BAB I PENDAHULUAN. mengandung bahan anorganik yang berisi kumpulan mineral-mineral berdiameter

dokumen-dokumen yang mirip
MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B.

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Modifikasi Lempung Menjadi Adsorben dan Pemanfaatannya sebagai Penyerap Limbah Deterjen

KARAKTERISASI ADSORBEN KOMPOSIT ALUMINIUM OKSIDA PADA LEMPUNG TERAKTIVASI ASAM. P. Suarya. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, INTERCALATION OF CLAY BY SURFACTANT AND ITS APPLICATION AS ADSORBENT OF LEAD ION (Pb 2+ )

BAB I PENDAHULUAN I.1

I. PENDAHULUAN. Salah satu industri yang terus berkembang pesat di Indonesia adalah industri

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan

Emmy Sahara. Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK ABSTRACT

dapat ditemukan dalam tanah bentonit. Montmorillonit kualitas komersial sering juga dinamakan

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM SULFAT DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan pencemar yang berasal dari industri juga dapat meresap ke dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian umumnya digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PEMURNIAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN BENTONIT TERAKTIVASI ASAM NITRAT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

MODIFIKASI DAN KARAKTERISASI BENTONIT ALAM JAMBI YANG DIINTERKALASI ALANIN, SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORPSI LOGAM CADMIUM DAN TIMBAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak bermanfaat lagi (Sri Moertinah, 2010:104). Limbah dapat dihasilkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum Lempung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Uji Kinerja Adsorben Amino-Bentonit Terhadap Polutan Pestisida Dalam Air Minum ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FOTODEGRADASI METILEN BIRU MENGGUNAKAN KATALIS TiO 2 -MONTMORILONIT DAN SINAR UV

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, INTERCALATION OF CLAY BY SURFACTANT AND ITS APPLICATION AS ADSORBENT OF LEAD ION (Pb 2+ )

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2017) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB I PENDAHULUAN. gugus amino yang bersifat basa dan memiliki inti benzen. Rhodamin B termasuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Tahu merupakan bahan pangan yang berasal dari kedelai yang harganya relatif

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ION EXCHANGE DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SINTESIS KATALIS Ni-Cr/ZEOLIT DENGAN METODE IMPREGNASI TERPISAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan Campuran Lempung dan Batu Cadas Teraktivasi Asam Sulfat Sebagai Adsorben Kalsium Pada Air Tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. A. Gede Widihati. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK ABSTRACT

AKTIVASI TANAH LIAT DARI TANAK AWU SECARA ASAM DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI ADSORBEN UNTUK PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS

PEMANFAATAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN PEMBUAT FORMULA PAKAN DAN PENGELOLAAN KOTORAN TERNAK DOMBA

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI MODIFIKASI LEMPUNG ALAM MENJADI ADSORBEN DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PENYERAP LIMBAH DETERJEN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah lempung mempunyai cadangan yang cukup besar di hampir seluruh wilayah Indonesia namum pemanfaatannya masih belum optimal. Tanah lempung merupakan bahan alam yang murah dan mudah diperoleh serta banyak mengandung bahan anorganik yang berisi kumpulan mineral-mineral berdiameter efektif <0,002 mm. Dari ukurannya lempung dapat dikelompokkan ke dalam koloid. Mineral lempung memiliki bentuk kristal yang bersifat liat jika basah, dan keras jika kering (Suhala dan Arifin 1997; Tan, 1991). Lempung tersusun dari mineral alumina silikat yang mempunyai struktur kristal berlapis dan berpori. Lempung bentonit merupakan mineral dengan kandungan utama monmorillonit kurang lebih 85%. Lempung bentonit mempunyai kemampuan mengembang (swellability) karena ruang antar lapis (interlayer) yang dimilikinya, dan dapat mengadsorpsi ion-ion atau molekul terhidrat dengan ukuran tertentu (Riyanto, 1994). Perlakuan fisika dan kimia dapat menyebabkan perubahan sifat fisika dan kimia lempung sehingga menyebabkan perbedaan pemanfaatannya. Kajian awal mengenai sifat-sifat fisika dan kimia menunjukan bahwa lempung dapat digunakan sebagai lempung peluntur (sebagai bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan lempung teraktivasi asam). Selain itu kandungan alumina silikat dalam lempung dapat dimanfaatkan untuk memperoleh produk senyawa alumina silikat termodifikasi dengan sifat-sifat fisika dan kimia yang lebih baik dari sebelumnya. Sifat-sifat tersebut meliputi luas permukaan spesifik, porositas, dan 1

2 keasaman permukaan. Untuk itu pengolahan lempung alam dengan asam mineral merupakan salah satu teknik yang dapat meningkatkan beberapa sifat fisik dan kimia. Aktivasi lempung bentonit dengan asam mineral (asam sulfat) dapat melarutkan senyawa-senyawa yang dapat menurunkan kapasitas adsorbsinya. Pengaruh perlakuan dengan asam bergantung pada jenis asam dan logam yang teradsorpsi. Oleh karena itu, asam ini dipilih digunakan pada perlakuan tanah lempung (Sandra, 2004). Dengan memanfaatkan sifat khas montorillonit yang mudah mengembang dan memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi, maka lempung ini dapat disisipi dengan suatu bahan lain untuk memperoleh sifat fisiko-kimianya lebih baik dibandingkan dengan lempung sebelum dimodifikasi. Metode untuk memodifikasi lempung yang sering digunakan adalah interkalasi. Interkalasi merupakan suatu proses penyisipan spesies kimia secara reversible ke dalam antarlapis suatu struktur yang mudah mengembang (antarlapis silikat montmorillonit) tanpa merusak strukturnya. Interkalasi didasari atas pertukaran kation yang terdapat pada antarlapis lempung, seperti Na +, K +, dan Ca 2+ (Tan, 1991). Interkalasi ke dalam struktur lempung mengakibatkan peningkatan luas permukaan, basal spacing (jarak dasar antarlapis silikat montmorillonit), dan keasaman permukaan yang berpengaruh terhadap daya adsorpsinya. Penelitian Sekarini (2005), menyatakan bahwa interkalasi garam ammonium kuartener dan asam palmitat ke dalam antarlapis lempung bentonit menyebabkan peningkatan basal spacing, keasaman permukaan dan kapasitas adsorpsinya terhadap Pb 2+. Lempung yang teraktivasi asam sulfat 1,5 M terpilar TiO2 memiliki luas

3 permukaan dan keasaman permukaan yang relatif tertinggi yaitu sebesr 275,5984 m 2 /g dan 1,5341 mmol/g, sedangkan lempung tanpa dimodifikasi memiliki luas permukaan 88,1316 m 2 /g dan keasaman permukaan sebesar 0,6844 mmol/g (Simpen, 2001). Penelitian Esati (2008), dinyatakan bahwa lempung yang terinterkalasi benzalkonium klorida (BKC) ke dalam montmorillonit teraktivasi asam sulfat 1,5 M memiliki luas permukaan yang tinggi yaitu sebesar 27,7885 m 2 /g dan mempunyai keasamam permukaan yang tinggi yaitu sebesar 1,0135 mmol/g, dibandingkan dengan lempung tanpa terinterkalasi BKC dan aktivasi asam sulfat 1,5 M memiliki luas permukaan sebesar 26,2239 m 2 /g dan mempunyai keasamam permukaan sebesar 0,5000 mmol/g. Uji adsorpsi lempung bentonit teraktivasi asam sulfat dan terinterkalasi BKC menghasilkan adsorpsi tertinggi pada konsentrasi BKC 0,1% (v/v) terhadap penyerapan pengotor minyak daun cengkeh sehingga meningkatan kualitas minyak daun cengkeh. Perkembangan sektor industri tekstil saat ini semakin pesat, akan tetapi hal tersebut juga berdampak negatif bagi kehidupan manusia seperti pencemaran ekosistem air oleh limbah zat warna dari industri tekstil tersebut. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. (Wijaya, 2005). Limbah cair tekstil merupakan limbah zat warna organik yang termasuk dalam kategori B3 (Bahan Berbahaya Beracun). Penanganan limbah tekstil menjadi sangat rumit karena jenis bahan pewarna yang digunakan sangat beraneka ragam dan biasanya tidak terdiri dari satu jenis zat warna. Salah satu pewarna sintetik yang berbahaya adalah Rhodamine B karena

4 sifatnya yang toksik terhadap lingkungan. Oleh karena sifatnya yang beracun ini, maka diperlukan upaya untuk menghilangkan zat-zat warna dari air limbah industri agar benar-benar aman untuk lingkungan perairan (Wijaya dkk., 2005). Berbagai cara pengolahan konvensional yang diterapkan belum memberikan hasil yang diharapkan dalam proses penghilangan warna. Metode koagulasi kimia dan flokulasi yang telah banyak digunakan umumnya mampu menyerap warna dalam limbah hingga 80%. Metode biologi konvensional umumnya tidak berhasil menghilangkan zat warna dalam air limbah. Oleh karena itu perlu dicari metode alternatif untuk menghilangkan warna, sehingga dalam penelitian ini dikembangkan cara pengolahan limbah zat warna secara adsorpsi (Anonim, 2007). Pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi lempung bentonit teraktivasi asam sulfat 1,5 M dengan benzalkonium klorida (BKC) dan pemanfaatannya sebagai adsorben zat warna rhodamine B. Surfaktan BKC dipilih sebagai spesies kimia yang akan diinterkalasikan ke dalam antarlapis lempung, karena merupakan surfaktan kationik, dimana muatan positif dari surfaktan akan berikatan dengan muatan negatif dari lempung. Keberhasilan interkalasi ke dalam struktur lempung montmorrilonit yang teraktivasi asam sulfat 1,5 M diharapkan dapat menjadikan lempung bentonit ini efektif sebagai adsorben dari zat pewarna rhodamine B sehingga dapat digunakan sebagai alternatif penyerap zat pewarna lainnya.

5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh interkalasi lempung bentonit teraktivasi asam sulfat 1,5 M dengan benzalkonium klorida (BKC) terhadap sifat kimia fisik lempung bentonit (kristalinitas, jarak antarlapis (d spacing), luas permukaan spesifik dan keasaman permukaanya). 2. Berapakah kapasitas adsorpsi lempung bentonit teraktivasi asam sulfat 1,5 M terinterkalasi BKC terhadap penyerapan zat perwarna rhodamine B. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh interkalasi lempung bentonit teraktivasi asam sulfat 1,5 M dengan BKC terhadap sifat sifat kimia fisik lempung bentonit seperti kristalinitas, jarak antarlapis (basal spacing), luas permukaan dan keasaman permukaannya. 2. Mengetahui kemampuan adsorpsi lempung bentonit teraktivasi asam sulfat dan terinterkalasi BKC terhadap penyerapan zat perwarna rhodamin B. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kemampuan adsorpsi lempung bentonit teraktivasi asam sulfat 1,5 M dengan terinterkalasi BKC terhadap penyerapan zat perwarna rhodamin B dan sebagai alternatif adsorben zat warna lainnya.