BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni Yuningsih, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains terdiri atas

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional variabel yang terlibat di dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan merupakan konsep yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Penerapan asesmen kinerja dalam menilai Literasi kuantitatif siswa pada konsep ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nuraini S., 2015

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan (produk) dan cara mencari tahu (proses). Biologi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang dirancang untuk

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI PADA MATERI FOTOSINTESIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rachmi Fitria Mustari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. ke waktu mengalami perubahan dan perbaikan. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA

METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan LKS Fisika Berbasis KPS.

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

ANALISIS KETERAMPILAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI STKIP PGRI SUMATERA BARAT DALAM MENGGUNAKAN MIKROSKOP.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kajian kuikulum pada pelajaran IPA, materi kelistrikan

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SIDOHARJO WONOGIRI SEMSTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEGIATAN PRAKTIKUM FISIKA SMP KELAS VIII

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rezki Prima Putri, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

BAB I PENDAHULUAN. IPA merupakan cara mempelajari tentang alam secara sistematis untuk menguasai

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran proses sains dalam konteks kurikulum 2013 dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

KETERAMPILAN PROSES DALAM IPA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini mengenai implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, keterampilan, dan sikap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. optimum hendaknya tetap memperhatikan tiga ranah kemampuan siswa yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizma Yuansih, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Witha Nurul Andriaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

2014 PENERAPAN ASESMEN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN RESPIRASI SERANGGA DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

I. PENDAHULUAN. tingkat pencapaian kemampuan sains siswa adalah Trends in International

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 8. GEJALA ALAMLatihan Soal 8.1

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Secara khusus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakteristik pembelajaran IPA harus dikembangkan sesuai dengan hakikat IPA, yaitu sebagai produk, proses, teknologi, dan nilai-nilai. Pembelajaran IPA bukan hanya menekankan pada pemahaman konsep-konsep IPA tetapi juga membekali peserta didik keterampilan dalam melakukan pengamatan yang melibatkan semua indera, penelitian, penggunaan alat dan keterampilan berpikir (berpikir ilmiah) serta melakukan investigasi, eksplorasi, refleksi, dan representasi melalui kegiatan inkuiri (Rochintaniawati et al., 2009). Badan Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Biologi berkedudukan sebagai salah satu mata pelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja (Hudha et al., 2011). Proses sains dalam pembelajaran IPA sangat penting untuk dikembangkan karena produk sains merupakan hasil dari proses sains. Kurikulum IPA Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah pun harus lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses sains (Rustaman et al., 2005). Menurut Ambarsari et al. (2012) keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan dasar proses sains (basic skill) yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, mengkomunikasikan, dan keterampilan terpadu proses sains (integrated skill) yaitu identifikasi variabel dan eksperimen. Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa sains didasarkan pada empirisme, yaitu suatu pencarian pengetahuan berdasarkan eksperimentasi dan observasi. Para ilmuan melakukan berbagai eksperimen dan observasi untuk memperoleh produk sains. Melalui penerapan eksperimen dan observasi dalam pembelajaran

2 IPA, diharapkan siswa dapat menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna. Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis, memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja, sehingga aktivitas dan produk yang dihasilkan dari ativitas belajar ini mendapatkan penilaian (Ambarsari et al., 2012). Guru dalam pembelajaran sains diharapkan dapat melakukan penilaian atau asesmen proses dan hasil pembelajaran sains secara komprehensif dan benar. Komprehensif artinya asesmen yang dilakukan mencakup berbagai aspek kompetensi. Benar artinya asesmen yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip asesmen yang objektif, validitas, reliabilitas, demokratis dan berkeadilan. Pola asesmen yang baik dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa (Sudrajat et al., 2011). Hal ini sebagaimana pernyataan yang menyatakan bahwa tidak perlu diragukan lagi bahwa pembelajaran yang efektif, efesien dan produktif tidak mungkin ada tanpa asesmen yang baik (Stiggins, 1994 dalam Sudrajat et al., 2011). Observasi merupakan salah satu jenis keterampilan proses sains yang menggunakan berbagai indera yang dimiliki oleh manusia, baik itu indera penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba untuk menemukan fakta-fakta yang relevan dan memadai (Rustaman et al., 2005). Dengan demikian, seluruh indera yang dimiliki manusia dapat dikembangkan melalui observasi. Penggunaan alat bantu observasi pun sangat diperlukan untuk memperluas jangkauan observasi atau meningkatkan kualitas fakta yang diperoleh (Rustaman, 2003). Hal ini dikarenakan fakta-fakta yang relevan sering kali tidak dapat diamati dengan menggunakan alat-alat indera khusus karena alat indera memiliki keterbatasan. Misalnya, objek-objek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis) dapat diamati dengan menggunakan mikroskop, baik itu mikroskop monokuler, binokuler, maupun mikroskop elektron.

3 Penggunaan mikroskop sebagai alat bantu praktikum Biologi menjadi sangat penting. Pengamatan langsung terhadap objek asli, misalnya sel, bakteri, atau jamur uniseluler merupakan solusi untuk mengkonkretkan pemahaman siswa terhadap objek tersebut serta memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna (Trisnayanti et al., 2010). Keterampilan dalam menggunakan mikroskop merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), penggunaan mikroskop termasuk ke dalam Standar Kompetensi memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan dengan Kompetensi Dasar menggunakan mikroskop dan peralatan pendukung lainnya untuk mengamati gejala-gejala kehidupan. Berdasarkan SK dan KD ini siswa harus mempunyai kemampuan untuk menggunakan mikroskop dengan baik agar dapat mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang sudah ditetapkan guru mata pelajaran pada materi ini. Siswa dapat mengamati gejala-gejala alam yang bersifat mikroskopis apabila siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan menggunakan mikroskop. Berdasarkan hasil penelitian Trisnayanti et al., (2010) secara umum kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop sudah baik. Akan tetapi, untuk beberapa aspek keterampilan penggunaan mikroskop harus dilatihkan kembali agar lebih terampil. Hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop untuk cara membawa mikroskop dan menyiapkan kaca objek 100% telah sesuai prosedur. Sedangkan untuk beberapa aspek masih banyak yang tidak sesuai dengan prosedur yaitu 58% adanya gelembung udara pada preparat yang dibuat, 42% tidak menggunakan alat bantu untuk menutup kaca penutup, 33% tidak menggunakan lensa objektif dengan perbesaran kecil terlebih dulu, 50% tidak memutar pengatur fokus dengan perlahan-lahan untuk memperoleh objek pada perbesaran kuat dan pada waktu mengganti lensa objektif 33% ujung lensa menyentuh permukaan kaca penutup. Setelah selesai pengamatan 92% membersihkan kembali alat yang telah digunakan dan 83% menyimpannya kembali dengan bersih dan rapi.

4 Hasil penelitian Fauziah (2011) pun menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran penggunaan mikroskop, siswa masih mengalami kesulitan pada beberapa aspek dalam menggunakan mikroskop. Kesulitan dalam menggunakan mikroskop ini merupakan salah satu indikator bahwa siswa tersebut belum mempunyai pengetahuan atau keterampilan dalam menggunakan mikroskop dengan benar. Pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan mikroskop atau alat-alat lainnya dalam proses pembelajaran merupakan salah satu kebutuhan siswa yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran terlebih dahulu kita harus mengetahui tujuan siswa itu belajar. Adapun tujuan yang dimaksud adalah sebuah kebutuhan siswa yang secara lahiriah maupun batiniah harus tercapai. Dalam proses pembelajaran siswa juga memiliki kebutuhan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana (Haris, 2011). Sebelum memulai proses pembelajaran seorang pendidik perlu mengadakan identifikasi terlebih dahulu terhadap kebutuhan masing-masing peserta didiknya, baik itu secara individual ataupun kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta tercapai tujuan yang telah direncanakan. Kebutuhan siswa tidak ada batasnya, akan tetapi tidak semua kebutuhan siswa itu selalu tercapai. Hal ini terkait dengan kemampuan siswa itu sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan setiap siswa itu bermacam-macam. Kebutuhan-kebutuhan itu perlu diidentifikasi untuk menentukan kebutuhan mana yang paling potensial dari segi manfaat dan pemenuhannya (Haris, 2011). Menurut Haris (2011) bahwa kebutuhan (need) diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya. Kebutuhan belajar dapat diartikan sebagai suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki pada suatu saat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ingin diperoleh seseorang, kelompok, lembaga, atau masyarakat yang hanya dapat dicapai melalui kegiatan belajar (Ardiwinata, 2006). Kebutuhan siswa selama proses pembelajaran merupakan kebutuhan akademik untuk menunjang tercapainya ketuntasan belajar. Kebutuhan siswa merupakan

5 pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang belum dimiliki siswa akan menjadi kesulitannya selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, tahap awal yang dilakukan untuk mengungkap pengetahuan atau keterampilan yang belum dimiliki siswa sebelumnya harus diketahui kesulitan belajar siswa tersebut. Kesulitan belajar siswa dapat diidentifikasi melalui asesmen kesulitan belajar dan kebutuhan siswa dalam menggunakan mikroskop merupakan kebutuhan belajar yang berkaitan dengan aspek keterampilan (psikomotor). Oleh karena itu, asesmen yang tepat untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar dalam menggunakan mikroskop ini harus berupa asesmen yang menilai kinerja atau kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, asesmen yang dapat menilai kesulitan dan kemampuan siswa yaitu asesmen kinerja. Penelitian penggunaan asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa dalam menggunakan mikroskop ini merujuk pada penelitian Fauziah (2011). Perangkat penilaian asesmen kinerja yang digunakan merupakan pengembangan atau modifikasi dari perangkat penilaian yang digunakan oleh Fauziah (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu tidak hanya menilai kesulitan belajar siswa, tetapi dikembangkan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar berdasarkan kesulitan yang dialami siswa selama penggunaan mikroskop. Selain itu, perangkat penilaian kinerja yang digunakan pada penelitian ini pun tidak hanya menilai keterampilan siswa dalam menggunakan mikroskop, tetapi menilai juga keterampilan siswa dalam menggambar hasil pengamatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah Bagaimana penggunaan asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop?

6 Untuk lebih memperjelas rumusan masalah tersebut, maka dimunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengembangan perangkat penilaian asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop? 2. Apa kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop yang teridentifikasi melalui perangkat penilaian asesmen kinerja? 3. Apa kelebihan dan kelemahan perangkat penilaian asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop? 4. Apa kendala yang dihadapi selama penggunaan perangkat penilaian asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop? C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan dan agar penelitian ini terarah, maka permasalahannya dibatasi sebagai berikut: 1. Asesmen kinerja yang digunakan berupa task atau unjuk kerja dengan rubrik penilaian berskala dan daftar cek untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa dalam menggunakan mikroskop. 2. Kebutuhan belajar yang dimaksud pada penelitian ini ialah kebutuhan belajar siswa yang berkaitan dengan tugas pekerjaan selama proses pembelajaran dengan menggunakan mikroskop berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk menujang pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) (Johnstone dan Rivera, 1965 dalam Ardiwinata, 2006). 3. Mikroskop yang digunakan siswa ialah mikroskop monokuler dengan sumber pencahayaan berasal dari sinar matahari.

7 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop. Tujuan khusus penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengetahui pengembangan perangkat penilaian asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop? 2. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop melalui perangkat penilaian asesmen kinerja. 3. Mengungkap kelebihan dan kelemahan perangkat penilaian asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop. 4. Mengungkap kendala yang dihadapi selama penggunaan asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya: 1. Bagi Guru: a. Memberikan informasi tentang asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop, baik itu pengembangan perangkat penilaiannya, penerapan dalam proses pembelajaran, kelebihan dan kelemahan perangkat penilaian asesmen kinerja, dan kendala yang dihadapi selama penggunaan perangkat penilaian asesmen kinerja. b. Menjadi referensi dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa, terutama dalam menggunakan mikroskop.

8 2. Bagi Siswa: a. Memenuhi kebutuhan belajar dalam menggunakan mikroskop sehingga dapat mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan. b. Menjadi lebih terampil dalam menggunakan mikroskop. 3. Bagi Praktisi Pendidikan a. Memberikan informasi dalam pengembangan asesmen kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa SMP dalam menggunakan mikroskop. b. Sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.