1. TATA NAMA. Tujuan Instruksional:

dokumen-dokumen yang mirip
Tujuan Instruksional:

Tujuan Instruksional:

Setelah mengikuti kuliah topik ini, mahasiswa mampu memahami obat sebagai penunjang penatalaksanaan kesehatan, meliputi batasan obat, kategori obat,

Oleh: Joharman, M.Si, Apt

10/22/2012 PERIHAL OBAT. Oleh: Joharman BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis. Zat kimia. Racun

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

1. TATA NAMA. Oleh: Isnaini. Nama latin. Nama Indonesia. Nama lazim/generik. Acetosal Paracetamol. Acidum acetylsalicylicum Acetaminophenum

1. TATA NAMA 2. BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis Zat kimia Racun

1. TATA NAMA 4/16/2011. Oleh: Isnaini. Namalatin. Nama Indonesia. Nama lazim/generik. Acetosal Paracetamol. Acidum acetylsalicylicum Acetaminophenum

Beberapa ketentuan mengenai obat daftar G: Oleh: Isnaini

3/18/2013 PERIHAL OBAT. Oleh: Joharman BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis. Zat kimia. Racun

PEMBERIAN OBAT RASIONAL (POR) dr. Nindya Aryanty, M. Med. Ed

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

DOSIS OBAT. Dra. Helni. MKes, Apt

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

OBAT Definisi dan Penggolongannya. Indah Solihah,S.Farm.,M.Sc.,Apt

Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Universitas Sumatera Utara

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

IMPLIKASI FARMAKOLOGI KEPERAWATAN 1

Perhitungan Dosis Obat

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR

Pengantar Farmakologi

Kebijakan Obat Nasional, Daftar Obat Esensial Nasional, Perundangan Obat. Tri Widyawati_Wakidi

PENGGOLONGAN OBAT. Hidayah Sunar Perdanastuti Program Studi Farmasi Universitas Brawijaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ISU KONTEMPORER DALAM FARMAKOLOGI KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGANTAR FARMAKOLOGI

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

DESAIN SEDIAAN FARMASI

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Racun merupakan substansi ( kimia maupun fisik) yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan pada

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Medikasi: pemberian zat/obat yang bertujuan untuk diagnosis, pengobatan, terapi, atau pereda gejala, atau untuk pencegahan penyakit Farmakologi: ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BIOFARMASI Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PROSES PELEPASAN, PELARUTAN, DAN ABSOPRSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DRA. HELNI, APT, M.KES

Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

CARA DAN RUTE PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN PERCOBAAN MENCIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI LIMA APOTEK DI KOTAMADYA PEKALONGAN PERIODE JANUARI-JUNI 2009 SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

Pertimbangan Pengaturan Dosis

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

Transkripsi:

Tujuan Instruksional: Oleh: Isnaini Setelah mengikuti kuliah topik ini, mahasiswa mampu memahami obat sebagai penunjang penatalaksanaan kesehatan, meliputi batasan obat, kategori obat, derivat obat, dosis obat, faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat, cara menghitung dosis obat, cara pemberian obat, waktu pemberian obat, dan prinsip-prinsip memilih cara dan waktu pemberian obat. 1. TATA NAMA Pemberian nama obat disesuaikan dengan monografi dari Farmakope Indonesia : Nama latin Acidum acetylsalicylicum Acetaminophenum Nama Indonesia Asam asetisalisilat Asetaminofen Nama lazim/generik Acetosal Paracetamol 2. BATASAN OBAT Secara umum, obat bisa dikatakan sebagai: Unsur bahan aktif secara fisiologis Semua bahan yang bersifat aktif atau dapat mempengaruhi tubuh secara fisiologis dinamakan obat Zatkimia Semua zat yang mempunyai rumus kimia dapat dikatakan sebagai obat Racun Pada dasarnya semua zat yang masukke dalam tubuh kita adalah racun, jadi semua obat yang bersifat aktif secara fisiologisdanmempunyai rumuskimia adalah racun. Air yang kita ketahui merupakan cairan yang berguna untuk tubuh kita pun merupakan racun kalau kita minum dalam jumlah yang banyaksekali. Definisi obat: 1. Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71 adalah: Obatialah suatubahanataupaduanbahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. 2. Permenkes RI No. 242/1990 dibedakan menjadi: Obat jadi: Sediaan/paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi/ menyelidiki sistim fisiologi/keadaan patologi dalam rangkapenetapandiagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Istilah lain: a. Obat baku Bahan obat merupakan substansi yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Farmakope Indonesia atau buku resmi lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah. Obat baku dalam substansi selanjutnya akan disebut bahan obat. b. Obat Jadi Obat dalam keadaan tunggal ataupun campuran dalam bentuk sediaan tertentu: serbuk, cairan, salep, tablet, kapsul, pil, suppositoria atau bentuk lain, dan mempunyai nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku-buku lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah. Obat jadi berupa komposisi yang sudah standar dapat disebut preparat standar. c. Obat Paten Berupa obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat (pabrik) atau yang dikuasakannya, dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.

d. Obat asli Obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alam (Indonesia), terolah secara sederhana atas dasar pengalaman, dan digunakan dalam pengobatan tradisional. e. Obat baru Obat yang terdiri dari satu atau campuran beberapa bahanobat sebagai bagian yang berkhasiat maupun yang tidakberkhasiat (antara lain zat pengisi, pelarut, vehikulum) atau komponenlain yang belum dikenal, sehingga belum diketahui khasiat serta keamanannya. f. Obat Generik Nama obat yang lazim atau umum; bukan obat paten (International Non-propietary Name). 3. KATEGORI OBAT Kategori obat dibedakan menurut: a. UU Farmasi: 1. Obat Daftar O (Narkotika) ciri: Obat diberikan kepada pasien harus dengan resep dokter, lengkap dengan tanda tangannya Tidakbolehmengulangpemberiannya tanpa resep yang baru Disimpan di lemari khusus yang terkunci rapat dan terbuat dari kayu Bila lemarinya kecil, maka harus dipaku ke dinding 2. ObatDaftarG (ObatKeras) Definisi obat beracun yang mempunyaikhasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksikan tubuh manusia, dan lain-lain, obat berada baik dalam bungkusan maupun tidak. Obat Daftar G hanya boleh diserahkan kepada seseorang dengan resep dokter, kecuali bila digunakan untuk keperluanteknik. Resep yang mengandung obat daftar G tidak boleh diulang. Obat-obat yang dimasukkan ke dalam Daftar G ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan berupa Daftar Obat Keras dengan pemberian nomornomor K Beberapa ketentuan mengenai obat daftar G: a. Semua obat sediaan/obat paten yang mengandung bahan obat tergolong Daftar G, pada bungkus luar oleh pabrik harus disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter. c. Yang dimaksud dengan obat baru ialah semua obat yang tidak tercantumdalam Farmakope Indonesia dan Daftar Obat Keras atauobat yang secara resmi, belum pernah diimpor ataudigunakan di Indonesia, sehingga tidak diketahui khasiat dan keamanannya. b. Semua obat barudimasukkan ke dalam Daftar G, kecuali apabila oleh DepKes telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia. d. Kecuali bila ditentukan lain, maka semua bahan yang tergolong obat Daftar G, berlaku bagi obat itu sebagai substansi dan jugabagi semua sediaan yang mengandung obat tersebut.

3. ObatDaftarW (ObatBebas & Obat Bebas Terbatas) Perbedaan obat daftar W dengan daftar G adalah bahwa obat daftar W dapat diperoleh tanpa resep dokter, asal memenuhi ketentuan-ketentuan berikut: Obat-obat dalam Daftar W hanya boleh dijual dalam bungkusan asli pabrik pembuatnya. Pada waktu penyerahan obat maka pada wadahnya harus tercantum tanda peringatan berupa etiket khusus yang tercatat sesuai dengan ketentuan Kementerian Kesehatan (tanda P) Etiket khusus tanda peringatan (P) tersebut berwarna hitam dengan tulisan putih, berukuran 5 x 2 cm dan memuat pemberitahuan sebagai berikut: * P1 : Awas! Obat Keras, baca aturan pakainya. Contoh: - Benadryl tablet = Difenhidramin tablet, maximum 10 tablet @ 50mg * P2 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur. Jangan ditelan Contoh: Gargarisma Kan * P3 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan Contoh: - Obat luka: Jodium tinctuur, Mercurochroom * P4 : Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar Contoh: Asma sigaret * P5 : Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan Contoh: Sulfanilamid puyer steril 5 g * P6 : Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Suppositoria antihemoroid Obat bebas terbatas biasanya bertanda lingkaran dengan warna biru di dalamnya. Selain itu ada juga obat bebas yang dapat dibeli bebas oleh konsumen dengan tanda lingkaran dengan warna hijau di dalamnya 4. Obat Psikotropika Obat-obat yang termasuk bahan psikotropik dilengkapi dengan atau mempunyai peraturan-peraturan khusus berupa larangan-larangan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Obat-obat ini mempengaruhi susunan saraf pusat dengan cara menyebabkan depresi SSP. Istilah-istilah lain yang digunakanadalah psikomimetik, psikotogenik Suatu bahan halusinogen dapat memberikan halusinasi pada pemakainya, yaitu suatu persepsi internal lepas dari persepsi eksternal- terutama dikhayalkan pemakai sebagai melihat berbagai warna-warni indah yang sebetulnya tidak ada. Khayalandapat juga sampai berupa suara-suara yang dirasakan sangat indah bagi yang mabuk dengan bahan halusinogen itu. Termasuk halusinogen: semua obat serta semua sediaan yang mengandung obat berikut: LSD atau LSD 25, DMT, DMNP, THC, STP, DOM, Mescaline, Psilocine, Psilocybin, Semua isomer dari 3- methyl-2-phenylmorpholine PerangsangSusunanSarafPusat: Amfetamin, Deksamfetamin, Metamfetamin, Metilfenidat, Pipradrol PenekanSusunanSarafPusat: * Barbiturat dansemua derivat serta garamnya: antara lain Fenobarbital, Amobarbital, Pentobarbital, Sekobarbital * Hipnotika : antara lain Metilprilon, Metakualon, Etinamat B. Menurut Cara Pemberiannya: Obat Dalam Obat yang diberikan melalui mulut atau oral. Bila obat ini dibeli dengan resep dokter, ditandai dengan etiket yang berwarna putih. Obat Luar Obat yang diberikan selainmelalui mulut atauoral, bisa lewat kulit, injeksi, anus, vagina, hidung, telinga dan mata. Biasanya bila dibeli dengan resep dokter diberi etiket denganwarna biru.

C. Menurut Khasiat/efek obat, Dibagi berdasarkan kelas terapi seperti yang tercantum di DOEN, seperti: antibiotika, analgetika dan sebagainya Penggolongan Berdasarkan Efek Farmakologi: Tempat Kerja Dalam Tubuh * Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat * Obat yang bekerja pada jantung * Obat yang bekerja pada ginjal * Dan lain-lain Aktivitas Terapeutik atau penerapannya * Analgesik * Antipiretik * Antiinflamasi * Antibiotik * Dan lain-lain Mekanisme Kerja Farmakologi * Depresi susunan saraf pusat * Perangsang susunan saraf pusat * Anti histamin * Beta bloker * Dan lain-lain Sumber asal * Buatan * Alami Sifat obat: * Asam * Basa D. Obat Berdasarkan Sifat Kimia Asam Basa Garam Garam/senyawa kompleks Ester Kristal mengandung air Isotop Radioaktif 4. DERIVAT OBAT Sekelompok/segolongan obat yang diturunkan/berasal dari senyawa yang sama (= senyawa induk) Masing-masing mempunyai struktur/rumus kimia yang berbeda Umumnya digunakan untuk sekelompok obat yang mempunyai khasiat yang sama. Didapatkan dari hasil manipulasi molekuler suatu senyawa (dengan struktur kimia tertentu) dengan tujuan untuk mendapatkan OBAT BARU dengan: *Efek sama, contoh amoksisilin & ampisilin *Lebih poten, contoh golongan Penisilin *Efek samping berkurang, contoh Na salisilat bila dibandingkan dengan asetosal *Efek berbeda, contoh asam salisilat & asetosal 5. DOSIS OBAT DOSIS LAZIM DOSIS TERAPETIK Sejumlah obat (dalam satuan berat/volume/unit) yang memberikan efek terapeutik pada penderita

Selain itu DIKENAL PULA: Dosis toksis Dosis yang menimbulkan efek toksik atau dosis yang bila diberikan kepada manusia maka kadarnya di dalam darah akan mencapai kadar minimum toksik Dosis letalis Dosis yang bisa menyebabkan kematian Dosis awal atau dosis permulaan (loading dose atau initial dose) Dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat mencapai konsentrasi terapeutik dalam tubuh yang menghasilkan efek klinis. Dosis awal biasanya diberikan lebih tinggi daripada dosis pemeliharaan Dosis pemeliharaan(dosis maintenance) Dosis obat yang diperlukan untuk memeliharamempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat sesuai dengandosis regimen Dosis regimen Pengaturan dosis serta jarak-waktu antar-dosis untuk terapi dengan obat; memberikan efek secara klinis dan/atau mempertahankan konsentrasi terapeutik obat dalam tubuh Dosis maksimum Dosis maksimal yang boleh diberikan kepada pasien. Kalau lebih dari dosis maksimum, kemungkinan akan terjadi toksisitas 6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOSIS A. Faktor obat 1. Sifat fisika - Daya larut dalam air/lemak - Bentuk kristal/amorf 2. SIFAT KIMIA Sifat kimia yang perlu diperhatikan adalah seperti asam, basa, garam, ester, ph, pka. 3. TOKSISITAS Dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya B. CARA PEMBERIAN obat oral biasanya dosisnya lebih besar bila dibandingkan dengan obat parenteral c. FAKTOR PENDERITA Umur Berat Badan Ras Jenis kelamin Sensitivitas individual Toleransi Keadaan patofisiologi D. INDIKASI & PATOLOGI PENYAKIT Contoh obat golongan barbiturat dosis untuk sedasi akan berbeda dengan dosis untuk hipnosis.

Prinsip Pemberian Dosis: Individual Minimal 7. CARA MENGHITUNG DOSIS OBAT a. Dosis obatuntukanak 1. Prematur 2. Neonatus ( 0-1 bulan ) 3. Infant ( s.d. 1 tahun ) 4. Balita ( 1-5 tahun ) 5. Anak ( 6-12 tahun ) Bagaimana Dosis anak? Anak Bukan Miniatur Dewasa ORGAN (HEPAR, GINJAL & SSP) BELUM BERFUNGSI SECARA SEMPURNA DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH BERBEDA * NEONATUS : > 29,7% DARI DEWASA * BAYI 6 BULAN: > 20,7% DARI DEWASA FAKTOR YG PERLU DIPERHATIKAN 1. ABSORPSI a. ph lambung b. waktu pengosongan lambung c. waktu transit 2. DISTRIBUSI a. massa jaringan b. kandungan lemak c. aliran darah d. permeabilitas membran e. kadar protein plasma f. volume cairan ekstrasel 3. METABOLISME a. ukuranhepar b. kemampuan enzim mikrosomial 4. EKSKRESI a. kecepatan filtrasi glumerolus b. proses ekskresi & reabsorpsi tubuler CARA MENGHITUNG DOSIS ANAK 1. Didasarkan perbandingan dengan dosis dewasa: A. Umur Rumus YOUNG n Da = Dd(mg) n + 12

Rumus DILLING n Da = Dd (mg ) 20 Da : dosis anak Dd : dosis dewasa n : umur anak B. Berat badan Berat badan dewasa : 70 kg Rumus CLARK BBa Da = x Dd (mg) 70 C. Luas permukaan tubuh (lpt) Orang dewasa : 1,73 m2 Rumus CRAWFORD-TERRY ROURKE LPTa Da = x Dd(mg ) 1,73 DIDASARKAN ATAS UKURAN FISIK ANAK SECARA INDIVIDUAL: sesuai BB anak (kg ) sesuai LPT anak (m 2 ) Kelemahan perhitungan dosis anak bila dibandingkan dengan dewasa: Umur Seringkali TIDAK TEPAT karena ADA VARIASI berat badan & LPT yang berarti Berat badan TIDAK DAPAT UNTUK SEMUA OBAT: Narkotika pada anak lebih kecil Atropin, belladona, fenobarbital pada anak lebih besar LPT Tidak praktis, karena: * Sulitnya menghitung LPT secara akurat * UNTUK KASUS GAWAT yang perlu penanganan segera. 8. CARA PEMBERIAN OBAT A. Tujuan terapi: * Indikasi penyakit * Onset & durasi obat B. Kondisi pasien * Kenyamanan dari pasien * Keamanan * Dapat menelan atau tidak * Sadar/tidak C. Sifat fisika -kimia obat * Stabilitas * Iritatif Macam pemberian obat: ORAL PARENTERAL SECARA INHALASI MELALUI MEMBRAN MUKOSA PENGGUNAAN PADA/DALAM KULIT

PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL AMAN EKONOMIS MENYENANGKAN Permasalahan bila obat diberikan secara oral: FISIOLOGI GIT dan hepar SIFAT OBAT BIOAVAILABILITAS BENTUK SEDIAAN KOOPERATIFITAS PENDERITA PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL Macam pemberian obat secara parenteral, yaitu: I.C. (Intrakutan) I.V. (Intravena) INTRATHECAL S.C. (Subkutan) I.P. (Intraperitonial) INTRA ARTERIAL I.M. (Intramuskular) INTRAKARDIAK Berdasarkan masuknya jumlah obat: Bolus Infus Obat diberikan secara parenteral bila: Tidak/sedikit diabsorpsi melalui membran mukosa Rusak/inaktif di lambung Menyebabkan muntah Respon/efek cepat atau teratur Kondisi pasien muntah, tidak sadar, gangguan mental/jiwa Efek pemberian parenteral bersifat: a. Sistemik b. Lokal MASALAH Asepsis/steril/pirogenitas Tidak ekonomis: 1. Mahal 2. Perlu bantuan 3. Storage life Keamanan PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI 1. Melalui endotel alveoli/pulmo dengan cara dihirup melalui: Mulut Hidung 2. Bentuk sediaannya: Padat/cair mudah menguap Gas

3. Efek yang dihasilkan cepat: Aksi lokal Aksi sistemik 4. Masalah: Perlu alat khusus Dosis sukar diatur Iritasi Faktor sifat obat: Koefisien partisi Ukuran partikel Faktor aliran darah paru PEMBERIAN OBAT MELALUI MEMBRAN MUKOSA Diberikan selain melalui mukosa pada GIT dan paru. Efek/aksinya: Lokal Sistemik Absorpsi melalui membran mukosa di: Mulut: - Sublingual - bukal - Hisap Mata: - Konjungtiva - Kornea HIDUNG: >> UAP >> CAIRAN * TETES * SEMPROT TELINGA - TETES - CAIRAN PENCUCI VAGINA AKSINYA LOKAL.: - ANTIINFEKSI - SPERMISIDAL REKTUM: Aksi: >> lokal >> sistemik Efek cepat Cocok untuk penderita: >> tidak sadar, muntah >> tidak dapat menelan Masalah: >> Absorpsi obat tidak menentu: * tercampur dengan feses * absorpsi tidak * luas permukaan terbatas >> Kepatuhan penderita >> Tidak bisa untuk semua obat Beberapa obat yang dapat diberikan dengan cara suppositoria : Spasmolitik, hipnotik, antiinflamasi PEMBERIAN OBAT MELALUI KULIT 1. Aksi: Lokal Sistemik 2. Masalah: Sifat obat Kondisi kulit Bentuk sediaan

FREKUENSI PEMBERIAN OBAT OBAT CARA PEMBERIAN KONDISI PENDERITA BENTUK SEDIAAN WAKTU PEMBERIAN OBAT 1. Perlu ditulis dalam resep Absorpsi yang paling baik terjadi pada saat lambung kosong, kecuali: Obat yang mengiritasi lambung Obat yang bekerja untuk mencerna makan Obat yang perlu perhatian pemberiannya: Furosemid Diazepam 2. Remember!!!! Mencapai efek optimal Efek samping minimal 3. Contoh waktu pemberian a.c. d.c. p.c. m v a.n. h.s. LAMA PEMBERIAN OBAT Penyakit: >> Indikasi >> Perjalanan Akut Kronis Tujuan terapi >>Kausatif >>Simptomatik Obat yang diberikan