BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa, yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia terintegrasi dalam empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE DAN PERMAINAN JELAJAH EYD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Mire Melalui Penggunaan Media Gambar Seri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai suatu pandangan hidup untuk mengembangkan karakterkarakter

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang untuk menuangkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan gambar seri merupakan salah satu standar kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi kehidupannya di dunia. Pendidikan bahasa Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia juga disebut Bahasa Nasional merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dalam menimba berbagai ilmu. Banyak ilmu dan keterampilan diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain. Pada masyarakat modern dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu. menulis dan membaca merupakan komunikasi tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK CERITA BERANTAI PADA SISWA KELAS IV-C SDN DITOTRUNAN 01 LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tanwirul Mikdas, 2014

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk yang bersifat individu juga sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa, yang merupakan hal penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Di dalam kegiatan menulis diperlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan itu di antaranya kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas dengan menggunakan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis dengan baik. Selain itu dalam prosesnya, pembelajaran menulis tidak disajikan secara tersendiri, tetapi melibatkan keterampilan berbahasa yang lain yaitu menyimak, membaca, dan berbicara. Tinggi rendahnya kemampuan menulis dipengaruhi oleh intensitas pembinaan dan latihan yang dilakukan. Dengan kata lain, kemampuan menulis tidak mungkin timbul secara alami, tetapi memerlukan latihan dan pembinaan. Selain itu juga yang perlu diperhatikan dalam kegiatan menulis adalah minat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Apabila dalam proses belajar bahasa dikenal masa kritis belajar bahasa, pada saat itu siswa mudah menerima pelajaran bahasa dan lebih cepat memungut bahasa dibanding orang dewasa. Berdasarkan minat dan potensi yang dimiliki oleh siswa pada masa kritis belajar bahasa, guru perlu memanfaatkan minat itu untuk menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan. Oleh karena itu guru harus berupaya untuk membuat pelajarannya menarik bagi 1

2 siswa dan dapat memanfaatkan minat itu sebagai dasar untuk menentukan pendekatan, metode, teknik, media dan sumber belajar yang sesuai agar materi dapat tersampaikan, menyenangkan, dan tidak membosankan bagi siswa namun tujuan pembelajaran tercapai. Untuk dapat terciptanya tujuan pembelajaran menulis, guru harus mampu memilih bahan ajar menulis yang tepat. Sebagaimana pendapat Tarigan (1992: 257) kriteria bahan ajar menulis yang baik adalah sebagai berikut. 1. Bahan harus sesuai dengan taraf perkembangan dan kemampuan siswa. 2. Bahan harus relevan dengan bahan pengajaran. 3. Bahan yang baik adalah yang berguna bagi siswa sebagai pengembangan pengetahuannya dan keperluan bagi tugasnya kelak di lapangan. 4. Bahan harus menarik dan merangsang aktivitas siswa, sebelum disampaikan pada siswa harus disusun secara sistematis, bertahap, dan berjenjang. Namun kenyataan di lapangan dalam proses pembelajaran menulis karangan, masih ditemukan adanya beberapa kendala dan hambatan. Kendala dan hambatan yang muncul selain bersumber dari keterbatasan kemampuan siswa, juga dipengaruhi oleh kemampuan guru terutama dalam pemilihan bahan ajar. Biasanya yang dilakukan guru dalam memilih bahan ajar tidak disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan siswa dan tidak menggunakan media sehingga tidak dapat menarik dan merangsang aktivitas siswa. Demikian pula halnya dengan kemampuan mengarang, para siswa mengalami hambatan baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Hal yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran mengarang tersebut, disebabkan oleh

3 1) Kurangnya bekal awal berupa penguasaan kosakata dan struktur kalimat pada diri siswa dalam pembelajaran mengarang. 2) Kesulitan dalam menentukan tema karangan 3) Siswa kesulitan dalam mengungkapkan ide, gagasan ke dalam bentuk karangan 4) Kesulitan memadukan kata-kata menjadi kalimat yang runtut dalam karangan. Adapun data awal yang diperoleh dari hasil observasi hanya 5 orang siswa (25%) yang mendapatkan nilai baik di atas KKM yang telah di tentukan dalam mengarang, dengan penilaian soal yang dilihat dari penggunaan huruf kapital sudah sesuai dengan kaidah EYD meskipun dalam penggunaan tanda baca masih ada beberapa yang kurang sesuai, dalam struktur kalimat masih ada pengulangan kata yang sama, penempatan kata penghubung kurang tepat dan beberapa kalimat tidak memiliki kepaduan, kesesuaian dengan tema dan gambar tidak relevan. Sisanya 15 orang siswa (75%) yang mendapatkan nilai kurang dari KKM bahasa Indonesia. Penilaian soal yang dilihat dari penggunaan huruf kapital tidak sesuai dengan kaidah EYD, penggunaan tanda baca tidak tepat, dan struktur kalimat banyak pengulangan kata yang sama, penempatan kata penghubung tidak tepat, dan kesesuaian dengan tema dan gambar tidak relevan. Berdasarkan hasil penelitian awal di atas yang dilakukan melalui pengamatan terhadap proses pembelajaran dan pelaksanaan tes menulis karangan terlihat bahwa pembelajaran mengarang yang dilaksanakan di SD Negeri Pakuhaji III perlu mendapatkan perhatian melalui pengorganisasian pembelajaran yang

4 matang. Dari komponen pembelajaran yang meliputi siswa, guru, tujuan, materi/bahan ajar, metode, media, dan evaluasi; yang dapat menjebatani hubungan guru dan siswa adalah komponen metode/teknik pembelajaran. Sebagaimana pendapat Tarigan (1997:9) Keberhasilan dalam melaksanakan suatu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh metode/teknik yang tepat mengingat hal tersebut sebagai jembatan yang menghubungkan guru dan siswa. Kenyataan tersebut perlu mendapat perhatian berupa suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan. Maka diambil salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kemapuan mengarang siswa kelas IV SD Negeri Pakuhaji III, yaitu melalui penerapan mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned). Adapun media yang digunakan dalam penerapan model ini yaitu menggunakan media gambar, sebagaimana pendapat Tarigan (1986:209) Mengarang melalui media gambar merupakan suatu teknik pengajaran menulis yang sangat dianjurkan oleh para ahli. Gambar yang kelihatan diam sebenarnya banyak berkata bagi mereka yang peka dan penuh imajinasi. Karena itu pemilihan gambar harus tepat, menarik, dan merangsang. Dalam kaitannya dengan hal di atas pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) dianggap dapat 1) menarik perhatian siswa sehingga termotivasi untuk mengungkapkan perasaannya ke dalam bentuk tulisan; 2) mudah didapat, murah, dan tidak sulit untuk mempergunakannya; 3) tidak bersifat abstrak; 4) membantu membangkitkan minat siswa untuk mengarang. Bahan yang akan dapat dijadikan stimulus dalam pembelajaran mengarang terbimbing lebih disukai sebagaimana pendapat Supriyadi (1992:185) Secara

5 kodrati seorang anak lebih suka mencari daripada menghindari stimulan bahkan dengan stimulan anak akan mencari kepuasan dan ketidakpuasan. Selanjutnya pendapat Azies (2002:21) sebagai berikut, Suatu perilaku akan muncul bila didahului oleh stimulus. Perilaku itu dapat diperkuat, dibiasakan dengan memberikan penguatan. Stimulan yang dijadikan pembelajaran mengarang terbimbing untuk meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas IV SD Negeri Pakuhaji III ialah media cerita dengan gambar (Picture Sequence Essay)/gambar seri. Sebagaimana dikemukakan Tarigan (1986:209) Mengarang melalui media gambar merupakan suatu teknik pengajaran menulis yang sangat dianjurkan para ahli. Gambar yang kelihatan diam sebenarnya banyak berkata bagi mereka yang peka dan penuh imajinasi. Adapun yang dimaksud dengan mengarang terbimbing di sini sebagaimana pendapat yang dikemukan oleh Simatupang (1985:220) Mengarang terbimbing ialah bahwa siswa dalam memperoleh kemahiran mengarang diberi bimbingan yang kadarnya semakin lama semakin mengecil. Latihan yang diberikan kepada siswa itu terdiri dari penyelesaian suatu tugas yang sebagian telah diselesaikan. Tugas yang diselesaikan semakin lama semakin mengecil sehingga pada akhirnya siswa diharapkan mampu menyelesaikan tugas mengarang tanpa bimbingan. Melalui pelajaran mengarang terbimbing ini siswa akan terbina keterampilan menulisnya setara dengan keterampilan berbahasa lainnya, dan siswa mempunyai kesempatan untuk mengaplikasi ke dalam wujud yang nyata sehingga mendorong siswa aktif, kreatif dan cerdas.

6 Dengan demikian, dalam penelitian ini dirumuskanlah judul Penerapan Mengarang Terbimbing Model KWL (Know, Want, Learned) dengan Menggunakan Media Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD Negeri Pakuhaji III Kabupaten Subang. B. Rumasan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan pengalaman mengajar yang dilakukan, permasalahan yang muncul melalui observasi terhadap proses pembelajaran dan tes dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan adalah sebagai berikut. 1. Kurangnya bekal awal pada diri siswa yang berupa penguasaan kosakata dan struktur kalimat, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memadukan kata-kata menjadi kalimat yang runtut dalam mengarang. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, gagasan ke dalam bentuk karangan. Permasalahan-permasalahan tersebut memerlukan suatu upaya untuk pemecahannya melalui suatu model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned). Secara umum dari keseluruhan permasalahan yang timbul, dapat dirumuskan sebagai berikut.

7 a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis karangan Narasi berdasarkan gambar dengan menerapkan pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) dalam meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas IV SD Negeri Pakuhaji III? b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis karangan Narasi berdasarkan gambar dengan menerapkan pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) dalam meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas IV SD Negeri Pakuhaji III? c. Bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) untuk meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas IV SD Negeri Pakuhaji III? 2. Pemecahan Masalah Dalam upaya menyelesaikan permasalahan diatas perlu diterapkan sebuah model pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan dalam menulis karangan. Pemilihan model didasarkan pada latar belakang yang menyebabkan masalah tersebut terjadi. Menyangkut beberapa penyebab adanya permasalahan tersebut. Serta mengacu pada akar permasalahan yang muncul, bahwa untuk mengatasi permasalahan tersebut, lebih tepat menggunakan pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) dengan media gambar.

8 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini berkaitan dengan pembelajaran menulis menggunakan model pembelajaran mengarang terbimbing dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas praktek pembelajaran terutama dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah. 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran menulis karangan berdasarkan gambar dengan menerapkan pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) dalam meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas IV SD Negeri Pakuhaji III? 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran menulis karangan berdasarkan gambar dengan menerapkan pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) dalam meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas IV SD Negeri Pakuhaji III? 3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) dalam meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas IV SD Negeri Pakuhaji III?

9 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis karangan. 2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai penerapan pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) Dengan Media gambar, sehingga dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam hal ide/gagasan, menentukan tema, dan membuat kalimat yang runtut. 3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan bahan pengalaman yang berharga dalam menggunakan model pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) dalam kegiatan pembelajaran menulis karangan sehingga dapat mengetahui tingkat keberhasilannya. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan, Apabila guru menerapkan pembelajaran mengarang terbimbing model KWL (Know, Want, Learned) melalui media gambar maka kemampuan mengarang siswa kelas IV SD Negeri Pakuhaji III akan meningkat dan kesulitan pengungkapan ide/gagasan, menentukan tema, dan keruntutan dalam pembuatan kalimat akan teratasi.

10 E. Penjelasan Istilah Untuk menghindari kesalahfahaman terhadap pokok-pokok masalah yang diteliti, dalam bagian ini akan dijelaskan secara operasional beberapa istilah yang dipandang perlu untuk diketahui kejelasannya. 1. Meningkatkan kemampuan adalah suatu upaya untuk menaikkan/ meningkatkan kemampuan. 2. Mengarang/mengarang adalah melahirkan pikiran dan perasaan dengan cara yang teratur, dan dituliskan dalam bahasa tulisan (Purwanto, 1997: 58). 3. Model KWL (Know, Want, Learned) adalah suatu kerangka kegiatan yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar dalam menulis karangan atau keterampilan siswa menuliskan ide, kata kunci atau fase yang berkaitan dengan suatu topic kedalam table KWL (Know, Want, Learned).(Tata, 2006:325) 4. Mengarang terbimbing adalah suatu aktivitas mengarang dengan bimbingan guru yang kadarnya semakin lama semakin mengecil. Dengan kata lain pengajaran menulis tidak hanya semata-mata menulis, tetapi membantu siswa mengembangkan dari melalui suatu pendekatan humanistik, artinya aktivitas yang datang kemudian lebih memberi ruang kreativitas yang datang kemudian lebih memberi ruang kreativitas siswa ketimbang aktivitas yang mendahuluinya (Azis, 2002: 21). 5. Media gambar adalah alat yang digunakan sebagai sumber belajar yang berupa gambar (Depdikbud, 1984).

11 F. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas ini merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung yang bersifat reflektif kolaboratif dengan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dengan subjek yang diteliti adalah siswa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utamanya adalah terjadinya perubahan, perbaikan, dan peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas (dalam Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999: 16). Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode kualitatif, sehubungan dengan definisi yang diungkapkan oleh Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002: 3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur panelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Yang menjadi dasar pertimbangan peneliti menggunakan metode tersebut berdasarkan pendapat yang dikemukakan Moleong adalah sebagai berikut. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penejaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002: 5). Lebih lanjut Moleong (2002: 6) menyatakan bahwa,...data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif. Dengan demikian, proses dan hasil penelitian yang dilakukan digambarkan dengan jelas dan rinci melalui penggunaan kata-kata.

12 2. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (clasroom action research). Karena penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur yang mempunyai dampak langsung bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi guru di kelas (Supardi, 2006: 108). Adapun rancangan penelitian ini mengacu pada rancangan penelitian yang diakukan oleh Kemmis dan Tagart yaitu model Spiral (Rochiati, 2005: 66) yang dimulai dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, kemudian menggunakan perencanaan kembali. Sebelum peneliti melakukan tindakan, Pertama membuat rencana tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana tersusun dengan matang barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersama dengan dilakukan tindakan peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan melalui lembar observasi. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan yang dilakukan berikutnya tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat sebelumnya tetapi diadakan perbaikan-perbaikan yang lebih optimal lagi. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.