BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. berlaku untuk semua, mulai usia dini sampai jenjang perguruan tinggi. Usia

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. ketika anak lahir. Tidak semua masyarakat Indonesia menyadari pentingnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. PAUD diberikan melalui kegiatan bermain seraya belajar. Pada saat bermain

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. menekankan pemberian keterampilan dari berbagai unsur kecerdasan di mulai

PENGARUH KEGIATAN KOLASE TERHADAP KECERDASAN VISUAL- SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MASJID AGUNG MEDAN T.A. 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015 PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini merupakan anak yang memiliki masa keemasan bagi

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN

KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. desain taman dan desain interior, lukisan, rancangan busana, pahatan, jahitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan. diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK RA GUPPI MANDAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tersebut adalah dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang. SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang bunyinya :

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan verbal - linguistik (cerdas kata-kata), logika matematika (cerdas angka), visual

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN PLAY DOUGH DI TK MTA MUNGGUR MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya yang mulai memasuki usia prasekolah, dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri. Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya. Anak pada usia ini dapat dianalogikan dengan sepotong karet busa yang menyerap air sepenuhnya dengan tidak memperdulikan apakah air itu kotor atau bersih. Masa kanak-kanak merupakan masa bermain sehingga pada pendidikan di PAUD diberikan melalui kegiatan bermain seraya belajar. Pada saat bermain semua fungsi baik jasmani maupun rohani anak ikut terlatih, semakin banyak kesempatan bermain anak makin sempurna penyesuaian anak terhadap keperluan hidup didalam masyarakat. Dimana melalui bermain anak akan banyak belajar bagaimana cara bersosialisasi dalam masyarakat. Masa persiapan anak menjadi dewasa tidak cukup hanya diisi dengan pelajaran-pelajaran pengetahuan saja, tetapi juga dengan bermain yang mampu mengembangkan fisik dan mental anak yang sesuai dengan perkembangan yang diperlukan. Kegiatan bermain yang dilakukan anak hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan 1

mencerminkan tingkat perkembangan kecerdasan mereka masing-masing yang beragam dan unik. Pada kenyataannya sistem pendidikan sekolah di PAUD masih belum bisa menerapkan sistem pendidikan yang berbeda kepada setiap anak. Berdasarkan pengamatan pada PAUD yang ada di kota Medan berjumlah 349 PAUD, dari jumlah PAUD tersebut sebanyak 71 % orangtua anak didik menuntut agar anaknya dapat segera baca, tulis, hitung, sehingga pembelajaran berfokus pada baca, tulis, hitung. Hal tersebut menyebabkan guru mendidik semua anak sama rata dalam satu kelas, kurang optimal dalam membaca potensi anak didiknya dan lebih dominan menggunakan buku sebagai lembar kerja anak. Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) pemanfaatan sumber belajar sangat penting untuk digunakan agar dapat memacu kecerdasan anak yang akan terus meningkat dari hari ke hari. Anak usia dini segala potensinya harus distimulasi, dan hal itulah yang jelas menghambat dan merugikan perkembangan mereka hal tersebut perlu diarifkan dengan melihat aktivitas dan kebutuhan anak secara objektif. Teori Multiple Intelligences yang ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner menjadi solusi yang adil dan tepat, bahwa melihat anak sebagai individu yang unik. Gardner dalam Winataputra, dkk (2007: 5.3) mengatakan bahwa kecerdasan manusia tidak dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ. Tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut itu saja. Ia menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai ternyata memiliki keterbatasan sehingga kurang akurat dalam meramalkan kinerja 2

yang sukses untuk masa depan seseorang. Selanjutnya ia menemukan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan bahasa, kecerdasan logika matematika, kecerdasan fisik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan musikal dan kecerdasan naturalis. Salah satu bagian dari kecerdasan majemuk yang dianggap krusial adalah kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan visual-spasial memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah, dan ruang secara akurat. Kecerdasan visual dan spasial melibatkan kemampuan seseorang untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Kecerdasan ini sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni. Hampir semua pekerjaan yang menghasilkan karya nyata memerlukan sentuhan kecerdasan ini. Seperti Leonardo da Vinci yang semua karya besarnya diawali dengan gambaran mental yang ia buat di dalam pikirannya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Micheal Faraday dan Nicolai Tesla. Malah Nicolai Tesla lebih hebat lagi, ia merancang, membuat dan menjalankan generator induksi hanya dengan menggunakan pikirannya. Ia juga dapat memeriksa komponen yang aus dan rusak dari mesin yang ia jalankan dalam pikirannya. Hebatnya lagi, semua hasil penelitian yang ia lakukan ternyata sama persis dengan hasil penelitian yang menggunakan mesin sesungguhnya. Demikian juga dengan Albert Einstein menemukan teori relativitas bukan diawali dengan persamaan matematika, tetapi dengan menggunakan kecerdasan visual- 3

spasialnya. Ia membayangkan dirinya duduk di ujung cahaya dan berjalan dengan kecepatan cahaya. Kecerdasan visual-spasial Einstein menjadi landasan penemuan teori relativitas. Dalam mengembangkan teori kecerdasan ini sudah dapat diasah sejak anak berada dalam Kelompok Bermain (KOBER) melalui permainan yang dapat mengembangkan kecerdasan spasial anak usia dini dengan pemanfaatan sumber atau media belajar. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak dengan membentuk sesuatu menggunakan plastisin atau bermain playdough. Bermain playdough dapat memberikan kesenangan pada anak, terutama ketika anak meremas-remas, menggulung, memilin, membentuk dan menciptakan kombinasi yang baru dengan alat permainannya. Anak akan terus menerus menggunakan daya imajinasinya untuk membuat bentuk-bentuk yang baru dan unik. Permainan warna pada playdough juga mampu meningkatkan visual-spasial anak, karena warna playdough yang bermacam-macam memotivasi anak untuk terus menerus berimajinasi tentang suatu objek. Penelitian yang dilaksanakan oleh Maya Tahun 2014 disimpulkan bahwa: Pembelajaran melalui media gambar berwarna berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan visual-spasial anak. Hal tersebut sesuai dengan hasil uji hipotesis Ho ditolok dan Ha diterima, sehingga dapat dinyatakan: Ada Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Media Gambar Berwarna Terhadap Kecerdasan Visual-spasial Anak Usia 5-6 Tahun di TK Islam Siti Hajar Medan Tahun Ajaran 2013/2014. Winaputra, dkk (2007:5.6) menyebutkan karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam kecerdasan visual-spasial itu antara lain: senang merancang sketsa, gambar, desain grafik, tabel, peka terhadap warna, pandai memvisualisasikan ide, imajinasinya aktif, mudah menemukan jalan dalam ruang, mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut, senang membuat 4

rumah-rumahan dari balok, mengenal relasi benda-benda dalam ruang. Data dari dinas pendidikan kota Medan bahwa jumlah kecamatan yang ada di kota Medan sebanyak 21 kecamatan dengan jumlah PAUD sebanyak 349. Berdasarkan hasil observasi, 70,2 % PAUD di kota Medan menggunakan playdough hanya sebagai kegiatan selingan untuk mengisi waktu yang disebut dengan sudut pengaman atau sudut tunggu. Kenyataan yang terjadi di PAUD Sartika tempat peneliti mengajar, kecerdasan visual spasial anak usia 4-5 tersebut cenderung masih belum berkembang secara optimal. Dikatakan demikian karena dari 16 orang anak didik pada saat kegiatan inti, ketika menggambar terdapat 4 orang anak yang tidak tahu akan menggambar apa, 2 orang anak menggambar objek yang sama, dan 3 orang anak belum mengenal warna dengan baik. Pada saat kegiatan inti, menyusun puzzle terlihat 4 orang anak yang tidak dapat menyusun puzzle kembali, masih terdapat 3 orang anak yang belum mengenal warna dengan baik, dan terlihat seorang anak hanya memandangi puzzle. Ketika peneliti menyediakan playdough di sudut pengaman, 56% anak didik yang mengalami masalah dengan visualspasial terlihat adanya ketertarikan anak terhadap media tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti penyebab masalah tersebut adalah jumlah media yang ada di PAUD tidak sebanding dengan jumlah anak, seperti lego, balok, plastistin atau playdough dan puzzle. Bermain playdough hanya sebagai kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang ataupun dilaksanakan di sudut pengaman saja. Selayaknya playdough dilaksanakan pada kegiatan inti. Selain itu, metode pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD cenderung monoton dan tidak bervariasi, lebih sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. 5

80% orangtua anak didik menuntut agar anaknya bisa segera baca, tulis, hitung. Hal tersebut mempengaruhi proses pembelajaran di PAUD yang seharusnya belajar seraya bermain, justru kegiatan pembelajaran terfokus pada membaca, menulis dan menghitung disertai tugas rumah pada anak untuk menulis secara penuh satu halaman buku. Berdasarkan permasalahan yang ada di PAUD Sartika, peneliti bermaksud melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk membantu guru atau pendidik di kelas A PAUD Sartika untuk mengatasi permasalahan terkait kecerdasan visual spasial anak tersebut melalui kegiatan yang menyenangkan. Upaya yang akan dilakukan peneliti dan pendidik dalam mengatasi permasalahan terkait kecerdasan visual spasial anak tersebut yaitu melalui bermain playdough, karena selama ini bermain playdough hanya dilakukan di sudut pengaman bukan kegiatan inti. Peneliti memilih playdough juga karena terlihat adanya ketertarikan anak pada saat bermain playdough. Selain warna playdough yang menarik, permainan warna pada playdough mampu meningkatkan visual spasial anak. Wujud playdough yang elastis juga dapat melatih motorik halus anak dan memberi kesenangan pada saat anak meremas menggulung, memilin, membentuk, sehingga memberi keleluasaan pada anak untuk terus menerus menciptakan bentuk-bentuk yang baru dan unik sesuai imajinasinya. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang upaya meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5 tahun melalui bermain playdough di PAUD Sartika Medan T.A 2014/2015. 6

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu: 1. Bermain playdough yang dilakukan di PAUD Sartika Medan hanya sebagai sudut pengaman. 2. Tidak sesuai jumlah media yang dapat menstimulasi perkembangan kecerdasan visual-spasial anak dengan jumlah anak didik. 3. Tuntutan orangtua agar anaknya bisa segera membaca, menulis dan berhitung. 4. Guru mendidik semua anak sama rata dalam satu kelas, kurang optimal dalam membaca potensi anak didiknya dan lebih dominan menggunakan buku sebagai lembar kerja anak. 5. Metode pembelajaran yang tidak bervariasi hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. 1.3 Pembatasan Masalah Dari uraian masalah di atas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalahnya yaitu meningkatkan kecerdasan visualspasial anak usia 4-5 tahun melalui bermain playdough di PAUD Sartika Medan T.A 2014/2015. 7

1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah bermain playdough dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5 tahun di PAUD Sartika Medan TA 2014/2015?" 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bermain playdough dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5 tahun di PAUD Sartika Medan TA 2014/2015. 1.6 Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis 1. Bagi anak Mengoptimalkan kecerdasan visual-spasial anak melalui bermain playdough. 2. Bagi guru Dengan adanya penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai konsep visual-spasial dan kegiatan bermain di PAUD untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak. 3. Bagi sekolah Memberikan alternatif kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia dini di PAUD Sartika agar menuju ke arah yang lebih baik. 8

4. Bagi peneliti Memberikan wawasan mengenai proses dan hasil kegiatan bermain playdough terhadap kecerdasan visual-spasial anak di PAUD Sartika Medan. b. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pengembangan pendidikan dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini. 9