, penemuan, dan penyelesaian masalah, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. a. Apa yang terjadi jika...? Bagaimana jika tidak? b. Dapatkah kamu melihat polanya? c. Dapatkah kamu mempredisksi pola berikutnya? d. Apakah persamaan dan perbedaan metode penyelesaianmu dengan temanmu? 4

5. Membantu siswa menghubungkan ide-de matematika dan aplikasinya, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. a. Apakah hubungannya dengan konsep lain? b. Ide-ide matematika apakah yang harus dipelajari sebelum digunakan untuk menyelesaikan masalah? c. Apakah kamu pernah menyelesaikan masalah seperti ini sebelumnya? d. Dapatkah kamu memberikan sebuah contoh tentang... Kemampuan bertanya merupakan salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif. Haylock (1997) mengemukakan cara untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dengan memberikan tugas kepada anak untuk membuat sebanyak mungkin pertanyaan berdasarkan informasi yang diperoleh pada diagram pencar (scatter) yang diberikan. Sementara Jensen (Park, 2004) mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis dengan menyusun tugas yang disebut produksi divergen (divergen production). Dalam tugas ini, kepada anak disajikan situasi, cerita, atau informasi dalam bentuk tulisan, grafik, atau diagram. Selanjutnya, anak diminta untuk membuat atau mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan terkait situasi, cerita, atau informasi tersebut. Berikut diberikan beberapa contoh tugas pengajuan pertanyaan. Contoh 1 Diagram berikut ini menunjukkan acara favorit dari seluruh anak SMP Cerdas Cendekia. Susunlah pertanyaan-pertanyaan terkait diagram tersebut. Acara TV Favorit Banyak Siswa 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Kartun Berita Sinetron Olah Raga Jenis Acara Perempuan Laki-laki Gambar 1. Ilustrasi tugas pengajuan pertanyaan 5

Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan anak adalah berapa persen anak yang menyukai kartun?, berapakah perbandingan banyaknya anak yang menykai berita dan olahraga, atau tuliskan sebuah pecahan yang menunjukkan banyaknya anak yang menyukai sinetron dibandingkan banyaknya anak keseluruhan, dan sebagainya. Contoh 2 Tulis soal berdasarkan cerita berikut yang jawabannya adalah 385 pensil. Ali mempunyai 180 pensil dan Yanto mempunyai 25 pensil lebih banyak daripada Ali. Contoh 3 Tulis soal berdasarkan cerita berikut yang jawabannya adalah Rp. 75.000. Joko mempunyai uang Rp. 150.000. Ibunya memberinya uang lagi. Setelah membeli buku dengan harga Rp. 25.000, uangnya masih Rp. 200.000. Contoh 4 Buatlah beberapa pertanyaan terkait situasi berikut. Jerome, Eliot, dan Arturo bergantian menyetir mobil dalam perjalanan pulang dari wisata mereka. Arturo menyetir untuk jarak 80 mil lebih jauh daripada jarak yang ditempuh Eliot yang menyetir. Jarak yang ditempuh ketika Eliot menyetir adalah dua kali jarak yang ditempuh ketika Jerome menyetir. Jerome menyetir untuk jarak 50 mil. D. Penutup Kebiasaan mengajukan pertanyaan terkait soal yang telah diselesaikan menurut Hirata (2008) merupakan karakter individu cerdas. Ia menyatakan bahwa orang cerdas memahami konsekuensi setiap jawaban dan menemukan bahwa di balik sebuah jawaban tersembunyi beberapa pertanyaan baru. Pertanyaan baru tersebut memiliki pasangan sejumlah jawaban yang kembali akan membawa pertanyaan baru dalam deretan eksponensial. Demikianlah, kebiasaan anak bertanya perlu dikembangkan secara berkesinambungan sehingga sampai batas tertentu akan membudaya pada diri anak. Kebiasaan ini diyakini akan berdampak pada tumbuhnya berbagai kemampuan anak. 6

E. Daftar Pustaka Christou, C. (1999). An Empirical Taxonomy of Problem Posing Processes. Zentralblatt für Didaktik der Mathematik (ZDM) The International Journal on Mathematics Education. [Online]. Tersedia http://subs.emis.de/journals/zdm/zdm053a4.pdf. [7]. [15 Januari 2007] Costa, A. & Kallick, B. (2008). Describing 16 Habits of Mind. [Online]. Tersedia: http://www.habits-of-mind.net/pdf/16hom2.pdf. [7 Januari 2009] Haylock, D. (1997). Recognizing Mathematical Creativity. Zentralblatt für Didaktik der Mathematik (ZDM) The International Journal on Mathematics Education. [Online]. Tersedia: http://www.emis.de/journals/zdm/zdm973a5.pdf. [15 Maret 2007] Hirata, A. (2008). Laskar Pelangi. Jakarta: Bentang Pustaka Moulds, P. & Ragen, M. (2008). Habits of Mind. [Online]. Tersedia: http://www.ecta.org.au/_dbase_upl/07_eyc_article_moulds_ragen.pdf. LACOE (Los Angeles County Office of Education). (2004). Communication. [Online]. Tersedia : http://teams.lacoe.edu. [15 Januari 2008] Leung, S. (1996). On the Role of Creative Thinking in Problem Posing. Paper pada Topic Group, ICME 7, International Congress on Mathematics Education, ICME 8, Seville, July 2006. [Online] Tersedia: http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm97as.pdf. [7 Maret 2007] Park, H. (2004). The Effects of Divergent Production Activities With Math Inquiry and Think Aloud of Students With Math Difficulty. Disertasi. [Online] Tersedia: http://txspace.tamu.edu/bitstream/1969.1/2228/1/etd-tamu-2004. [15 November 2007] Wardhani, S. (2009). Pembelajaran Inkuiri Model Silver untuk Mengembangkan Kreativitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Anak Sekolah Menengah Atas. Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak dipublikasikan. 7