BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular, sehingga angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) menyatakan bahwa seorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik 140 mmhg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmhg atau lebih ( National Institute of Health, 2014). Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi (WHO, 2015). Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita hipertensi (WHO, 2015). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 bahwa hipertensi menduduki peringkat pertama Penyakit Tidak Menular di Indonesia dengan prevalensi 31,7 % di tahun 2013 menurun menjadi 26,5 % sedangkan di Sumatera Barat sebesar 22,6 %. 1

2 Beberapa faktor yang meningkatkan angka kesakitan dan kematian di dunia adalah hipertensi, ketidaktersediaan air, sanitasi yang buruk, anak dengan gizi kurang dan gizi lebih, anemia pada perempuan, diabetes, hipertensi, obesity, konsumsi alkohol dan rokok. Pada orang dewasa yang menderita hipertensi mengalami berat badan berlebih dan obesitas dapat meningkatkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler dan beberapa jenis kanker (WHO, 2015). Prevalensi penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Dampak dari hipertensi selain berpengaruh pada ketahanan hidup manusia dan produktivitas kerja juga menambah beban biaya pelayanan kesehatan. Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Prognosis baik jika kelainan terdeteksi pada fase awal dan tata laksana dimulai sebelum terjadi komplikasi. Peningkatan tekanan darah yang parah (krisis hipertensi) dapat berakibat fatal (Robinson, 2014). Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan dapat memperpendek harapan hidup seseorang hingga 10 sampai 20 tahun ( Jadgish Patel, 2016). Salah satu penyebabnya adalah karena perubahan gaya hidup, bukan hanya masyarakat yang hidup diperkotaan tapi juga bagi masyarakat yang hidup di perdesaan (Julianty, 2010). Penting untuk mengetahui faktor risiko hipertensi, agar tidak sampai pada komplikasi yang dapat menghilangkan nyawa, mengenali faktor risiko adalah langkah awal penatalaksanaan yang tepat. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1 tanpa faktor risiko lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan

3 tatalaksana tahap awal, jika telah terjadi komplikasi lain maka sangat dianjurkan untuk terapi farmakologi (Soenarta, 2015). Black dan Hawks (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi. Faktor risiko ini diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah riwayat keluarga dengan hipertensi, umur, jenis kelamin, dan etnis. Riwayat seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya penderita hipertensi (Marliani, 2007). Rinawati (2012) menyatakan faktor riwayat keluarga mempengaruhi hipertensi, seseorang yang orang tuannya menderita hipertensi akan mempunyai risiko lebih besar mengalami hipertensi. Seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi, beberapa gennya akan berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan, yang akan meningkatkan tekanan darah. Seseorang yang mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga akan mempunyai risiko lebih besar mengalami hipertensi pada usia muda. Menurut Bare dan Smeltzer (2009), kejadian hipertensi khususnya hipertensi primer sangat dipengaruhi oleh faktor riwayat keluarga. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini, 2009). Namun Rahayu (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat keluarga dengan hipertensi dengan kejadian hipertensi p value 0,157.

4 Umur adalah faktor risiko lain yang mempengaruhi kejadian hipertensi. Risiko kejadian hipertensi muncul sejak seseorang berumur 20 tahun pada laki-laki dan wanita, dan terus meningkat dengan bertambahnya umur (Black & Hawks, 2009). Tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai sejak umur 40 tahun (Bustan, 2007). Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Dalam beberapa dekade terakhir, risiko tekanan darah tinggi telah meningkat karena penurunan gaya hidup sehat. Bahkan, sembilan dari sepuluh orang berada pada risiko terkena hipertensi setelah usia 50 tahun (Stanley, 2007). Sekitar 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi ini disebut hipertensi esensial (etiologi dan patogenesis tidak diketahui). Awitan hipertensi esensial biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun (Bare & Smeltzer, 2009). Jenis kelamin mempengaruhi kejadian hipertensi. Tingkat kejadian hipertensi lebih tinggi pada pria daripada wanita pada usia dibawah 55 tahun. Tingkat kejadian ini akan menjadi sebanding pada usia 55-74 tahun. Akan tetapi, pada usia di atas 74 tahun, wanita lebih rentan mengalami hipertensi daripada pria (Black & Hawks, 2009). Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007). Lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5% (Anggraini, 2009). Hipertensi

5 berdasarkan terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran terlihat meningkat dengan bertambahnya umur, pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki, dan prevalensi hipertensi di perkotaan cenderung lebih tinggi daripada pedesaan (Riskesdas, 2013). Selain dipengaruhi faktor yang tidak dapat dimodifikasi, hipertensi dipengaruhi oleh faktor yang dapat dimodifikasi. Tingkat kejadian hipertensi dapat diturunkan dengan mengendalikan faktor ini. Faktor yang dapat dimodifikasi terdiri atas, obesitas, kebiasaan olahraga, merokok dan gangguan mental emosional (Julianty, 2010). Meningkatnya tekanan darah erat hubungannya dengan perilaku responden. Hal ini menunjukkan perilaku santai yang ditandai dengan lebih tingginya asupan kalori dan kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung yang didahului dengan meningkatnya tekanan darah (Xiaohui, 2008). Perilaku santai yang digambarkan dengan adanya kemudahan akses, kurang aktivitas fisik, ditambah dengan semakin semaraknya makanan siap saji, kurang konsumsi makanan berserat, kebiasaan merokok, dan minum minuman berakohol, merupakan faktor risiko meningkatnya tekanan darah (Julianty, 2010). Davis (2004) menyatakan bahwa aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan atherosclerosis yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Selain itu, aktivitas fisik teratur dapat menurunkan tekanan sistolik sebesar 10 mmhg dan tekanan diastolik 7,5 mmhg. Berdasarkan penelitian Sugiharto (2007) menemukan bahwa responden yang tidak

6 memiliki kebiasaan olahraga meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasaan olahraga. Konsumsi zat berbahaya adalah faktor lain yang dapat domodifikasi dan mempengaruhi kejadian hipertensi. Konsumsi zat berbahaya ini meliputi rokok, konsumsi alkohol berlebih, dan obat-obatan terlarang. Penggunaan substansi ini secara terus-menerus dapat membuat tekanan darah cenderung tinggi (Bonow dkk, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Roslina (2007) menyatakan bahwa perokok lebih berisiko mengalami hipertensi dibandingkan dengan dengan yang bukan perokok. Selain dari lamanya merokok, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok sehari akan dua kali lebih rentan terkena hipertensi daripada mereka yang tidak merokok (Manik, 2011). Namun hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Sarasaty (2011) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian hipertensi. Rahayu (2012) dalam penelitiannya juga menyatakan tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi dengan p value adalah 1,000. Perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari 34,2% tahun 2007 menjadi 36,3% tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Peningkatan ini diakibatkan perubahan gaya hidup yang salah satunya merokok. Berdasarkan hasil penelitian Julianty (2010) merokok selama 20 tahun

7 atau lebih memberikan peluang menderita hipertensi 1,5 kali dibandingkan lama merokok kurang dari 20 tahun. Dalam penelitian Setyanda (2015) menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara derajat perokok dengan kejadian hipertensi (p= 0,226). Faktor lain yang juga merupakan pemicu meningkatnya tekanan darah adalah bertambahnya tingkat persaingan hidup diperkotaaan, seperti tingginya angka pengangguran, kemiskinan, kepadatan hunian yang dapat menyebabkan gangguan mental emosional (Patrick, 2006). Berdasarkan penelitian Sugiharto (2007) menyatakan bahwa stres mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi dan juga seseorang yang mengalami depresi berisiko 1,78 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi. Sebelumnya stres telah banyak dihubungkan dengan penyakitpenyakit kronis dan PTM oleh karena menurunkan kepatuhan berobat. Stres merupakan kondisi yang memberikan informasi bahwa orang yang mengalaminya sedang dalam situasi yang memerlukan adaptasi. Dalam kondisi tertentu, stres diperlukan untuk meningkatkan daya tahan mental seseorang, tetapi pada kondisi tertentu dapat menyebabkan gangguan psikis dan fisik. Salah satu cara menilai stres adalah dengan melakukan penilaian dengan alat ukur khusus misalnya Self Reporting Questionnaire (SRQ).

8 Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut (Idaiani, 2009). Prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia pada penduduk umur 15 tahun berdasarkan Self Reporting Questionnaire adalah 6,0 %, provinsi Sumatera Barat dengan prevalensi sebesar 4,5 % (Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Julianty (2010) ada hubungan yang erat antara gangguan mental emosional dengan hipertensi. Pada bentuk sekunder dari hipertensi, penyakit parenkim dan penyakit renovaskular adalah faktor penyebab paling umum. Kontrasepsi oral telah dihubungkan dengan hipertensi yang berhubungan dengan peningkatan substrat renin dan peningkatan kadar angiotensin II dan aldosteron (Tambayong, 2000). Bustan (2007) menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut), akan meningkatkan tekanan darah perempuan. Penelitian Nafisah (2014) menunjukkan bahwa akseptor dengan lama penggunaan pil KB >2 tahun mempunyai resiko 10,09 kali lebih besar untuk terkena hipertensi dibandingkan akseptor dengan lama pemakaian 2 tahun. Isfandari (2015) dalam penelitiannya menyatakan kejadian hipertensi dapat dipengaruhi oleh penggunaan kontrasepsi hormonal dan distress emosional. Tiga hingga empat dari sepuluh perempuan Indonesia usia 10-29 tahun menggunakan kontrasepsi hormonal. Studi Park & Kim (2013) menemukan hubungan yang

9 signifikan secara statistik antara penggunaan kontrasepsi oral dan tekanan darah atau hipertensi pada wanita Korea, durasi yang lebih lama dari penggunaan kontrasepsi oral berhubungan positif dengan meningkatnya tingkat tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dengan p value 0,001. Berdasarkan penelitian terkait yang telah dijabarkan sebelumnya masih ditemukan adanya inkonsistensi hasil, belum banyak bukti empiris tentang kontrasepsi dan gangguan mental emosional, perbedaan pengukuran aktifitas fisik, dan masih terbatasnya penelitian terdahulu yang mengukur faktor secara bersamaan. Hipertensi menduduki tempat tiga teratas penyebab kematian di kota Padang tahun 2013. Hipertensi masuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di Kota Padang Tahun 2013 dengan angka kesakitan 3,2 %. Berdasarkan Laporan Tahunan 2015 Dinas Kesehatan Kota Padang dapat diketahui bahwa penyakit yang paling banyak pada kunjungan peserta JKN Puskesmas se Kota Padang adalah Hipertensi yaitu 33.647 jiwa. Laporan Bulanan Surveilans PTM Puskesmas Kota Padang Penyakit hipertensi berada pada posisi teratas. Berdasarkan Puskesmas kasus hipertensi tertinggi berada di Puskesmas Andalas, kasus hipertensi cenderung meningkat tiap tahunnya dimana terjadi peningkatan kasus pada tahun 2012 terjadi 677 kasus dan mengalami kenaikan hingga 23,2 % pada tahun 2013 terus meningkat pada tahun 2014 dengan 6892 kasus (DKK, 2014). Puskesmas Andalas memiliki penderita hipertensi yang terbanyak pada tahun 2014 dan pada

10 tahun 2015 tercatat 1.158 kasus (DKK, 2015). Pada bulan Mei Hipertensi termasuk sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Andalas tahun 2016. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 22 Agustus 2016 di Poli Umum Puskesmas Andalas Kota Padang, peneliti melakukan wawancara terhadap sepuluh orang pasien hipertensi, hasil studi pendahuluan di dapatkan bahwa lima orang pasien hipertensi memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga, enam orang mengalami obesitas, tiga orang mempunyai riwayat merokok lebih dari dua puluh tahun, dua orang pasien mengalami gangguan mental emosional, dan dari sepuluh pasien tidak ada yang mempunyai kebiasaan olahraga yang baik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu : Faktor-faktor Apa Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016.

11 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. b. Diketahuinya distribusi frekuensi riwayat hipertensi pada keluarga pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. c. Diketahuinya distribusi frekuensi obesitas pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. d. Diketahuinya distribusi frekuensi kebiasaan olahraga pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. e. Diketahuinya distribusi frekuensi lama merokok pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. f. Diketahuinya distribusi frekuensi gangguan mental emosional pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. g. Diketahuinya hubungan riwayat hipertensi pada keluarga pasien hipertensi dengan kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. h. Diketahuinya hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. i. Diketahuinya hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. j. Diketahuinya hubungan lama merokok dengan kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016.

12 k. Diketahuinya hubungan gangguan mental emosional dengan kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. l. Diketahuinya faktor dominan yang mempengaruhi kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, sebagai pengembangan diri untuk menambah wawasan peneliti dalam melakukan penelitian khususnya hubungan faktor-faktor pada hipertensi. 2. Bagi institusi pendidikan, sebagai sumber informasi dan bahan bacaan diperpustakaan. 3. Bagi Puskesmas, sebagai gambaran kepada perawat untuk mengetahui faktor risiko hipertensi dan dapat meningkatkan penyuluhan kesehatan tentang,aktivitas fisik secara teratur, pengaturan pola makan dan diit yang benar bagi pasien hipertensi sehingga mengurangi faktor resiko hipertensi. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya, dapat menjadi data tambahan ataupun data sekunder serta dapat menjadi bahan bacaan dalam pembuatan penelitian.