BAB V KESIMPULAN. human trafficking di Indonesia yang berkedok dengan menjadi TKI di luar negeri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi gangguan keamanan tidak hanya diakibatkan oleh

BAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE. CARE sebagai Non-Government Organization. Pembahasan tentang sejarah baik dari

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB V PENUTUP. Skripsi ini menjelaskan mengenai strategi Migrant CARE dalam

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. membuktikan bahwa pemerintah Indonesia belum mampu memberikan

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Bab 5. KESIMPULAN dan SARAN

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

BREBES, 20 AGUSTUS Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua dan saya ucapkan selamat pagi.

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 30 TAHUN 2014

BAB V PENUTUP. dalam mengadvokasi buruh migran perempuan Indonesia di Malaysia dalam

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

RISALAH KEBIJAKAN PENYUSUN: ENY ROFI ATUL NGAZIZAH

BAB IV UPAYA MIGRANT CARE DALAM ADVOKASI TENAGA KERJA INDONESIA DI ARAB SAUDI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT

BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 92 TAHUN 2009 TENTANG DATABASE PENCATATAN DAN PELAPORAN PENANGGANAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS pada Buruh Migrant ( ) Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH Sekretaris - KPAN Jakarta 19 Juli 2011

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, masih terjadi aktus women trafficking secara masif. Women trafficking

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER

ASPEK-ASPEK HUKUM DAN HAM TERKAIT PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. menghadapinya. Menurut Reivich dan Shatte (2002), bahwa kapasitas seseorang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV DEKSKRIPSI LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

LATAR BELAKANG. Click to edit Master subtitle style

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KEP/MENKO/KESRA/IX/2009 TENTANG

KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban. Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012

I. PENDAHULUAN. terbuka itu. Begitu pula dengan jumlah masyarakat miskin yang pada tahun 2013

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang seperti teknologi, sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tamba

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia

ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

Mewaspadai Modus Operandi Human Trafficking (Perdagangan Orang) Dan Strategi Penanggulangannya

Ringkasan Proyek TUJUAN MITRA UTAMA JANGKA WAKTU. 3 tahun (2014 September 2017) Regional International Domestic Workers Federation (IDWF) DONOR

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Dampak yang dihasilkan oleh globalisasi bisa positif dan bisa pula negatif. Salah

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

Analisa Media Edisi November 2013

Institute for Criminal Justice Reform

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kondisi human trafficking di Indonesia yang berkedok dengan menjadi TKI di luar negeri masih banyak terjadi, walaupun dengan lahirnya RAN-P3A tersebut serta disetujuinya RUU untuk melindungi anak-anak dari perdagangan, maka status Indonesia dalam pemberantasan perdangangan manusia meningkat dari Tier 3 menjadi Tier 2. Namun hal ini belum menuntaskan masalah human trafficking seutuhnya, karena banyak sekali korban human trafficking yang masih tersembunyi atau tidak melapor akan kasusnya. Salah satu cara untuk mengatasi kasus human trafficking yang berkedok dengan menjadikan TKI di luar negeri, pemerintah telah menetapkan UU nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan TKI, namun isi UU tersebut masih mewarisi ketentuan-ketentuan pengerahan tenaga kerja masa Orde Baru yang sifatnya pengerahan dan penguasaan, bukan perlindungan. Untuk itulah, diperlukan implementasi ratifikasi konvensi tersebut dalam kebijakan-kebijakan yang lebih konkrit dan operasional serta menjadi panduan politik luar negeri dalam diplomasi perlindungan pekerja migran Indonesia di ranah internasional. Dalam kerangka instrumen nasional, Indonesia dalam melakukan penanggulangan perdagangan orang melalui beberapa cara, yaitu membuat Rencana Aksi Nasional penghapusan perdagangan perempuan dan anak, saat ini kebijakan tersebut digantikan dengan Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2008 mengenai pembentukan gugus tugas pencegahan dan penanganan tindak pidana trafficking. Gugus Tugas Pusat (GTP) sebagai lembaga koordinatif yang bertugas 77

mengkoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan tindak pidana trafficking ditingkat nasional. Itikad baik dari pemerintah untuk membentuk GTP dalam menanggani human trafficking ini sudah bagus, dan hampir seluruh lembaga Negara dilibatkan dalam pembentukan GTP ini. Namun yang menjadi persoalan adalah sejak dibentuknya GTP pada tahun 2008, karena GTP sifatnya masih lintas kementrian dan lembaga, sehingga implementasinya hanya dilingkup masing-masing kementrian. Dan kurang adanya sinergi yang kuat antar lembaga untuk memberantas dan menangani human trafficking ini. Hal ini disebabkan sesama anggota merasa telah melakukan tugasnya dengan baik, namun hal yang kita temui dilapangan adalah kurang tanggapnya pemerintah dalam mengatasi kasus human trafficking ini. Kasus human trafficking yang menimpa pada pekerja migran Indonesia yang masih merupakan masalah besar bagi para TKI ini memerlukan berbagai upaya penangganan trafficking dari aspek ligitasi maupun nonligitasi. Dan juga memerlukan peran aktor selain negara karena kasus human trafficking ini sangat komplek perlu keterlibatan oleh berbagai stakeholders, baik pemerintah maupun non pemerintah. Salah satu aktor non pemerintah adalah NGO s, NGO sebagai salah satu kekuatan sosial yang lahir di masyarakat sebagai respon terhadap persoalan dinilai mampu untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dan merespon isu-isu global untuk di tangani bersama. Migrant Care adalah NGO yang mengadvokasi permasalahan pekerja migran di luar negeri salah satunya yaitu permasalahan human trafficking yang 78

menimpa pekerja migran Indonesia. Migrant Care sebagai NGO telah mematuhi humanitarian principles yang di menjadi kerangka acuan bagi aktor kemanusian, yaitu pertama prinsip humanity. Semua program Migrant Care dijalankan sesuai kode etik lembaga untuk mencegah dan mengurangi perderitaan serta penghormatan para korban. Hal ini dilakukan dengan cara pengadvokasian para korban diranah hukum untuk mendapatkan hak-hak yang sepatutnya menjadi milik korban. Dan Migrant Care juga berusaha masuk pada ranah politik dengan melaksanakan advokasi kebijakan nasional, advokasi kebijakan lokal dan advokasi publik, Hal ini diharapkan agar perlindungan dan pencegahan human trafficking dapat tertangani secara maksimal dan masayarakat luas mempunyai tanggung jawab juga untuk bersolidaritas terhadap pekerja migran. Kedua prinsip neutrality dapat dilihat dari sikap Migrant Care yang tidak berpihak dalam permusuhan yaitu antara pekerja migran dengan majikan dan pihak penyalur yaitu PJTKI dan Agency serta dengan pemerintah (BNP2TKI dan Kemenlu). Migrant Care tetap mengedepankan kepentingan korban untuk mendapatkan hak-hak yang semestinya korban peroleh. Dan prinsip yang ketiga impartiality yaitu aksi kemanusiaan yang dijalankan Migrant Care dilakukan atas dasar tidak membeda-bedakan kasus pekerja migran berdasarkan perbedaan atas dasar kebangsaan, ras, jenis kelamin, keyakinan agama, kelas atau pendapat politik. Semua kasus yang menimpa pada pekerja migran di usahakan secara maksimal untuk mendapatkan pendampingan. Dan yang terakhir prinsip independence yaitu kemandirian Migrant Care, walaupun dalam menjalankan aksi kemanusiaannya Migrant Care bekerja sama dengan pemerintah maupun NGO s lainnya dan lembaga donor yang lain namun otonomi Migrant Care ditegakkan, 79

Migrant Care tidak mau untuk di dekte donor dan berhati-hati dalam memilih donor, hal ini agar terhindar dari tujuan politik, ekonomi, atau lainnya. Humanitarian principles sebagai kerangka acuan aktor kemanusiaan ini sangat penting, karena implementasi dan kejiannya bisa dilihat dalam hal bagaimana hal itu melandasi aksi kemanusiaan NGO tersebut dengan memaksimalkan network dan hukum internasional maupun hukum nasional disetiap negara membela korban dalam hal ini yaitu korban human trafficking. NGO yang mengikuti kerangka humanitarian prinsiples ini akan membangun identitas dan kredibilitas di lingkungannya,baik masyarakat maupun pemerintah. NGO yang memiliki visi, misi, tujuan dan sasaran, harus menjalankan strategi untuk mencapainya. Sehingga NGO sangat membutuhkan kredibilitas dari masyarakat nasional maupunin ternasional dalam menjalankan aksi kemanusiaannya. Karena NGO yang lahir tanpa konsep yang jelas, dengan ideologi yang didasari suatu kepentingan tertentu akan sulit berkembang, dan jika masanya sudah habis akan hilang dengan sendirinya. Kondisi ini sebagai suatu proses alam, di mana eksistensi suatu NGO yang tidak memiliki platform yang jelas akan tersingkir oleh anggapan miring masyarakat. NGO yang menggunakan acuan prinsip yang jelas dalam menangani korban human trafficking akan mempunyai power (kekuatan) dan kapasitas yang cukup untuk mempengaruhi kebijakan, kekuatan untuk mencari donor serta mendapatkan kepercayaan di tengah-tengah masyarakat. Dan Hal ini lah yang terjadi pada Migrant Care, Migrant Care sebagai salah satu NGO yang bergerak di bidang kemanusian secara tidak langsung NGO tersebut bisa menjadi model atau percontohan bagi NGO s yang lain untuk mengikuti acuan platform yang bisa 80

diadopsi dari UNOCHA (humanity, neutrality, impartiality dan independent) dan bisa dikembangkan dengan prinsip-prinsip yang lain di luar itu juga. Adapun pola pengelolaan dan penanganan isu human trafficking di Indonesia yang dapat ditangani secara sinergi baik aktor negara maupun non negara untuk merumuskan lagi pemberantasan dan pencegahan praktek human trafficking yang berbasis pada keperluan korban. Dan NGO s yang bergerak dalam isu human trafficking berkolaborasi untuk menjadi agen pengawasan dan perlindungan para korban human trafficking yang berkedok penempatan TKI ini. Selain adanya peran aktor negara maupun non negara dalam penanganan kasus human trafficking ini. Di lain pihak masyarakat juga harus diberikan akses untuk membantu Pemerintah karena masyarakat memiliki peran sangat penting dalam proses perlindungan TKI dari berbagai pelanggaran hak dan modus trafficking. Sehingga masyarakat bisa mengontrol proses perekrutan agar tidak terjadi perdagangan orang (trafficking). Masyarakat juga bisa berperan mengawasi agen pengiriman tenaga kerja migran. Di sisi lain, suara masyarakat sangat dibutuhkan dalam menuntut negara untuk dapat memenuhi kewajibannya dalam memberikan perlindungan terhadap para TKI. 81