SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk mencetak manusia yang berpribadi kuat, cerdas dan mandiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN. ada di atas rata-rata anak seusianya. Hal ini membuat anak berbakat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TERAPI RASIONAL EMOTIF Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

KECERDASAN ANAK DALAM PENGENALAN POTENSI DIRI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kualitas kinerja pegawai pemerintahan di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA CERDAS ISTIMEWA. Rini Sugiarti Fakultas Psikologi Universitas Semarang

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan saat ini dihadapkan pada suatu percepatan perubahan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kontrol Diri Pada Remaja Akhir

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN. mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketat, dan pada umumnya para pengguna jasa (stakeholders) menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

Ciri dan Watak Wirausaha

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

MEMBENTUK BUAH HATI MENJADI PRIBADI TANGGUH DAN PERCAYA DIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

Transkripsi:

KOMPETENSI SOSIAL ANAK GIFTED Oleh: L. Rini Sugiarti, S.Psi, M.Si, Psikolog* Ada dugaan, bahwa anak yang cerdas dan berbakat (gifted child), memiliki kompetensi social yang rendah. Artinya, pintar tapi kuper. Bagaimana sebenarnya psikologi membedah masalah ini, artikel ini akan menjelaskan pertanyan mengenai kompetensi social anak berbakat. Perkembangan adalah suatu proses perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan yang lain. Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang terus berlanjut sepanjang hidup (Santrock, 2007). Anak, pada umumnya berkembang secara normal. Normal dalam hal ini dapat diartikan sebagai adanya kesesuaian antara pertumbuhan dan perkembangan dengan usia. Namun demikian, dalam kenyataannya ditemukan juga anak yang tergolong berbeda dengan anak normal. Anak yang tergolong luar biasa ini secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dalam fungsi kemanusiaannya. Dalam dunia pendidikan, anak anak tersebut dikategorikan sebagai anak luar biasa atau berkebutuhan khusus, karena menyimpang dari rata rata anak normal dalam hal ciri ciri mental, kemampuan fisik, perilaku sosial dan emosional, kemampuan komunikasi, maupun kombinasi dari hal hal yang disebutkan di atas (Mangunsong, 2009), atau dapat ditemukan pula dalam hal prestasi akademik (Schanella dan Mc Carthy, 2009). SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS Anak gifted tergolong anak berkebutuhan khusus. Dikategorikan anak berkebutuhan khusus karena berbeda dengan anak lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada adanya cirri cirri yang khas, yang menunjukkan pada keunggulan diri. Namun keunggulan yang menyebabkan ia disebut sebagai anak berkebutuhan khusus, selain sebagai kekuatan dalam dirinya sekaligus juga bisa menjadi kelemahan (Mangunsong, 2009). Gifted berarti adanya perbedaan dengan individu lain (Fornia, G.L., dan Frame, M.W., 2001). 1

Anak gifted merupakan sekelompok anak dengan kategori kecerdasan tertentu, yang dalam suatu populasi termasuk sebagai anak dengan kapasitas intelektual diatas rata rata. Dengan kapasitas intelektual yang berada di atas rata rata, pada umumnya anak gifted tergolong memiliki kemampuan yang lebih dalam menangkap materi pelajaran di sekolah dan tentunya dengan prestasi akademik yang menonjol pula. Pengertian anak gifted dari sudut pandang psikologi adalah anak yang memiliki keunggulan dalam beberapa hal dibandingkan dengan anak lainnya (Sternberg, 2011). Keunggulan tersebut diantaranya berupa kemampuan dalam hal menerima berbagai macam pengetahuan, daya ingat yang kuat, kreatif dan secara umum mampu mengeluarkan ide ide baru, serta keingin tahuan yang besar, perkembangan perilaku sosial yang cepat, memiliki rasa humor, dan juga memiliki jiwa kepemimpinan yang relatif tinggi dibandingkan dengan anak normal. Lebih lanjut menurut Sternberg pula, anak gifted memiliki kemampuan istimewa dan superior dibandingkan dengan teman teman seusianya. Keistimewaan tersebut dapat bervariasi mulai dari kecerdasan, kreativitas, kebijaksanaan, maupun keterampilan keterampilan lainnya. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Jackson, dkk ( 2009) yang menyampaikan bahwa anak gifted dibekali dengan kemampuan perkembangan yang lebih besar dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, baik dari sisi fisik, intelektual, imajinasi maupun emosional. TERLALU FOKUS INTELEKTUAL, LUPA DIMENSI AFEKSI Memahami begitu besarnya potensi yang dimiliki anak gifted, tentu saja peluang untuk mendapatkan kesuksesan dan masa depan yang lebih baik relatif lebih besar dibandingkan dengan anak anak normal pada umumnya. Potensi kapasitas tersebut tentu saja disadari oleh orang tua dan para guru. Namun demikian, terdapat situasi tertentu bahwa orang tua dan guru pada umumnya lebih memfokuskan pendidikan anak gifted pada kemampuan intelektual yang dimiliki, dibandingkan dengan perkembangan kondisi emosi dan sosial mereka (Bailey, 2012). Oleh karenanya muncullah kegagalan dalam perkembangan emosi dan sosial, yang cenderung berpengaruh pada pencapaian prestasi akademik juga, karena seperti diketahui bahwa perkembangan yang optimal seutuhnya merupakan proses yang dinamis antara aspek kognitif dan emosional didalamnya. 2

Akibat dari hal tersebut, terjadi ketimpangan dalam perkembangan psikososial anak gifted. Anak gifted didorong dan di dukung dengan berbagai hal untuk mengoptimalkan kapasitas intelektual yang dimiliki, seperti pengayaan materi pelajaran, percepatan dalam menyelesaikan tugas belajar, tuntutan untuk menghasilkan prestasi belajar / akademik yang membanggakan, dan juga mengikuti berbagai macam lomba dan kompetisi untuk menggali bakat bakat yang dimiliki. Di sisi lain, kadang kurang disadari, bahwa kekuatan tersebut dipengaruhi berbagai hal pula termasuk pengembangan aspek emosional, kepribadian dan sosial (Fornia dan Frame, 2001). Aspek aspek non intelektual tersebut tidak kalah pentingnya dari aspek intelektual atau kemampuan akademik, karena untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai hal kehidupan di masa depan, selain dipengaruhi oleh kapasitas intelektual, juga didukung oleh aspek aspel lainnya, dimana kondisi emosi dan kepribadian termasuk di dalamnya ( Goleman, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa untuk meraih keberhasilan di masa depan, selain membutuhkan aspek intelektual, individu juga diharapkan memiliki kapasitas kepribadian yang memadai serta memiliki kehidupan yang selaras dengan lingkungan sosialisasinya. Oleh karenanya, agar anak gifted dapat berkembang secara ideal, maka selain mengoptimalkan aspek intelektual akademik, juga diharapkan mengimbangi diri dengan berbagai skill maupun kecakapan. PERLU DIKEMBANGKAN KEHIDUPAN SOSIAL Salah satu hal yang dirasa perlu dikembangkan oleh anak gifted adalah terkait dengan kompetensi sosial untuk menguatkan kehidupan sosialnya. Seperti yang diungkapkan Hurlock (1980) bahwa anak harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih luas dan relatif baru, karena tidak hanya dengan keluarga saja tetapi sudah mulai meluas ke lingkup sosial yang lebih luas. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, anak harus banyak membuat banyak penyesuaian. Dari banyak penyesuaian yang harus dilakukan, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri terhadap nilai sosial yang baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kompetensi sosial dan afeksi menjadi semakin penting ketika anak anak mengakhiri masa kanak kanaknya dan mulai memasuki dan menginjak masa remaja, dan berkesinambungan sampai dengan masa dewasa dan lanjut usia. Kompetensi sosial merupakan suatu proses di mana individu memperoleh pengetahuan, 3

keterampilan, dan berbagai hal yang memampukan individu tersebut untuk berpartisipasi secara efektif sebagai anggota masyarakat. * Dosen Fak. Psikologi USM 4