BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangannya. 1 Allah berfirman :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. sebut tariqah artinya jalan, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang ini, pendidikan berbasis religius merupakan sebuah motivasi hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. 2

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku tersebut, seorang siswa dituntut untuk mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar dapat dilakukan secara tertib dan efektif. 1 Perubahan

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya lebih memperhatikan komponen-komponen pengajaran seperti. sarana dan prasarana pengajaran serta evaluasi pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 1

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran. Penggunaan metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh manusia semakin kompleks dan bervariasi. Oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. akan mengarah kepada tindakan seseorang. Oleh karena itu, penumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju. tidak akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. menentukan tinggi rendahnya kualitas dan nilai suatu negara, karena itu tujuan

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Strategi Modelling The Way

BAB I PENDAHULUAN. dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap. 1 Berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat. 1 Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. pada aspek metodologi pembelajaran. Guru masih bersifat normatif, teoritis dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses pendewasaan berfikir. Nilai demi nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya

BAB I PENDAHULUAN. kepada bagaimana peroses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. 1

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. tenaga pendidik/ tenaga pengajar yang tugas utamanya adalah mengajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran adalah sebagai aktivitas, dalam mengajar guru harus

BAB I PENDAHULUAN. mengambil peran sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang. tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. perlu adanya penyesuain-penyesuaian, terutama sekali yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga sulit dipelajari dengan tuntas. Oleh sebab itu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam buku M. Arifin dikatakan bahwa pendidikan agama islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahakan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. 1 Allah berfirman : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. 2 Pendidikan agama Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar) 3. Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan agama Islam bertujuan untuk membimbing dan mengarahkan manusia untuk selalu lebih baik, mengangkat derajatnya dengan mengembangkan potensi yang ia miliki. 1 M. Arifin, Ilmu Penddikan Islam, Jakarta : PT Bumi Aksara, 1989, h.22 2 Al-Qur an dan Terjemah,Surah An-Nahl, Ayat 78. 3 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2008, h.151. 1

Pendidikan agama tidak hanya mengajarkan ajaran agama kepada anak didik akan tetapi juga menanamkan komitmen terhadap agama yang dipelajarinya. Hal ini berarti bahwa pendidikan agama Islam memerlukan pendidikan yang berbeda dari pelajaran lain, karena di samping untuk mencapai penguasaan juga menanamkan komitmen. Maka metode yang di gunakan dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam harus mendapatkan perhatian yang khusus dan seksama daripada pendidik agama islam, karena memilki pengaruh yang sangat berarti terhadap keberhasilan siswa 4 Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi lima unsur yaitu: Al-Qur an, Aqidah, Syariah, Akhlak, dan Tarikh 5. Kelima inilah yang kemudian menjadi materi dalam pendidikan agama Islam. Seperti halnya di MTs Al-Hikmah Darussalam merupakan salah satu madrasah yang menerapkan Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran penting dalam kurikulumnya dimana MTs Al-Hikmah Darussalam menuangkan kelima unsur tersebut dalam lima mata pelajaran yang mencakup Pendidikan Agama Islam yaitu: Fiqih, Qur an Hadits, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab. Namun dalam penelitian ini akan membahas tentang penggunaan metode sosiodrama dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. 4 Depertemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Agama, Dirjen Bimbingan Islam, 1995, hh. 54-55 5 Depertemen Agama, Al-Qur andanterjemahannya, Bandung : As - Syaamil, 2005, h. 23 2

Islam memandang akhlak sangat penting dalam kehidupan bahkan Islam menegaskan akhlak ini merupakan misinya yang utama. Sehubungan dengan hal tersebut maka Islam memerintahkan agar orang tua mendidik tentang adab dan sopan santun. Islam juga menggariskan supaya orang tua membimbng anaknya agar memilki akhlak yang mulia, termasuk akhlak kepada tuhan dan sesama. 6 Menurut M. Athiyah Al-Abrasyi metode yang paling tepat untuk menanamkan akhlak kepada anak ada 3 macam, yaitu: 1. Pendidikan akhlak secara langsung, yaitu dengan cara mengpergunakan petunjuk, tuntutan, nasihat, menyebutkan manfaat dan bahaya-bahaya nya sesuatu, pada murid di jelaskan hal-hal yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat, menuntun kepada amal-amal baik, mendorong mereka berbudi pekerti yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela.. 2. Pendidikan akhlak secara tidak langsung, yaitu dengan jalan sugesti seperti menditekkan sajak-sajak yang mengandung hikmat kepada anakanak, memberikan nasihat-nasihat, dan berita-berita berharga, mencegah mereka membaca sajak-sajak yang kosong termasuk menggugah soalsoal cinta pelakon-pelakonnya. 3. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak dalam rangka pendidkan akhlak. Sebagai contoh, mereka memilki 6 M. Sudiyono, Ilmu Penidikan Islam, Jakarta, Rineka Cipta, 2009, h. 206. 3

kesenagan meniru ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, gerak-gerik orang orang yang berhubungan erat dengan mereka. 7 Pembelajaran Aqidah Akhlak berfungsi Memberikan kemampuan dan keterampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan penegetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman Akhlak Islami serta nila-nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pengalaman nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Fungsi tersebut tentunya dapat tercapai jika semua elemen yang berada di dalamnya berjalan dan berproses sesuai dengan rencana 8. Proses pendidikan merupakan usaha untuk mengubah dan membina kepribadian manusia dengan nilai-nilai baik yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan belajar pada dasarnya merupakan kunci paling esensial dalam setiap usaha pendidikan. Belajar bisa membuat seorang sebelumnya tidak tahu dan mengerti menjadi tahu dan mengerti. 9 Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Proses pembelajaran dalam pendidikan agama islam, sebenarnya menggunakan prinsip-prinsip umum proses pembelajaran yang di kemas secara Islami. Komponen-komponen yang terlibat secara umumnya sama, yaitu mencakup tujuan, bahan, metode, alat evaluasi, termasuk siswa dan gurunya. 10 7 Ibid, hh. 211-213 8 Depag RI, Kurikulum dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak, Jakarta, Depertemen Agama, 2003, h. 2. 9 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung, Rosda Karya, 1990, h. 84. 10 Tohirin, Op. cit, 2008, h. 18 4

Belajar adalah suatu proses yang sangat kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang itu yang memungkinkan disebabkan oleh terjadinya perubahan tingkah pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. 11 Menurut Abdurrahman hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh anak didik setelah melalui kegiatan belajar. 12 Dalam belajar di hasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan, sikap, ketarampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Hasil belajar adalah apa yang telah tercapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. 13 Hasil belajar sebagai tolok ukur berhasil atau tidaknya pembelajaran menjadi acuan bagi setiap guru untuk meningkatkan kinerjanya sebagai seorang pendidik. Zakiah Derajat mengatakan bahwa untuk pengajaran agama Islam perlu metodik khusus. Dalam hal ini metodik adalah suatu cara atau siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu pelajaran agar siswa dapat memahami, mengetahui, mempergunakan dan menguasai bahan pelajaran h.37 11 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Press, 2010, h. 1 12 Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, 13 Ibid. h. 9 5

tersebut. 14 Pengertian lain dapat di katakan bahwa metode mengajar adalah cara penyampain tujuan pembelajaran. 15 Ada beberapa metode dalam pengajaran yaitu: metode ceramah, metode diskusi, eksperimen, pemberian tugas, sosiodrama, drill, kerja kelompok, tanya jawab, dan lain lain. 16 Diantara metode metode yang telah di sebutkan memang tidak ada yang di golongkan mana yang lebih baik karena itu semua harus di sesuaikan dengan materi yang akan di sampaikan. Dan di usahakan agar dalam menyampaikan materi pendidikan anak didik mampu menyerap kesan tentang keimanan dan perbuatanperbuatan yang terpuji menurut islam 17, firman Allah SWT : Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. 18 Dalam mengajarkan agama Islam maka harus di gunakan metode yang betul-betul dapat mengarahkan anak didik untuk dapat meyakini ajaran agama Islam serta menjalankan syari at syari atnya. Salah satu metode yang dapat di gunakandalam pengajaran agama Islam adalah metode 14 Zakiah Derajat Dkk, Metode Khusus Pengajaran Agaam Islam, Jakarta: Bumi Aksaradan Dirjen Lembaga Islam, 1995, h. 1 15 Oemar Hamalik, Pengajaran Unit Studi Kurikulum Dan Metodologi, Jakarta:Alumni, 1981, h.81 16 Zakiah Derajat, Op. Cit, 1995, h. 183 17 Alfiah, Hadis Tarbawi, Pekanbaru, Al Mujtahadah Press, 2010, h. 166 18 Al- qur an Terjemah, Surat Al-Ashar, ayat 1-3 6

sosiodrama. 19 Metode ini sebagai prinsip dasarnya terdapat di dalam al- Qur an, dimana terjadinya suatu drama yang sangat mengesankan antara Habil dan Qabil, firman Allah SWT : 20 Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.. 21 Menurut Zuhairini metode sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peran lebih menekankan pada kenyataan dimana para murid diikut sertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan sosial. Metode semacam ini dapat di gunakan dalam pendidikan agama, terutama dalam bidang Akhlak dan Sejarah Islam. Karena dengan meode ini anak-anak akan lebih bisa menghayati tentang pelajaran yang di berikan. Misalnya: dalam menerangkan bagaimana sikap seorang muslim terhadap fakir miskin, atau 19 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Padang: Kalam Mulia, 1990, h. 176 20 Depertemen Agama, Mushaf Al-Qur an dan Terjemah, Jakarta Timur : Pustaka Al- Kautsar, 2009, h. 112. 21 Al- qur an Terjemah, Surat Al-Maidah, Ayat 31 7

dalam merekonstruksikan peristiwa sejarah Islam, tentang peristiwa awal mula Umar Bin Khattab memeluk Islam, dan sebagainya. 22 Penegertian yang lain sosiodrama adalah penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosial yang kemudian di minta beberapa murid untuk memerankannya. 23 Dari pengertian di atas penulis memahami bahwa metode sosiodrama adalah metode yang memakai cara yang tersendiri, yaitu dengan memperagakan suatu drama dengan menuntut keaktifan siswa dalam materi pelajaran yang khususnya meteri pelajaran tentang kisah-kisah problematika masyarakat. Seperti cerita Habil dan Qabil yang telah di sebutkan di atas, adab bertamu, adab bertetangga dan lain-lain. Berdasarkan hasil observasi peneliti di MTs Al-Hikmah Darussalam, terlihat bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak masih tergolong rendah, guru cenderung menggunakan metode ceramah. Hal yang di lakukan guru yaitu menjelaskan materi, memberi contoh, memberi latihan dan memberikan pekerjaaan rumah. Dilain pihak, siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya. Kondisi yang demikian menjadikan guru sangat aktif tetapi sebaliknya siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. 22 Zuhairini Dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1981, hh. 90-91 23 Ramayulis, Op Cit, 2005, h. 341 8

Rendahnya hasil belajar siswa itu dapat dilahat dari gejala-gejala sebagai berikut: 1. Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apakah sudah mengerti apa belum dari bahan yang telah di berikan.. 2. Siswa lebih banyak bermain di belakang ketika pembelajaran sedang berlangsung. 3. Adanya guru bidang studi Aqidah Akhlak yang tidak menjelaskan tujuan pembelajaran. 4. Adanya guru bidang studi Aqidah Akhlak yang tidak memotivasi siswa untuk melibatkan diri secara aktif dalam pembelajaran. 5. Guru bidang studi Aqidah Akhlak menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah. 6. Sebagian siswa merasa cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran Aqidah Akhlak. 7. Adanya hasil belajar siswa yang belum mencapai standar ketuntasan minimal. 8. Guru bidang studi Aqidah Akhlak tidak memberikan kesimpulan ketika akhir pembelajaran. Berdasarkan gejala-gejala di atas maka penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini dengan judul : Pengaruh Penggunaan Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di MTs Al-Hikmah Darussalam Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir. 9

B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka ada beberapa istilah yang penulis jelaskan, yaitu: 1. Metode Sosiodrama Metode sosiodrama adalah suatu drama tanpa naskah yang akan di mainkan oleh sekolompok orang. Biasanya permasalahannya cukup diceritakan dengan singkat dalam tempo empat atau lima menit, kemudian anak menerangkannya. 24 Metode sosiodrama yang penulis maksud di sini adalah metode yang memakai cara yang tersendiri, yaitu dengan memperagakan sesuatu drama dengan menuntut keaktifan siswa dalam materi pelajaran yang khususnya meteri pelajaran tentang kisah-kisah problematika masyarakat. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah terjadi proses pembelajaran yang di pengaruhi oleh faktor dari dalam diri peserta didik maupun dari luar. 25 Hasil belajar dalam penelitian ini di khusususkan pada hasil belajar siswa dalam menggunakan metode sosiodrama secara efektif. 24 Muhammad BasyiruddinUsman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h. 51 25 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009, h. 147 10

C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : a. Pelaksanaan pembelajaran Metode Sosiodrama oleh guru Aqidah Akhlak di MTs Al-Hikmah Darussalam Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir terdapat belum maksimal. b. Hasil belajar Aqidah Akhlak siswa masih tergolong rendah. c. Kurangnya pemahaman siswa dalam belajar Aqidah Akhlak. d. Usaha yang dilakukan guru belum dapat meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa. 2. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya persoalan-persoalan yang timbul dalam kajian ini seperti yang penulis paparkan di atas, maka penulis memfokuskan pada Pengaruh Penggunaan Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dalam Hal Ini Di Batasi Dengan Materi Pelajaran Akhlak Di MTs Al-Hikmah Darussalam Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan. Apakah ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan Metode Sosiodrama terhadap hasil 11

belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al-Hikmah Darussalam Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir? D. Turjuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sacara garis besar adalah untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata PelajaranAqidah Akhlak di Mts Al-Hikmah Darussalam Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan bagi penulis adalah untuk menambah pengetahuan, keterampilan, cakrawala berfikir dan wawasan penulis dalam kajian ilmiah. b. Secara akedemik teoritis, diharapakan dapat memperkaya khasanah pengetahuan c. tentang Pengaruh Penggunaan Metode SosiodramaTerhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al- Hikmah Darussalam Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir d. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai Pengaruh Penggunaan Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al-Hikmah Darussalam Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir. 12

e. Sebagai masukan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran di MTs Al- Hikmah Darussalam Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir. 13