1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pulau Sumatera adalah bagian dari Paparan Sunda yang telah melewati berbagai macam aktivitas tektonik sejak akhir zaman Tersier. Dinamika tektonik sejak zaman Tersier hingga saat ini telah menghasilkan berbagai macam struktur geologi di kerak bumi Pulau Sumatera. Zona Sesar Sumatera adalah salah satu produk tektonik yang tampak dominan di Pulau Sumatera. Sesar geser dekstral yang memanjang dari bagian selatan hingga utara pulau menghasilkan struktur-struktur turunan beserta morfologi yang khas di sekitar zona sesar. Daerah Lebong Selatan adalah salah satu daerah di Pulau Sumatera yang dilewati oleh zona ini. Strukturstruktur geologi yang terbentuk pada daerah ini tidak lepas dari pengaruh tektonik zona sesar tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dipelajari pengaruh tektonik Sesar Sumatera terhadap pembentukan struktur geologi di daerah Lebong Selatan. Penelitian ini menjadi menarik untuk dilakukan karena akan menghubungkan penelitian tektonik Sesar Sumatera dan Indonesia bagian barat, yang telah dilakukan oleh Hamilton (1979), Sieh & Natawidjaja (2000), Barber (2005), serta Hall dkk. (2009), dengan penelitian struktur geologi yang dilakukan dalam lingkup yang lebih sempit, yaitu daerah Lebong Selatan dengan data struktur geologi permukaan yang diambil langsung di lapangan. Kemudian penelitian ini
2 menjadi penting untuk dilakukan karena dapat menunjukkan bagaimana tektonik Sesar Sumatera dapat mempengaruhi pembentukan struktur geologi di daerah Lebong Selatan. Sejauh penelusuran pustaka yang penulis lakukan, penelitian ini belum pernah dibuat sebelumnya di daerah Lebong Selatan. Namun untuk lingkup yang lebih luas dan atau dengan metode yang serupa, penelitian seperti ini pernah dilakukan oleh Delvaux dkk. (2013) di Asia Tengah dan Kipata dkk. (2013) di Republik Kongo. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang dinamika tektonik dan pembentukan struktur geologi di daerah Lebong Selatan sehingga dapat dimanfaatkan atau diterapkan pada penelitian atau pekerjaan lainnya di masa mendatang. Penelitian ini merupakan kerjasama dengan proyek penelitian dari P.T. Pertamina Geothermal Energy dengan lokasi yang sama. Salah satu data yang digunakan dalam penelitian ini juga merupakan data yang diambil pada proyek penelitian P.T. Pertamina Geothermal Energy. Rangkaian penelitian, mulai dari tahap pra-lapangan hingga interpretasi, dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari tiga orang ahli geologi dan tiga orang asisten. I.2. Perumusan Masalah 1. Daerah penelitian yang terletak di jalur Sistem Sesar Sumatera sudah pasti terpengaruh oleh gaya pembentuk sistem sesar tersebut. Akan tetapi dengan dimensi yang lebih kecil maka timbul pertanyaan, apakah gaya yang bekerja di daerah penelitian sama dengan gaya pembentuk Sistem Sesar Sumatera?
3 2. Daerah penelitian yang mayoritas tersusun oleh satuan batuan berumur Kuarter akan memiliki struktur geologi yang tidak lebih tua dari umur tersebut. Sistem Sesar Sumatera sebagai struktur regional yang lebih tua dan berskala besar akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan struktur geologi yang lebih kecil di daerah penelitian. Oleh karena itu muncul pertanyaan, pengaruh seperti apa yang diberikan Sistem Sesar Sumatera terhadap struktur di daerah penelitian? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, antara lain: 1. Mengetahui gaya pembentuk struktur geologi di daerah Lebong Selatan. 2. Mengetahui pengaruh Sistem Sesar Sumatera terhadap pembentukan struktur di daerah Lebong Selatan. I.4. Batasan Penelitian Peneliti melakukan penelitian struktur geologi di daerah Lebong Selatan berdasarkan interpretasi kelurusan pada citra LIDAR yang diintegrasikan dengan data struktur hasil pengukuran langsung di lapangan. Struktur geologi yang digunakan untuk analisis evolusi tektonik terbatas pada struktur yang bersifat rapuh (brittle). Pengelompokkan rejim tektonik dilakukan berdasarkan kesamaan arah dan sifat gaya yang dibantu dengan menggunakan metode Right Dihedron pada perangkat lunak komputer Win-TENSOR. Citra LIDAR yang digunakan pada interpretasi awal adalah citra yang telah
4 diolah hingga menjadi DEM (Digital Elevation Model) dan peneliti tidak melakukan sendiri proses pengolahan citra tersebut. Peneliti hanya menggunakan citra yang telah diolah tersebut untuk interpretasi struktur geologi. Skenario dinamika tektonik Sesar Sumatera tidak dibuat langsung oleh penulis, melainkan dihimpun dari penlitian-penelitian tentang evolusi tektonik Pulau Sumatera, Indonesia, serta Sundaland yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. I.5. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi daerah penelitian terletak di Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Daerah penelitian dapat dicapai dari Kota Bengkulu melalui Jalan Merdeka menuju kota Muara Aman (lihat Gambar 1.1). Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 5 jam perjalanan menggunakan mobil. Gambar 1.1. Peta kesampaian daerah disunting dari Google Maps.
5 I.6. Peneliti Terdahulu 1. van Bemmelen (1949) mempelajari tentang geologi Indonesia dan sekitarnya. Dalam bukunya, van Bemmelen membagi fisiografis Pulau Sumatera menjadi dua, yaitu Perbukitan Barisan dan Zona Semangko. 2. Hamilton (1979) meneliti tentang tektonik di Indonesia dan sekitarnya. Dia menyimpulkan bahwa kondisi geologi di Pulau Sumatera banyak dipengaruhi oleh penunjaman Lempeng India-Australia terhadap Sistem Subduksi Sunda. 3. Amin dan Gafoer (1985) mempelajari tentang hubungan Cekungan Bengkulu dengan Cekungan Sumatera Selatan pada awal zaman Tersier. Mereka menyatakan bahwa hubungan keduanya dimulai pada Oligosen Akhir dan berakhir pada Miosen Tengah. Pada Pliosen Akhir, Cekungan Bengkulu bergeser ke arah barat sementara Cekungan Sumatera Selatan menjadi daratan. 4. Gafoer dkk. (1992) membuat Peta Geologi Regional Lembar Bengkulu, skala 1:250.000. 5. Yulihanto dkk. (1995) mempelajari tentang struktur geologi pada Cekungan Depan Busur Bengkulu dan implikasinya terhadap eksplorasi hidrokarbon di masa depan. Terdapat tiga pola struktur pada Cekungan Bengkulu, yaitu NE-SW, NW-SE, dan N-S. Pola NE-SW terbentuk pada kala Paleosen- Eosen, kemudian dipotong oleh pola N-S yang terbentuk pada kala Oligo- Miosen.
6 6. Sieh & Natawidjaja (2000) meneliti tentang Neotektonik Sesar Sumatera. Mereka melihat keseluruhan Sesar Sumatera berdasarkan citra penginderaan jauh dan membagi sistem sesar ini menjadi 19 segmen. 7. Hall dkk. (2009) meneliti tentang perkembangan struktur dan tektonik lempeng, serta karakter batuan dasar di Sundaland. Dalam rekonstruksi tektoniknya, Busur Woyla mengalami koalisi di tepi barat Sundaland (Sumatera) pada Kapur Tengah (90 jtl). Koalisi ini menyebabkan subduksi terhenti hingga kala Eosen Tengah (45 jtl). 8. Handarbeni dkk. (2012) mempelajari tentang endapan emas epitermal di daerah Lebong. Mereka mendapatkan mineralisasi emas-perak pada Tambang Sawah muncul sebagai breksi yang tersementasi oleh kuarsa.