PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN SOLAR WATER HEATER JENIS PLAT DATAR TEMPERATUR MEDIUM UNTUK APLIKASI PENGHANGAT AIR MANDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN SOLAR WATER HEATER JENIS PLAT DATAR TEMPERATUR MEDIUM UNTUK APLIKASI PENGHANGAT AIR MANDI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

Peningkatan Efisiensi Absorbsi Radiasi Matahari pada Solar Water Heater dengan Pelapisan Warna Hitam

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Energi Matahari

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder

Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Datar Dengan Lima Sirip Berdiameter Sama Yang Disusun Secara Sejajar

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Pengaruh variasi jenis pasir sebagai media penyimpan panas terhadap performansi kolektor suya tubular dengan pipa penyerap disusun secara seri

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Analisa Kinerja Alat Destilasi Penghasil Air Tawar dengan Sistem Evaporasi Uap Tenaga Surya

PENGANTAR PINDAH PANAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Datar Dengan Sepuluh Sirip Berdiameter Sama Yang Disusun Secara Staggered

RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Analisa Performansi Kolektor Surya Plat Datar Dengan Penambahan Sirip Berlubang Berdiameter Berbeda Yang Disusun Secara Staggered

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN :

PENGARUH BENTUK PLAT ARBSORBER PADA SOLAR WATER HEATER TERHADAP EFISIENSI KOLEKTOR. Galuh Renggani Wilis ST.,MT. ABSTRAK

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

ANALISIS KOLEKTOR SEDERHANA BERGELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR TERHADAP KINERJA SOLAR WATER HEATER

BAB II LANDASAN TEORI

Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

PERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED

KONFIGURASI SERPENTINE-PARALEL DAN PARALEL-SERPENTINE PADA PIPA FLUIDA PEMANAS AIR SURYA SISTEM THERMOSIPHON

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

EFEKTIFITAS KOLEKTOR ENERGI SURYA PADA KONFIGURASI PARALEL- SERPENTINE

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA KOLEKTOR PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN TURBULENCE ENHANCER

PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA

PENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA. Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

PERFORMANSI DESTILASI AIR BENTUK DASAR, REFLEKTOR DAN PARABOLA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH) Helmi Susanto 1*, Dwi Irawan 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung Email: helmisusanto77@yahoo.co.id 1, dwi_irawan@yahoo.co.id 2 Abstrak Energi surya yang sampai kepermukaan bumi dapat dikonversi menjadi energi panas dengan menggunakan kolektor surya. Didalam kolektor terdapat beberapa komponen diantaranya pipa pemanas sebagai media untuk mengalirkan air kedalam tangki penyimpanan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja kolektor surya diantaranya yaitu jarak ataupun diameter belokan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perpindahan panas yang terjadi pada kolektor pemanas air tenaga surya dengan variasi jarak antar pipa tembaga serta mengetahui efisiensi perubahan panas yang terjadi dan mengetahui berapakah ukuran pipa pemanas yang tepat pada pemanas air tenaga surya. Metode penelitiannya dilakukan dengan beberapa tahap yaitu studi pustaka, pembuatan alat, pengujian dan analisis hasil penelitian. Variasi jarak pipa tembaga yaitu 5 cm, 7 cm dan 9 cm. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perpindahan panas konveksi yang paling besar dengan jarak pipa tembaga 5 cm yaitu 549,73 watt pada intensitas matahari tertinggi 723,33 W/m 2 dengan efisiensi perubahan suhu sebesar 33,33%. Sedangkan dengan jarak pipa 7 cm perpindahan panas konveksi yang terjadi sebesar 256,33 watt pada intensitas tertinggi mencapai 758,67 W/m 2 dengan efisiensi perubahan suhu sebesar 21,98%. Dan jarak pipa 9 cm perpindahan panas konveksi yang terjadi sebesar 101,74 watt pada intensitas matahari tertinggi 813,33 W/m 2 dengan efisiensi perubahan suhu sebesar 13,33%. Kata Kunci: Jarak Pipa, Kolektor Surya, Solar Water Heater. Pendahuluan Energi surya merupakan salah sumber energi terbarukan. Energi surya yang sampai kepermukaan bumi dapat dikonversi menjadi energi panas dengan menggunakan alat yang disebut kolektor surya. Kolektor surya merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menyerap energi surya yang kemudian mengubah energi surya menjadi energi termal, dan mentransfer energi tersebut ke fluida kerja untuk kemudian digunakan secara langsung atau disimpan terlebih dahulu pada suatu unit penyimpanan panas. Dalam aplikasinya kolektor termal surya banyak digunakan sebagai alat pemanas air pada rumah-rumah dan salah satu titik penggunaan energi yang cukup besar adalah di Indonesia [1]. Kolektor pemanas air mempunyai komponen-komponen diantaranya adalah kaca penutup sebagai media penerima sinar radiasi langsung dari matahari, absorber sebagai media yang menyerap panas yang telah diterima oleh kaca penutup, isolator sebagai media yang berguna untuk menahan terbuangnya sisa-sisa panas yang telah terkumpul di dalam kolektor pemanas, dan yang terakhir yaitu pipa pemanas sebagai media yang berguna untuk tempat dimana air akan dipanaskan oleh sinar radiasi matahari langsung, pipa ini akan dialiri air dingin yang belum terkena radiasi sinar matahari dari tangki dan setelah air yang ada dalam pipa ini sudah dalam kondisi panas maka pipa-pipa ini juga yang menjadi media untuk mengalirkan air ke dalam tangki penyimpanan. 84

Pipa Kolektor surya yang berfungsi sebagai pengalir dan penyalur air ini umumnya menggunakan bahan tembaga karena tahan terhadap sifat korosif dan salah satu bahan yang memiliki konduktivitas termal yang baik yaitu sebesar 393,56 W/m.K [2]. Pipa-pipa tembaga pada kolektor surya dibentuk menjadi serpentine dengan cara membengkokkan pipa tembaga. Model serpentine ini dipilih dikarenakan dapat meminimalisir tempat atau luasan dari kolektor namun tidak mengurangi jumlah ataupun panjang dari pipa sehingga tetap dapat menghasilkan kinerja yang baik. Bentuk serpentine juga akan mempengaruhi kecepatan fluida menjadi lebih lambat sebelum masuk kedalam tandon air ataupun tangki penyimpanan sehingga dapat meningkatkan suhu air [3]. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja kolektor pemanas surya yaitu jarak dan diameter belokan pipa. Semakin rapat jarak antar pipa maka akan mendapatkan efisiensi kolektor yang semakin besar [4]. Dan semakin banyak jumlah pipa-pipa pemanas maka akan mendapatkan energi berguna yang dihasilkan oleh kolektor semakin besar, dimana pengaruh jumlah pipa pemanas terhadap perubahan energi berguna sangatlah penting dikarenakan proses perpindahan panas dari absorber ke air yang mengalir didalam pipa pemanas lebih efektif pada jumlah pipa yang lebih banyak [2]. Dalam penelitian ini akan menganalisa dan mengkaji bagaimana pengaruh dari jarak antar pipa terhadap panas yang dihasilkan kolektor pemanas air tenaga surya dan berapa besar efisiensi perubahan suhu yang terjadi pada jarak antar pipa yang dihasilkan kolektor pemanas air tenaga surya untuk dapat menentukan jarak antar pipa yang tepat dan baik pada pemanas air tenaga surya. Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Kristanto dan San dapat disimpulkan bahwa semakin tebal plat penyerap dan semakin rapat jarak antar pipa, maka semakin besar efisiensi sirip kolektor. Hal ini terjadi pada jarak anatar pipa 73,6 mm dengan ketebalan plat penyerap 1,2 mm dengan efisiensi sirip 99,53 % [4]. Penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat dan Santosa dapat disimpulkan bahwa panjang pipa pemanas keseluruhan yang dibutuhkan untuk membuat solar water heater dengan temperatur air keluar (Tout) 45 C adalah 1,63 m dan terbuat dari bahan jenis tembaga berdiameter 0,5 inch [5]. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarsono dapat disimpulkan bahwa untuk keperluan produksi air panas PATS (Pemanas Air Tenaga Surya), besarnya energi berguna sangat menentukan. Energi berguna optimum dapat dihasilkan oleh kolektor dengan jumlah pipa pemanas sebanyak 6 pipa dan 8 pipa [2]. Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa dan Rustan dapat disimpulkan bahwa efisiensi kolektor meningkat dengan adanya modifikasi jenis material, serial konfigurasi dan dimensi pipa panas. Hal ini disebabkan oleh konduktivitas panas material yang berbeda, sehingga daya isolasi air panas dalam tandon stainlees steel lebih baik dibandingkan dengan dari bahan fiberglass, selanjutnya peningkatan suhu air sirkulasi dari paralel ke serpentine menjadi lebih tinggi karena kecepatan fluida menjadi lambat pada model serpentine sebelum masuk kedalam tendon [3]. Pemanas air tenaga surya adalah suatu alat yang berguna untuk mengumpulkan energi panas yang dipancarkan oleh matahari dimana alat ini berfungsi untuk menyerap panas dari matahari untuk selanjutnya akan digunakan untuk memanaskan air yang ada di dalam pipa tembaga yang ada pada kolektor surya. Prinsip kerja dari pemanas air tenaga surya yaitu dengan memanfaatkan energi radiasi matahari yang diserap oleh absorber, kemudian air panas ditampung didalam tangki yang diisolasi. Fluida mengalir dengan cara memanfaatkan perbedaan massa jenis air di dalam tangki. Beberapa sistem pemanas telah dilengkapi dengan TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017 85

heater tambahan sehingga dapat memanaskan air walaupun tidak ada sinar matahari. Pemanas air tenaga surya yang paling umum adalah jenis pemanas air tenaga surya plat datar (flat plate solar water heater). Kekurangannya adalah pemasangan yang lebih rumit (diletakkan di atas atap rumah) dan panas yang dihasilkan tidak cukup untuk memanaskan air yang ada, maka pemanas listrik yang ada bekerja untuk memanaskan air. Jadi dibutuhkan energi listrik tambahan lagi [6]. Kolektor pemanas air tenaga surya memiliki beberapa bagian atau komponen yang melengkapinya yaitu diantaranya yaitu Penutup transparan, Pipa kolektor, Sirip kolektor, Rumah kolektor, Isolator [7]. Penutup transparan yang bersifat meneruskan/mentransmisikan sinar radiasi yang diterima, mengurangi kerugian panas konveksi serta melindungi pipa-pipa kolektor. Untuk itu diperlukan material dengan transmivitas tinggi, absorbsivitas dan refleksi yang rendah serta tahan terhadap temperature tinggi. Material kaca dipergunakan sebagai penutup transparan karena memiliki koefisien transmisi yang cukup tinggi. Pipa kolektor berfungsi sebagai media pemindah panas dari radiasi panas yang diterima ke media air sebagai penyerap energi panas. Penggunaan material tembaga sebagai pipa kolektor cukup bagus mengingat tembaga memiliki koefisien konduktivitas panas sebesar 401 W/m.K. Sirip kolektor yang membantu menyerap radiasi sinar matahari dan menghantarkannya ke pipa kolektor, sehingga diperlukan material yang memiliki konduktivitas dan absorbsivitas tinggi serta tahan terhadap temperature tinggi; Rumah kolektor yang berfungsi sebagai dudukan semua komponen solar kolektor; dan isolator merupakan bahan yang digunakan untuk mengurangi kebocoran kalor pada rumah kolektor. Gambar 1. Komponen kolektor surya Keterangan : 1. Kaca penutup 2. Kotak kolektor 3. Isolator, 4. Plat penyerap 5. Pipa air Tinjauan prestasi dari kolektor surya dengan variasi jarak antar pipa terhadap panas yang dihasilkan pemanas air tenaga surya ditunjukkan dengan beberapa parameter-parameter penting yang akan dikaji menurut proses kinerja dari alat tersebut. Adapun beberapa parameter tersebut ialah energi berguna pada kolektor pemanas air tenaga surya dan laju perpindahan panas yang terjadi terhadap jarak antar pipa. Perpindahan panas terjadi karena adanya perbedaan suhu. Panas akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah. Perpindahan panas terjadi menurut tiga mekanisme yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan panas konduksi adalah proses perpindahan panas jika panas mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, tetapi media untuk perpindahan panas tetap. Persamaan dasar dari konsep perpindahan panas konduksi adalah hukum fourier. Hukum fourier dinyatakan dengan persamaan berikut [8]. q k = ka dt...(1) dx atau dt = k[ ]... (2) q k A dx 86 TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017

Dimana : T = Suhu, 0 C ( 0 F) X = Jarak/tebal dinding, m (ft) A = Luas dinding (luas perpindahan panas), m 2 (ft 2 ) K = Konduktivitas termal, W/m. 0 C (Btu/h.ft. 0 F) (Konstanta proporsional) qk = Laju perpindahan panas konduksi, Watt (Btu/h) = Laju perpindahan panas per satuan q k A luas (heat flux) W/m 2 (Btu/h. ft 2 ) Untuk mengetaui perpindahan panas konduksi pada silinder (pipa) dapat digunakan persamaan sebagai berikut [9]. q k = KA dt... (3) dr Untuk silinder berlubang, luasnya merupakan fungsi jari-jari dan r adalah jarijari dan L panjang silinder [9]. A = 2π r L...(4) Dimana: dt= Perubahan suhu dari fluida dingin ke fluida panas ( ) dr= Perbandingan jari-jari silinder atau pipa bagian luar dan bagian dalam (m) A = Luas penampang permukaan silinder atau pipa (m 2 ) r = Jari-jari silinder atau pipa (m) L = Panjang silinder atau panjang pipa (m) Perpindahan panas konveksi adalah proses perpindahan dimana cairan atau gas yang suhunya tinggi mengalir ke tempat yang suhunya lebih rendah, memberikan panas pada permukaan yang suhunya lebih rendah. Perpindahan panas terjadi antara permukaan padat dengan fluida yang mengalir di sekitarnya. Jadi perpindahan panas ini memerlukan media penghantar berupa fluida (cairan atau gas). Perpindahan panas secara konveksi terjadi melalui 2 cara yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Konveksi bebas/konveksi alamiah (free convection/natural convection) Adalah perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu dan beda rapat saja tenaga dari luar yang mendorongnya. Contoh: plat panas yang dibiarkan berada di udara sekitar tanpa ada sumber gerakan dari luar. Konveksi paksaan (forced convection) Adalah perpindahan panas yang aliran gas atau cairannya di sebabkan adanya tenaga dari luar. Contoh: plat panas dihembus udara dengan kipas/blower. Persamaan dasar dari konsep perpindahan panas konveksi adalah hukum Newton. Hukum Newton dinyatakan denganpersamaan berikut [8]: q c = h c A T...(5) Dimana h c dipeoleh dengan persamaan berikut [10]. k h c = N f U...(6) D Dimana : T = Perbedaan suhu 0 C ( 0 F) A = Luas dinding (luas perpindahan panas), m 2 (ft 2 ) hc = Koefisien perpindahan konveksi (convection heat transfer coefficient), W/m 2. 0 C (Btu/h.ft. 0 F) (konstanta proporsionalitas) qc = Laju perpindahan panas konveksi, Watt (Btu/h) kf = Konduktivitas termal fluida (0,556 W/M C, diambil dari tabel pada lampiran 15) NU = Angka nusselt (4,36, Re 2300) Perpindahan panas radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi karena pancaran/ sinaran/radiasi gelombang elektromagnetik. Perpindahan panas radiasi berlangsung elektromagnetik dengan panjang gelombang pada interval tertentu. Jadi perpindahan panas radiasi tidak memerlukan media, sehingga perpindahan panas dapat berlangsung dalam ruangan hampa udara. Contoh : panas matahari yang sampai ke bumi. Benda yang dapat memancarkan panas dengan sempurna disebut radiator yang sempurna dan dikenal sebagai benda hitam (black body). Sedangkan benda yang tidak dapat memancarkan panas dengan sempurna disebut dengan benda abu-abu (gray body). Persamaan dasar dari konsep perpindahan panas radiasi adalah hukum TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017 87

Stefan Boltzman. Hukum Stefan Boltzman dinyatakan dengan persamaan berikut [8]. q r = εσat 4...(7) Dimana : ε = Emisivitas T = Suhu absolute benda, K ( 0 R) A = Luas permukaan, m 2 (ft 2 ) qr = Laju perpindahan panas radiasi, Watt (Btu/h) σ = Konstanta Stefan-Boltzman, 5,669 10-8 W/m 2.K 4 (0,1713 10-8 Btu/h.ft 2. 0 R 4 ) (konstanta proporsionalitas) Untuk benda hitam, emisivitasnya berharga satu, sedangkan untuk benda abuabu, nilai emisivitasnya selalu lebih dari satu. Adapun efisiensi perpindahan panas yang terjadi pada pipa tembaga didalam kolektor pemanas air tenaga surya untuk memanaskan air sebanyak 50 liter dapat digunakan persamaan sebagai berikut: Dimana: η T in η = T out T in T in 100%...(8) = Efisiensi perpindahan panas yang terjadi pada pipa tembaga didalam kolektor pemanas air tenaga surya(%) = Suhu air masuk kedalam pipa tembaga ( ) T out = Suhu air keluar pipa tembaga ( ) Metode Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kampus 2 Universitas Muhammadiyah Metro. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen nyata (true experimental research). Metode eksperimen meliputi tahap perencanaan, pembuatan, sampai dengan mengujian kolektor surya. Langkah penelitian meliputi: 1. Studi pustaka 2. Pembuatan kolektor surya 3. Pengujian kolektor surya 4. Analisis hasil eksperimen Spesifikasi alat uji dalam penelitian pengaruh jarak pipa pada kolektor terhadap panas yang dihasilkan solar water heater adalah sebagai berikut: a. Kolektor terbuat dari bahan alumunium dengan panjang kolektor 90 cm, lebar kolektor 40 cm dan tinggi kolektor 10 cm; b. Kaca penutup kolektor berbahan kaca bening dengan ketebalan 3 mm sebanyak 1 buah; c. Absorber yang digunakan berbahan stanlees steel yang dicat hitam dengan panjang 80 cm dan lebar 35 cm; d. Pipa cairan yang digunakan berbahan tembaga dengan ukuran ½ inchi dengan tebal 0,61 mm; e. Pada jarak pipa 5 cm terdapat 13 buah pipa dengan belokan sebanyak 14 buah belokan, dengan panjang pipa 455 cm dan lebar pipa 30 cm; f. Pada jarak pipa 7 cm terdapat 9 buah pipa dengan belokan sebanyak 10 buah belokan, dengan panjang pipa 333 cm dan lebar pipa 30 cm; g. Pada jarak pipa 9 cm terdapat 7 buah pipa dengan belokan sebanyak 8 buah belokan, dengan panjang pipa 273 cm dan lebar 30 cm; dan h. Isolator menggunakan bahan glass wool dengan ketebalan 5 cm. Gambar 2. Pipa tembaga model serpentine dengan ukuran jarak antar pipa 5 cm, 7 cm dan 9 cm Hasil Pada kolektor surya terjadi perpindahan panas konveksi bebas (alami) yang terjadi pada saat proses pemanasan didalam pipa tembaga. Aliran fluida terjadi karena perbedaan massa jenis fluida antara air panas dan air dingin. Aliran fluida di dalam 88 TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017

Temperatue C Efisiensi (%) q c (Watt) pipa tembaga ini cenderung lambat atau laminer. Dari pengolahan data yang diperoleh maka didapat hasil yaitu: 600 500 400 300 200 100 0 Gambar 3. Grafik Laju Perpindahan Panas Konveksi Pada Fluida Pada Intensitas Matahari Tertinggi Untuk pipa tembaga jarak 5 cm, perpindahan panas konveksi yang terjadi sebesar 549,73 watt dengan intensitas matahari tertinggi 723,33 W/m 2 pada pukul 12.30. Sedangkan untuk pipa tembaga jarak 7 cm, perpindahan panas konveksi yang terjadi adalah sebesar 256,33 watt dengan intensitas matahari tertinggi 758,67 W/m 2 pada pukul 11.00. Dan untuk pipa tembaga jarak 9 cm, perpindahan panas konveksi yang terjadi sebesar 101,74 watt dengan intensitas matahari tertinggi 813,33 W/m 2 pada pukul 12.30. 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Jarak antar pipa 5 cm Jarak antar pipa 7 Jarak antar pipa 9 cm cm Pipa Tembaga Waktu ( WIB ) Jarak 5 cm Jarak 7 cm Jarak 9 cm Gambar 4. Grafik Perubahan Suhu Rata- Rata Air Didalam Pipa Tembaga Jarak 5 Cm, 7 Cm Dan 9 Cm Dapat dilihat dari grafik perubahan suhu rata-rata air di dalam pipa tembaga untuk pipa tembaga jarak 5 cm perubahan suhu yang terjadi lebih tinggi dibandingkan perubahan suhu yang terjadi pada jarak 7 cm dan 9 cm. Dimana perbuahan suhu yang terjadi pada pipa jarak 5 cm maksimal mencapai 17,33, sedangkan perubahan suhu maksimal yang terjadi pada jarak 7 cm mencapai 10,33 dan untuk jarak 9 cm perubahan suhu maksimalnya mecapainya 5.66. 35 30 25 20 15 10 5 0 Jarak 5 cm Jarak 7 cm Jarak 9 cm Jarak antar pipa tembaga Gambar 5. Grafik Efisiensi Perubahan Suhu Rata-Rata Pada Intensitas Matahari Tertinggi Dilihat dari grafik efisiensi perubahan suhu rata-rata pada intensitas matahari tertinggi, pipa tembaga jarak 5 cm lebih tinggi dibandingkan jarak 7 cm dan 9 cm, dimana efisiensi perubahan suhu 5 cm sebesar 33.33%, sedangkan untuk jarak 7 cm sebesar 21,98% dan jarak 9 cm sebesar 13,33%.b dari grafik efisiensi perubahan suhu dapat diketahui bahwa jarak antar pipa 5 cm lebih baik diantara jarak antar pipa 7 cm dan 9 cm, karena adanya perbedaan luas penampang pipa pada jarak antar pipa 5 cm, 7 cm dan 9 cm, dimana membuat jumlah pipa pada jarak antar pipa 5 cm menjadi lebih banyak dan membuat selisih perubahan suhu tertinggi terjadi pada jarak antar pipa 5 cm menjadi lebih besar yaitu sebesar 17,33. Sehingga pada jarak antar pipa 5 cm mendapatkan efisiensi perubahan TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017 89

suhu tertinggi sebesar 33, 33% dari pada pipa jarak antar pipa 7 cm dan 9 cm. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Laju perpindahan panas yang terjadi pada pipa tembaga jarak antar pipa 5 cm adalah perpindahan panas secara konveksi sebesar 549,73 watt dengan intensitas matahari tertinggi 723,33 W/m 2, sedangkan untuk pipa tembaga jarak antar pipa 7 cm perpindahan panas konveksi yang terjadi sebesar 256,33 watt dengan intensitas matahari tertinggi mencapai 758,67 W/m 2 dan untuk pipa tembaga jarak antar pipa 9 cm perpindahan panas konveksi yang terjadi adalah sebesar 101,74 watt dengan intensitas matahari tertinggi 813,33 W/m 2. 2. Efisiensi perubahan suhu rata-rata pada intensitas matahari tertinggi untuk pipa tembaga jarak antar pipa 5 cm sebesar 33.33%, sedangkan untuk pipa tembaga jarak antar pipa 7 cm sebesar 21,98% dan untuk pipa tembaga jarak antar pipa 9 cm sebesar 13,33%. 3. Jarak antar pipa tembaga dengan model serpentine yang ideal adalah jarak antar pipa 5 cm dikarenakan perpindahan panas konveksi yang terjadi lebih besar dan efisiensi perubahan suhu rata-rata pada intensitas matahari tertinggi lebih tinggi dibandingkan jarak antar pipa 7 cm dan jarak antar pipa 9 cm. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan memperbesar dimensi kolektor pemanas dan merubah diameter pipa tembaga dengan ukuran yang lebih besar dan jarak antar pipa lebih dekat 2. Lakukan pengujian dan pengambilan data dengan waktu lebih lama sehingga di dapat data yang lebih akurat Daftar Pustaka [1]. Sucipta, M., Astawa, K., & Argha Dharmawan, A. A. (2012). Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap. Jurnal Energi Dan Manufaktur, 5(1). [2]. Sumarsono, M. (2012). Optimasi Jumlah Pipa-Pemanas Terhadap Kinerja Kolektor Surya Pemanas Air. Jurnal Teknologi Energi, 1(1). [3]. Mustofa Dan Rustan Hatib, 2014, Konfigurasi Serpentine- Paralel Dan Paralel- Serpentine Pada Pipa Fluida Pemanas Air Surya Sistem Thermosipon, Jurnal Mekanikal Vol. 5, No. 1, Hal. 464-469, Universitas Tadulako. [4]. Kristanto, P., & San, Y. K. (2004). Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar. Jurnal Teknik Mesin, 3(2), pp-47. [5]. Sudrajat, S. E., & Santosa, I. (2014). Perancangan Solar Water Heater Jenis Plat Datar Temperatur Medium Untuk Aplikasi Penghangat Air Mandi. Jurnal Teknologi, 7(2). [6]. Ichwan Nurhalim, 2011, Rancang Bangun Dan Pengujian Unjuk Kerja Alat Penukar Kalor Tipe Serpentine Pada Split Air Conditioning Water Heater, Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia, Depok. [7]. Caturwati, N. K., Yuswardi, Y., & Nino, S. (2013). Peningkatan Efisiensi Absorbsi Radiasi Matahari pada Solar Water Heater dengan Pelapisan 90 TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017

Warna Hitam. Jurnal Energi Dan Manufaktur, 5(1). [8]. Luqman Buchori, 2004, Buku Ajar Perpindahan Panas Bagian 1, Universitas Diponegoro, Semarang. [9]. Frank Kreith, 1991, Prinsip Prinsip perpindahan Panas Edisi 3, University Of Colorado, Jakarta: Penerbit Erlangga. [10]. Pramirtha, S., & Dwiyantoro, B. A. (2015). Studi Eksperimental Pengaruh Laju Aliran Air Terhadap Efisiensi Thermal pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa. Jurnal Teknik ITS, 4(1), B68-B73. TURBO p-issn: 2301-6663, e-issn: 2447-250X Vol. 6 No. 1. 2017 91