BAB I PENDAHULUAN. tahun (Santrock, 2005). WHO (dalam Sarwono 2013) juga menetapkan batas

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. ini bukanlah sesuatu hal yang asing didengar. Beberapa pemberitaan-pemberitaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku mereka (Chaffe dalam el-hakim, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DARI KELUARGA BROKEN HOME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak perawan. (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) BKKBN. menganut seks bebas. Yayasan (Diskusi Kelompok Terarah) DKT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/K) berada pada rentang usia 15 18 tahun, usia ini berada pada fase perkembangan remaja. Remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa peralihan ini dimulai sekitar usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Santrock, 2005). WHO (dalam Sarwono 2013) juga menetapkan batas usia remaja 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Menurut Papalia (2013) remaja mengalami peningkatan tajam dari produksi hormon yaitu matangnya kelenjar adrenal dan kemudian diikuti beberapa tahun berikutnya oleh gonadarche yaitu matangnya organ seksual. Hal ini lah yang mengakibatkan adanya gejolak seksual yang timbul pada remaja yang apabila tidak diarahkan dengan benar akan menimbulkan perilaku seksual pranikah pada remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.akibatnya, remaja mulai sensitif dengan hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas (Sarwono, 2013).Rahman dan Himaningsih (dalam Fridya, 2000) juga mengungkapkan adanya dorongan seksual dan rasa cinta membuat remaja ingin selalu dekat dengan mengadakan kontak fisik dengan pasangan. Kedekatan fisik maupun kontak fisik yang terjadi antara remaja yang sedang pacaran akan berbeda dengan kedekatan fisik atau kontak

2 fisik antara remaja dengan teman atau keluarga. Kedekatan fisik inilah yang akhirnya akan mengarah pada perilaku seksual pranikah. Perilaku seksual seharusnya dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah tapi pada kenyatannya saat ini remaja melakukan perilaku seksual sebelum menikah. Melalui data statistik yang dimiliki oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2008, menyatakan sebanyak 32% remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar (Jakarta, Surabya, dan Bandung) pernah melakukan hubugan seksual pranikah. Selain itu survey dari BKKBN pada akhir tahun 2010 sekitar 51% remaja di wilyah Jabodetabek sudah tidak perawan. Sebanyak 4% responden yang mengaku melakukan hubungan seksual sejak usia 16-18 tahun, 16% melakukan pada usia 13-15 tahun. Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai hingga 47%, di Bandung dan Medan 52%.(www.bkkbn.or.id diakses pada 1 Desember 2015). Survey di atas menggambarkan adanya perilaku seksual pranikah pada remaja di Indonesia.Perilaku seksual pranikah juga dilakukan oleh remaja siswa SMK X Tangerang.Hal ini seperti diberitakan oleh salah satu media Melahirkan di kebun, siswa ini terancam dikeluarkan dari sekolah (Merdeka.com, 2014). Selain berita di atas peneliti juga melakukan observasi langsung di SMK XTangerang ketika pulang sekolah. Peneliti melihat adanya perilaku berpegangan, merangkul, dan berpelukan di atas sepeda motor di halaman parkir sekolah tersebut saat jam pulang sekolah. Perilaku remaja siswa SMK X

3 Tangerangseperti berpegangan, merangkul, hingga berpelukan merupakan salah satu bentuk-bentuk perilaku seksual (Duval dan Miller, 1985). Perilaku seksual tersebut menimbulkan sikap yang berbeda-beda pada remaja, ada yang bersikap positif dengan kata lain remaja tersebut menerima perilaku seksual prankah dan ada yang bersikap negatif dengan kata lain remaja tersebut menolak perilaku seksual pranikah. Sikap remaja tersebut akan menimbulkan bagaimana perilaku seksual itu dimunculkan. Menurut Clayton & Bokemeier (Haesty, 2010) perilaku seksual pranikah erat sekali kaitannya dengan sikap permisif terhadap perilaku seksual pranikah tersebut.menurut Secord&Backman (dalam Azwar, 2015) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.objek sikap dalam penelitian ini, yaitu perilaku seksual pranikah, maka sikap positif terhadap perilaku seksual pranikah adalah adanya sikap permisif terhadap perilaku tersebut. Atau dengan kata lain adanya kecenderungan pemikiran (kognitif), perasaan (afektif), dan perilaku (konatif) pada remaja yang mengarah pada perilaku seksual yang ditunjukkan dengan adanya orientasi kebebasan dalam menerima dan kecenderungan melakukan perilaku seksual pranikah. Sebaliknya remaja yang memiliki sikap negatif terhadap perilaku seksual pranikah adalah remaja yang memiliki kecenderungan untuk menjauhi perilaku tersebut (Faturochman, dalam Haesty 2010).

4 Jadi sikap terhadap perilaku seksual pranikah adalah kesedian bereaksi secara menerimamaupun menolak terhadap tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual. Menurut Ajzen (dalam Mulyana, 2010) sikap seseorang terhadap sebuah objek merupakan prediktor utama dari perilaku yang akan dimunculkan. Menurut Azwar (2015) sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Sikap yang spesifik dan diungkapkan secara konsisten terhadap suatu objek merupakan dasar yang kuat dalam membentuk perilaku yang konsisten pula. Demikian halnya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja akan muncul ketika remaja mampu mengkondisikan situasi untuk merealisasikan dorongan emosional dan pemikirannya tentang perilaku seksualnya atau sikap terhadap perilaku seksualnya (Faturochman, dalam Mulyana 2010). Seperti yang dikemukakan oleh Ajzen (dalam Azwar, 2015) bahwa perilaku merupakan representasi sikap seseorang terhadap sebuah objek atau situasi.perilaku tersebut muncul ketika seseorang telah membentuk keyakinan sebuah tindakan secara konseptual. Untuk mengetahui sikap perilaku seksual pranikah di SMK X Tangerang maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa, berikut hasil wawancaranya: Menurut aku sih umur segini ga penting-penting banget buat pacaran apalagi sampe melakukan perilaku seksual yang kaya tadi kaka udah bilang. Aku juga pernah sih pacaran tapi biasa aja ga ada kontak fisik yang mengarah gitukarna kalo melakukan hubungan seksual kan sama aja ngancurin diri kita sendiri ya apalagi yang sampe MBA gitu kan karna menurut aku ngejaga badan itu penting

5 sih ka biar laki-laki bisa ngehargain dan aku sebagai remaja yang masih punya mimpi-mimpi yang belum kesampean mengindari hal-hal negatif seperti itu (wawancara pribadi, G, 7 Mei 2016) Berdasarkan hasil wawancara di atasgmemiliki sikap negatif terhadap perilaku seksual pranikah menurut G belum sepantasnya hal itu dilakukan karena G masih ingin mecapai mimpi-mimpinya. Berbeda dengan hasil wawancara Subjek N sebagai berikut: Menurut aku sih selama pacaran bisa saling ngedukung ga apa-apa dan lagian jarang deh kayanya sekarang laki-laki mau pacaran tapi ga macem-macem hehe menurutku selama dia bisa bertanggung jawab nantinya ya ga masalah karena itu juga kan hak mereka yah ka mau pacaran ngapain aja karna aku pribadi juga pasti pernah lah ngerasain sekedar kissing gitu ya selama ga ngerugiin orang lain menurut aku ga masalah. (wawancara pribadi, N, 7 Mei 2016) N memiliki sikap positif terhadap perilaku seksual pranikah, N menganggap suatu hal yang wajar melakukan perilaku seksual pranikah yang penting bertanggung jawab. Gambaran perilaku siswa di atas menunjukan adanya sikap yang berbeda pada setiap siswa. Ada yang memberikan sikap terhadap perilaku seksual pranikah secara negatif sesuai pernyataan dirinya bahwa Gakan menjaga dirinya agar lakilaki menghargai dirinya dan dapat mengindari terjadinya perilaku seksual dan ada juga yang memberikan sikap perilaku seksual pranikah secara positif sesuai pernyataan subjek N yang menganggap wajaradanya perilaku seksual pranikah di kalangan remaja. Menurut Fishbein & Ajzen (dalam Azwar, 2015) salah satu faktor yang mempengaruhi sikap manusia adalah harga diri.sikap juga dapat berfungsi

6 sebagai sarana peningkatan harga diri (Sarwono, 2015).Menurut Myles (Fridya, 2000) harga diri merupakan aspek kepribadian yang turut andil dalam mengontrol perilaku seksual remaja berpacaran.harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat dimana individu itu meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting dan berharga (Coopersmith, dalam Fridya 2010). Remaja yang memiliki harga diri rendah remaja tersebut cenderung bersikap positif terhadap perilaku seksual pranikah.remaja yang memiliki harga diri rendah kurang menghargai dirinya sendiri, cenderung sulit mengelola perilakunya dari seksual pranikah. Jadi ketika menghadapi perilaku seksual pranikah akan menganggap bahwa perilaku seksual pranikah adalah hal yang wajar. Sehingga ada kecenderungan untuk melakukan perilaku seksual pranikah. Berbeda dengan remaja yang memiliki harga diri tinggi, remaja tersebut akan menjaga dirinya dan merasa dirinya berharga. Remaja yang memiliki harga diri tinggi juga dapat mengelola tindakannya dari seksual pranikah, sehingga ketika menghadapi perilaku seksual pranikah remaja mengetahui batasan-batasan dan norma, memiliki keyakinan bahwa perilaku seksual hanya boleh dilakukan setelah adanya pernikahan. Remaja tersebut akan cenderung menolak untuk melakukan perilaku seksual pranikah. Jadi dapat disimpulkan remaja yang memiliki harga diri tinggi cenderung bersikap negatif terhadap perilaku seksual pranikah.pernyataan di atas selaras dengan penelitian sebelumnya yang

7 dilakukan oleh Mulyana (2010) mengenai Hubungan Antara Harga Diri Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Dari Keluarga Broken Home menyimpulkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara harga diri terhadap sikap perilaku seksual pranikah artinya semakin tinggi harga diri remaja maka akan semakin negatif sikap terhadap perilaku seksual pranikah, sebaliknya semakin rendah harga diri remaja maka akan semakin positif sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah. Penelitiannya lainnya yang dilakukan oleh Mualfiah (2014) mengenai Hubungan Antara Tingkat Harga Diri Dengan Kecenderungan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Pondok Pesantren Assalafi Alfitrah Surabaya terdapat hasil yang signifikan anatara tingkat harga diri dengan perilaku seks pranikah. Berdasarkan fenomena dan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Hubungan Harga Diri Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa SMK X Tangerang. B. Identifikasi Masalah Menurut Santrock (2003) salah satu tugas perkembangan remaja adalah menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. Namun pada kenyatannya tugas perkembangan remaja tersebut bertentangan dengan fenomena yang terjadi pada siswa di Indonesia. Begitu pula dengan berita yang terkait pada SMK X Tangerang yang siswanya terancam dikeluarkan

8 dari sekolah karena melakukan perilaku seksual yang mengakibatkan hamil di luar nikah. Bagi sebagian orang fenomena perilaku seksual pranikah yang terjadi di SMK X Tangerang tersebut menjadi hal yang biasa, namun bagi beberapa orang fenomena tersebut adalah salah satu contoh runtuhnya moral para remaja sehingga keberadaan fenomena tersebut mereka tolak. Setiap orang memiliki cara sendiri dalam menyikapi fenomena yang terjadi baik secara pemikiran (kognitif), perasaan (afektif), dan perilaku (konatif) tergantung dari apa yang diyakini orang tersebut. Menurut Fishbein & Ajzen (dalam Azwar, 2015) salah satu faktor yang mempengaruhi sikap manusia adalah harga diri.sikap juga dapat berfungsi sebagai sarana peningkatan harga diri (Sarwono, 2015).Menurut Myles (Fridya, 2000) harga diri merupakan aspek kepribadian yang turut andil dalam mengontrol perilaku seksual remaja berpacaran.harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat dimana individu itu meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting dan berharga (Coopersmith, dalam Fridya 2010). Remaja yang memiliki harga diri rendah cenderung bersikap positif terhadap perilaku seksual pranikah, jadi ketika menghadapi perilaku seksual pranikah akan menganggap bahwa perilaku seksual pranikah adalah hal yang wajar sehingga remaja tersebut ada kecenderungan untuk melakukan perilaku seksual pranikah.

9 Berbeda dengan remaja yang memiliki harga diri tinggi yang cederung bersikap negatif terhadap perilaku seksual pranikah karena remaja yang memiliki harga diri tinggi dapat mengontrol dirinya sehingga ketika dihadapkan dengan perilaku seksual pranikah remaja tersebut akan menolak. Oleh karena itu dari uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut Bagaimana hubungan harga diri dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja siswa SMK X Tangerang? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hubungan harga diri dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja siswa SMK X Tangerang. 2. Mengetahui tinggi atau rendahharga diri pada pada remaja siswa SMK X Tangerang 3. Mengetahui positif atau negatifsikap perilaku seksual pranikah pada remaja siswa SMK X Tangerang

10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan khususnya bidang Psikologi Sosial, Psikologi Klinis, dan Psikologi Pendidikan mengenai fenomena seksualitas yang terjadi pada remaja. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru: memberikan informasi seksual yang terjadi pada siswa. b. Bagi orang tua & guru: diharapkan dapat memberikan wacana baru bagi para orang tua dalam mengenal remaja. c. Bagi remaja: diharapakan mampu memberikan informasi, masukan untuk remaja mengenai remaja dan sikap terhadap perilaku seksual. E. Kerangka Berpikir Remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada fase ini remaja akan mengalami perubahan baik dari segi emosi, tubuh, minat, perilaku, dan juga contoh lainnya. Pada fase ini hormon kelamin yang mulai berkembang mengakibatkan remaja mulai sensitif dengan hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Secara umum perilaku seksual didefinisikan sebagai semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan tubuh untuk mengekepresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi (Nevid dan Rathus, 1993).Perilaku remaja tersebut dipengaruhi oleh sikap

11 remaja dalam menilai suatu objek.objek yang dimaksud pada penelitian ini adalah perilaku seksual pranikah.sikap siswa dalam melihat perilaku seksual pranikah dibagi menjadi dua, ada yang bersikap negatif dengan kata lain menolak perilaku seksual pranikah, dan ada yang bersikap positif dengan kata lain menerima perilaku seksual pranikah. Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap manusia adalah harga diri.harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat di mana individu itu meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting dan berharga (Coopersmith; Fridya 2010). Remaja yang memiliki harga diri rendah remaja tersebut cenderung bersikap positif terhadap perilaku seksual pranikah.remaja tersebut kurang menghargai dengan dirinya sendiri, cenderung sulit mengelola perilaku seksual pranikah. Jadi ketika menghadapi perilaku seksual pranikah akan menganggap bahwa perilaku seksual pranikah adalah hal yang wajar. Sehingga ada kecenderungan untuk melakukan perilaku seksual pranikah. Berbeda dengan remaja yang memiliki harga diri tinggi, remaja tersebut akan menjaga dirinya dan merasa dirinya berharga. Remaja yang memiliki harga diri tinggi juga dapat mengelola perilakunya dari seksual pranikah, sehingga ketika menghadapi perilaku seksual pranikah remaja mengetahui batasan-batasan dan norma, memiliki keyakinan bahwa perilaku seksual hanya boleh dilakukan

12 setelah adanya pernikahan. Remaja tersebut akan cenderung menolak untuk melakukan perilaku seksual pranikah. Jadi dapat disimpulkan remaja yang memiliki harga diri tinggi cenderung bersikap negatif. Dari penjelasan di atas maka digambarkan kerangka berpikir seperti gambar 1.1 berikut ini: Remaja Sikap Perilaku Harga diri Seksual Pranikah Positif Negatif Tinggi Rendah (Menerima) (Menolak) Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir F. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara harga diri dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja siswa SMK X Tangerang.