WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN PREMI ASURANSI DIHUBUNGKAN DENGAN TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG ASURANSI JIWA

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DALAM HAL TERJADI KEPAILITAN SUATU PERUSAHAAN ASURANSI

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

PEMBAYARAN KLAIM OLEH PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI OLEH TERTANGGUNG PADA PROGRAM MITRA BEASISWA

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG

PEMBEBASAN KEWAJIBAN PENANGGUNG ASURANSI MEMBAYAR GANTI RUGI, DISEBABKAN OLEH KELALAIAN TERTANGGUNG*

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

AKIBAT HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS TERJADINYA FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI

UPAYA HUKUM TERHADAP PENOLAKAN KLAIM ASURANSI JIWA OLEH PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE CABANG GATSU. Komang Ayu Devi Natasia

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

POLIS ASURANSI JIWA YANG DIGADAIKAN SEBAGAI JAMINAN PINJAMAN PADA PERUSAHAAN SEQUIS LIFE

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

Dokumen Perjanjian Asuransi

JURNAL HUKUM PENERAPAN PRINSIP UTMOST GOOD FAITH PADA PIHAK TERTANGGUNG DALAM POLIS ASURANSI JIWA TERKAIT PENGAJUAN KLAIM ASURANSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

PEMBATALAN PERJANJIAN MAATSCHAP YANG DIDIRIKAN TANPA JANGKA WAKTU DAN ATAS DASAR WANPRESTASI

Oleh : Ni Putu Eni Sulistyawati I Ketut Sudantra. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Surety Bond memiliki konsep sebagai penyedia jaminan, merupakan

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) YANG BERBENTUK BUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

PROSEDUR PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI JIWA PADA AJB BUMIPUTERA 1912 SYARIAH CABANG MEDAN

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN

BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA

TANGGUNG JAWAB SEWA MENYEWA RUMAH KONTRAKAN

KEABSAHAN PERJANJIAN ASURANSI DALAM HUKUM KEPERDATAAN

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak

Kata Kunci: Banker s Clause, Perasuransian, Kredit

PENYELESAIAN PEMBAYARAN KLAIM OLEH PERUSAHAAN ASURANSI JIWA DALAM HAL TERTANGGUNG TIDAK DAPAT MELAKUKAN KEWAJIBANNYA MEMBAYAR PREMI ASURANSI:

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI TERHADAP ASURANSI PEKERJA YANG MENDERITA SAKIT KARENA ADANYA KESENGAJAAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP HEWAN PELIHARAAN YANG MENYEBABKAN KERUGIAN TERHADAP HEWAN PELIHARAAN LAIN SEBAGAI PERBUATAN YANG MELAWAN HUKUM

SANKSI TERHADAP PELAKU USAHA TERKAIT DENGAN PELANGGARAN PERIKLANAN SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

ASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR

BAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KEPEMILIKAN MODAL ANTARA PT. AMBARA PRANATA DENGAN PT. MACCARONI APABILA TERJADI WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia selalu terdapat kejadian kejadian yang tidak dapat

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

PELAKSANAAN ASURANSI TERHADAP DEBITUR SECARA TANGGUNG RENTENG DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 1278 KUH PERDATA

TANGGUNG JAWAB PENYEWA DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DI KOTA GIANYAR

Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

Aspek Hukum Perjanjian Sewa Beli

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA

BAB VI POLIS ASURANSI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Dalam menjalani hidup. keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

AKIBAT HUKUM PEMBERIAN WARISAN SAAT PEWARIS MASIH HIDUP BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA PADA DESA PAKRAMAN PADANGSAMBIAN DENPASAR

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

Prosiding Matematika ISSN:

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG TERHADAP PEMBAYARAN GANTI RUGI PADA PERJANJIAN ASURANSI RANGKA PESAWAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ASURANSI UNTUK ANGGOTA TUBUH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG ASURANSI DI INDONESIA

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Oleh : NURUL LAKSMITA HARYANTI C

AKIBAT KEPAILITAN TERHADAP ADANYA PERJANJIAN HIBAH

ABSTRACT Keywords: the key points of the insurance, insurance law Kata kunci : poin-poin penting dalam asuransi, hukum asuransi A.

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

ANALISIS HUKUM PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANANYA

TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DALAM PERSEROAN ATAS KELALAIAN MELAKSANAKAN TUGAS PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ASURANSI DI INDONESIA. Asuransi dalam bahasa Belanda disebut verzekering

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

KEABSAHAN PERMEN DALAM TRANSAKSI PEMBAYARAN

Transkripsi:

WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN PREMI ASURANSI DIHUBUNGKAN DENGAN TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG ASURANSI JIWA Oleh : Dewa Ayu Widiastuti Meranggi A.A. Sagung Ari Atu Dewi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The paper is titled In the Event of Default Insurance Premium Payment Associated With Life Insurance Liability Insurer. This paper uses normative analysis method then analyzed legislation and related literature. The purpose of this paper is to determine the factors that cause default in the repay the premium and the settlement in case of default in payment of insurance premiums. From the analysis covered can be concluded that the incidence of default in the payment of insurance premiums will affect the content as well as the continuation of the agreement. If there has been a default in the payment of insurance premiums, the insured person has no right to demand any payment if the policy do not have a cash value, but if the policy of the insured already has case value, the insured can sell the policy. Keywords : Default, Premiums Insurance, Liability, Insurance ABSTRAK Makalah ini berjudul Wanprestasi Dalam Pembayaran Premi Asuransi Dihubungkan Dengan Tanggung Jawab Penanggung Asuransi Jiwa. Makalah ini menggunakan metode normatif kemudian menganalisa peraturan perundang-undangan dan literatur terkait. Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam pembayaran premi serta penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam pembayaran premi asuransi. Dari analisa yang dibahas dapat disimpulkan bahwa timbulnya wanprestasi dalam pembayaran premi asuransi akan mempengaruhi isi serta kelanjutan dari perjanjian. Apabila telah terjadi wanprestasi dalam pembayaran premi asuransi, maka pihak tertanggung tidak mempunyai hak untuk menuntut pembayaran apapun jika polisnya belum memiliki nilai tunai, namun jika polis dari tertanggung telah memiliki nilai tunai maka tertanggung dapat menjual polisnya. Kata Kunci : Wanprestasi, Premi Asuransi, Tanggung Jawab, Asuransi Jiwa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia hidup didunia tidak pernah merasa puas akan kemajuan-kemajuan jaman yang berkembang begitu pesat. Dengan adanya perkembangan jaman yang begitu pesat 1

ini menyebabkan manusia selalu ingin berinovasi dengan mewujudkan gagasan-gagasan yang menurut perkiraannya dapat membawa pada keadaan yang lebih sejahtera serta aman. Namun, segala hal yang dicapai itu tidaklah selalu membawa akibat yang positif sesuai dengan apa yang direncanakan semula, melainkan terdapat juga akibat-akibat atau bahaya-bahaya negatif yang bisa saja dihadapinya. Dengan kata lain akan selalu ada resiko disetiap hal yang akan dilakukannya. Resiko yang akan dihadapinya tidaklah hanya terhadap harta bendanya semata melainkan resiko tersebut dapat pula menimpa pada dirinya (jiwanya). Setiap orang baik kaya maupun miskin tidak akan terlepas dari kemungkinankemungkinan menghadapi resiko-resiko sebagai mana tersebut diatas. Oleh karena itu, agar dirinya serta harta bendanya berada dalam keadaan aman maka setiap orang selalu berusaha menghindarkan diri dari segala hal atau resiko yang mungkin akan dialami. Kalaupun suatu saat resiko tersebut benar-benar terjadi, mereka biasanya tidak ingin menanggung resiko tersebut sendiri, bahkan kalau memungkinkan mereka sama sekali tidak ingin menanggungnya. Untuk itu bagi sebagian orang sering kali menempuh jalan dengan mengadakan suatu perjanjian yang dikenal dengan nama Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti pertanggungan. 1 Sehingga dewasa ini peranan dari Lembaga Asuransi dirasakan semakin penting, demikian juga halnya dengan asuransi jiwa. Asuransi jiwa menurut Santoso Poedjosoebroto menyatakan bahwa Asuransi Jiwa atau Pertanggungan Jiwa adalah suatu perjanjian dimana penanggung dengan menerima suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung, untuk memberi suatu pembayaran kepada tertanggung atau tertunjuk, manakala terjadi suatu peristiwa yang tidak pasti yang harus ada hubungannya dengan meninggalnya tertanggung tadi. 2 Dari pengertian yang dikemukakan tersebut dapat diketahui asuransi jiwa merupakan suatu persetujuan untuk mengadakan pembayaran sejumlah uang dengan menerima premi, dalam hubungan hidup atau wafatnya manusia. 3 1 Wirjono Prodjodikoro, 1979, Hukum Asuransi di Indonesia, PT. Intermasa, h.1. 2 Santoso Poedjosoebroto, 1969, Beberapa Aspekta tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Penerbit Bhratara, Jakarta, h.14. 3 Wirjono Prodjodikoro, 1979, op.cit., h.158. 2

Pada umumnya dalam setiap perjanjian apapun bentuknya, berlaku kewajibankewajiban yang mengikat pihak-pihak didalamnya. Demikian pula dengan perjanjian asuransi jiwa disini mengikat kewajiban-kewajiban yang mengikat bagi si penanggung maupun si tertanggung yang berlaku sejak perjanjian itu dibuat dan ditandatangani. Namun tidak semua persetujuan perjanjian dilaksanakan sebagaimana mestinya menurut yang diperjanjikan. Meskipun telah banyak ketentuan-ketentuan yang dibuat, yang bertujuan untuk mencegah timbulnya suatu permasalahan, namun karena faktor manusianya itu sendiri ataupun faktor-faktor diluar kemampuannya, sehingga permasalahan yang tidak diinginkan akhirnya timbul juga, hal inilah yang kemudian disebut dengan wanprestasi atau ingkar janji. 1. 2 Tujuan Penulisan Dari latar belakang diatas dapat dikemukakan tujuan penulisan makalah ini yaitu : Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab wanprestasi dalam pembayaran premi serta penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam pembayaran premi II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Metode penulisan karya ilmiah ini adalah menggunakan metode normatif, yaitu dengan menganalisis peraturan perundang-undangan serta literatur terkait (statute approach) 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Faktor penyebab wanprestasi dalam pembayaran premi Menurut Wirjono Prodjodikoro menyatakan ada 3 unsur dalam pengertian asuransi, yaitu : - Unsur pertama yakni pihak terjamin yang berjanji membayar uang premi kepada pihak penjamin, sekaligus atau berangsur-angsur. - Unsur kedua yakni pihak penjamin yang berjanji akan membayar sejumlah uang kepada pihak terjamin, sekaligus atau berangsur-angsur apabila terlaksana unsur ketiga - Unsur ketiga yakni suatu peristiwa yang semula belum jelas akan terjadi. 4 Jadi dalam suatu perjanjian asuransi, pihak penanggung berjanji akan membayar sejumlah uang kepada tertanggung apabila peristiwa yang tidak tentu itu terjadi, sedang 4 Ibid, h.1. 3

dilain pihak tertanggung berjanji akan membayar premi sebagai harga kesediaan penanggung untuk memikul resiko yang dideritanya, sehingga jika premi dibayar resiko akan beralih, jika premi tidak dibayar resiko tidak beralih. 5 Kemudian apabila kewajiban-kewajiban tersebut tidak dilaksanakan, maka dikatakan pihak-pihak telah melakukan wanprestasi. Wanprestasi dalam pembayaran premi oleh tertanggung dapat berupa : 1. Tertanggung sama sekali tidak membayar premi 2. Tertanggung telat membayar premi 3. Tertanggung telah membayar premi tepat waktu akan tetapi jumlah premi yang dibayarkan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Adapun bentuk wanprestasi yang bisa dilakukan oleh tertanggung sebagaimana yang tercantum didalam pasal 251 KUHD, mengenai keharusan adanya pemberitahuan mengenai hal yang dipertanggungkan dengan sebenar-benarnya dan selengkaplengkapnya seperti yang dinyatakan dalam pasal 251 KUHD, yaitu : Semua pemberitahuan yang keliru atau tidak benar, atau semua penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung, meskipun dilakukan dengan itikad baik, yang sifatnya sedemikian, sehingga perjanjian itu tidak akan diadakan, atau tidak diadakan dengan syarat-syarat yang sama, bila penanggung mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari semua hal itu, membuat pertanggungan itu batal. Maksud dari pasal tersebut adalah untuk memberi perlindungan kepada penanggung yang akan memikul suatu resiko. Dalam prakteknya, apabila tertanggung melakukan hal-hal seperti yang disebutkan diatas akan membawa akibat terhadap perjanjian yang telah dibuat atau terhadap kelanjutan dari perjanjian yang telah dibuat tersebut. 2.2.2 Penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam pembayaran premi Seperti yang telah dijelaskan tadi mengenai wanprestasi yang dilakukan oleh tertanggung dalam pembayaran premi maka cara-cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah tersebut, yaitu : - Dengan menjual polisnya, yang dimaksud dengan polis disini yaitu surat yang memuat perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Dengan mengembalikan polis, berikut dengan kwitansi pembayaran premi terakhir serta menerima sejumlah nilai tunai polis. h.27. 5 Abdulkadir Muhammad, 1983, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Alumni, Bandung, cet. II, 4

- Polisnya menjadi polis bebas premi, polis berjalan terus dengan jumlah uang pertanggungan yang disesuaikan dengan besar nilai bebas premi yang telah ditentukan, sedangkan macam dan masa pertanggungan tetap seperti semula. Uang pertanggungan akan dibayar diakhir masa pertanggungan atau pada saat meninggalnya tertanggung, jika hal ini terjadi dalam masa pertanggungan. - Menjadikan polisnya polis bebas waktu, dalam hal polis sudah mempunyai nilai dan menunggak lebih dari masa keleluasaan yang ditetapkan, maka jika dalam waktu tertentu pemegang polis tidak mengajukan pilihan, polis secara otomatis menjadi polis bebas premi. Tapi dalam penyelesaian masalah wanprestasi, penanggung masih memperhatikan sebab-sebab tertanggung tidak melaksanakan kewajibannya, seperti pihak tertanggung tidak pernah dikenakan bunga. III. KESIMPULAN Setelah diuraikan mengenai wanprestasi dalam pembayaran premi serta masalah yang timbul akibat adanya wanprestasi dan cara penyelesaiannya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : 1. Dengan adanya faktor penyebab wanprestasi yang dilakukan oleh pihak tertanggung yang tidak membayar premi dikarenakan beberapa faktor manusianya, maka dapat mempengaruhi isi dari perjanjian yang telah dibuat serta kelanjutan dari perjanjian yang dibuat tersebut. 2. Apabila pihak tertanggung atau pemegang polis tidak membayar premi dan polisnya belum meiliki nilai tunai maka tertanggung belum mempunyai hak untuk menuntut pembayaran apapun dari penanggung. Namun jika polis telah memiliki nilai tunai maka tertanggung bila melakukan wanprestasi dapat menjual polisnya, polisnya menjadi polis bebas premi dan menjadikan polisnya polis bebas waktu. 5

DAFTAR PUSTAKA BUKU Abdulkadir Muhammad, 1983, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Alumni, Bandung, cet. II. Santoso Poedjosoebroto,1969, Beberapa Aspekta tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Penerbit Bhratara, Jakarta. Wirjono Prodjodikoro, 1979, Hukum Asuransi di Indonesia, PT. Intermasa. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. 6