Bab III Metodologi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

IDENTIFIKASI BAHAYA PAPARAN PANAS PADA PEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA INDUSTRI STRATEGIS PT X TESIS

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab IV Metodologi Penelitian

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI STRESS PADA DEPARTEMEN QUALITY CONTROL PT PACIFIC PALMINDO INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016

Pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

TEKANAN PANAS DAN METODE PENGUKURANNYA DI TEMPAT KERJA

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PAPARAN TEKANAN PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA PEKERJA BAGIAN COR CETAK PT. SUYUTI SIDOMAJU CEPER KLATEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANGAN FASILITAS KERJA AKIBAT PANAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DI PABRIK TAHU. William NIM

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

BAB V HASIL PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Armstrong LE, Maresh CM. (1991), The Introduction and Decay of Heat Acclimatization in Trained Athlete, Sport Med 12: pp

ANALISIS RISIKO KESEHATAN PAJANAN DEBU TERHADAP NILAI FEV 1.0 PEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA PT. X TESIS

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR TEKANAN PANAS DI INDUSTRI MEBEL CV.GION & RAHAYU KARTASURA, SUKOHARJO JAWA TENGAH

PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 4cm. 5 spasi (single)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 DATA METEOROLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

PENGARUH IKLIM TENAGA KERJA. Tbk, Disusun Oleh : J PROGRAM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi Penelitian Pengumpulan Bahan Penelitian. Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui :

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

BAB III METODE PENELITIAN

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

IV-138 DAFTAR ISTILAH

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

ANALISA VALIDASI PERALATAN METEOROLOGI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DI STASIUN METEOROLOGI SAM RATULANGI oleh

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KESEHATAN LINGKUNGAN INDUSTRY TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI PT. X CIBITUNG, BEKASI

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei Juni 2015 di kandang ayam broiler milik

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

ANALISIS HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP TERJADINYA STRES KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI BENGKEL LAS DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2013

AUDIT THERMAL LINGKUNGAN KERJA OPERATOR PEELER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DI PT.MAHAKARYA INTI BUANA TESIS. Oleh WILLY TAMBUNAN NIM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari tahapan analisis risiko yaitu identifikasi bahaya yang dilakukan dengan beberapa tahap yaitu studi kondisi lapangan, pengumpulan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder, pengolahan data dengan menggunakan analisa statistik. Tahapan penelitian dilakukan seperti yang terlihat pada Gambar III.1. start Studi kondisi lapangan. proses kerja. lokasi penelitian Pengumpulan data Data primer Data sekunder Pengolahan data. statistika. analisa risiko kesehatan Analisa data. Menilai kesepadanan antara kelompok yang diteliti. Menghitung hazard index. Mengevaluasi paparan di lingkungan kerja dengan menghitung index-index panas. Menghitung risiko relatif dan risiko atribut Kesimpulan & saran Gambar III.1. Diagram alir metode penelitian 33

III.1 Studi Kondisi Lapangan Studi kondisi lapangan dilakukan untuk mengetahui proses kerja yang terdapat di industri strategis PT.X yang bertujuan untuk penentuan unit yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian. Lokasi penelitian dilakukan di unit COR I dan II serta TEMPA yang digunakan sebagai pembanding III.2 Pengumpulan Data III.2.1 Data Primer III.2.1.1 Penentuan Lokasi Pengukuran Lokasi pengukuran faktor-faktor lingkungan dilakukan di lokasi peleburan logam dan lokasi pengecoran unit COR I dan II tempat pekerja melakukan kegiatan kerja. Untuk unit TEMPA di lakukan di tempat pekerja melakukan aktivitas kerja. Gambar berikut menunjukkan lokasi pengukuran faktor-faktor lingkungan yang dilakukan: Disamatic Line Shake Out Melting Furan Line Shake Out Finishing 1'-2 1/4" Gambar III.2. Skema lokasi pengukuran di unit COR I 34

7'-4 1/16" 28'-0" 6'-4" 3'-6" 7'-1 7/8" 3'-9 1/4" 5'-0" 11'-4" 9'-3" Finishing 18'-9" Cetak Pasir Melting 1'-9" 1'-4" Olah Pasir Gambar III.3. Skema lokasi pengukuran di unit COR II Perkakas PAB PAB Perkakas Perkakas Gambar III.4. Skema lokasi pengukuran di unit TEMPA III.2.1.2 Penentuan Pekerja Pekerja yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama adalah pekerja yang bekerja dengan kondisi terpapar panas di lokasi peleburan dan pengecoran unit COR I dan II atau yang dapat disebut kasus. Kelompok kedua adalah pekerja yang bekerja dengan kondisi yang tidak terpapar 35

panas di lokasi TEMPA atau yang disebut sebagai kontrol. Sampel dalam masing masing kelompok sebanyak 24 pekerja. Pekerja yang terlibat dalam penelitian baik kelompok kasus maupun kontrol sebaiknya memiliki atribut yang komparabel atau seragam. Adapaun atribut tersebut adalah umur, lama kerja, dan berat badan. Cara yang digunakan untuk memperoleh data atribut pekerja yaitu dengan penyebaran kuesioner kepada dua kelompok pekerja. Struktur kuesioner dapat dilihat pada lampiran A. III.2.1.3 Pengukuran Kondisi Eksternal Lingkungan Pengukuran kondisi eksternal lingkungan meliputi pengukuran temperatur kering dengan menggunakan termometer kering, temperatur basah dengan menggunakan termometer basah, temperatur radiasi dengan menggunakan termometer radiasi/globe, kelembaban dengan menggunkan hygrometer, kecepatan angin dengan menggunakan anemometer serta tekanan udara dengan menggunakan barometer. Berikut adalah gambar peralatan yang digunakan pada penelitian: Gambar III.5. Globe Gambar III.6. Automatic blood pressure Gambar III.7. Kalorimeter Gambar III.8. Hygrometer 36

Gambar III.9. Anemometer Gambar III.10. Sling pyschometer Gambar III.11. Barometer III.2.1.4 Pengukuran Kondsi Kesehatan Pekerja Pengukuran kondisi kesehatan pekerja dilakukan untuk mengetahui pengaruh kesehatan pekerja akibat paparan panas yang diterimanya selama bekerja. Pengukuran yang dilakukan terdiri: 1. Pengukuran temperatur tubuh dengan menggunakan termometer tubuh 2. Tekanan sistolik, tekanan diastolik, dan denyut nadi dengan menggunakan automatic blood pressure. Pengukuran dilakukan terhadap dua kelompok sebanyak 2 kali sesaat sebelum bekerja dan sesaat setelah bekerja. III.2.2 Data Sekunder Data sekunder digunakan sebagai data pendukung yang diperlukan dalam penelitian yang terdiri dari data gambaran umum perusahaan, proses kerja dan lain lain. Data sekunder ini diperoleh dari industri strategis PT.X. III.3 Analisis Data III.3.1 Analisis Statistik Analisis statistik digunakan untuk menghitung kesepadanan antara dua kelompok yang diteliti berdasarkan atribut yang dimiliki oleh masing masing kelompok, 37

melihat perbedaan kondisi lingkungan antara lokasi yang terpapar panas dengan yang tidak terpapar panas serta melihat perbedaan kondisi kesehatan yang dimiliki oleh pekerja yang terpapar panas suhu ekstrim dengan yang tidak terpapar panas suhu ekstrim. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik inferensi terhadap dua rata rata populasi dengan menggunakan uji t (paired sample t test dan independent t test) yaitu uji yang dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan (paired); sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sampel, namum mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, seperti subjek A akan mendapatkan perlakuan I kemudian perlakuan II dan independent atau bebas berarti tidak ada hubungan antara dua sampel dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (mean) antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua sampelnya. Pada statistik inferensi dilakukan berbagai analisis yang mengarah ke sebuah pengambilan keputusan melalui estimasi, peramalan (forecast) dan uji hipotesis (Santoso, 2007). Namun yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah peramalan dan uji hipotesis dengan dasar keterbatasan peralatan penelitian dan keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian. III.3.2 Pengukuran Indeks Tekanan Panas III.3.2.1 Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) Nilai ISBB diperoleh melalui hubungan antara: a. temperatur kering ( o C) b. temperatur basah ( o C) c. temperatur radiasi/bola ( o C) yang kemudian dihitung menurut persamaan (2.5) dan (2.6) seperti berikut ini: Untuk tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara langsung ISBB = 0.7sba + 0.2sb + 0.1s Untuk tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari ISBB = 0.7sba + 0.3sb 38

ISBB yang diperoleh dibandingkan terhadap NAB untuk memperoleh indeks bahaya. III.3.2.2 Belding-Hatch Index Metode ini relatif lebih mudah digunakan. Nilai indeks tekanan panas ini diperoleh melalui hubungan antara: a. Metabolisme/beban kerja (W/m 2 ) dengan asumsi area permukaan tubuh setiap pekerja sama yaitu 1,8 m 2 b. Temperatur radiasi/bola ( o C) c. Kecepatan angin (m/s) d. Tekanan (kpa) e. Temperatur udara/kering ( o C) Metode Belding Hatch Index juga dapat digunakan untuk menghitung waktu paparan yang diperbolehkan (Allowable Exposure Timest) dengan menggunakan persamaan yang tertera pada Tabel II.3. Berikut ini merupakan konversi nilai dari faktor-faktor yang digunakan dalam metode ini: 1. 1 Kilokalori = 3,97 BTU 2. 1 BTU = 0,293 watt-jam 3. 1 hpa = 0,1 kpa III.3.2.3 Heat Index Heat index adalah sebuah indeks yang mengkombinasikan temperatur udara dan kelembaban relatif untuk menentukan temperatur panas yang dirasakan pekerja seperti terlihat pada Gambar III.11. Berikut ini adalah persamaan untuk menghitung Heat Index dalam derajat Fahreinheit ± 1,3 o F. Persamaan berikut dapat digunakan hanya pada saat nilai temperatur minimal 80 o F (Rothfusz,1990) HI = C 1 + C 2 T + C 3 R + C 4 TR + C 5 T 2 + C 6 R 2 + C 7 T 2 R + C 8 TR 2 + C 9 T 2 R 2 (4.1) HI = Heat Index ( o F) T = Temperatur kering ( o F) 39

R = Kelembaban relatif (%RH) C 1 = -42,379 C 2 = 2,04901523 C 3 = 10,14333127 C 4 = -0,22475541 C 5 = -6,83783 x 10-3 C 6 = -5,481717 x 10-2 C 7 = 1,22874 x 10-3 C 8 = 8,5282 x 10-4 C 9 = -1,99 x 10-6 Konversi satuan: o F = [(9/5) o C + 32 o ] Gambar III.12 Nilai Heat Index yang diperoleh berdasarkan hubungan antara temperatur udara dan kelembaban relatif Sumber: (NOAA's National Weather Service, 2006) III.3.3 Perhitungan Nilai Hazard Index, Risiko Relatif (RR), dan Risiko Atribut (AR) Studi yang digunakan dalam identifikasi bahaya adalah dengan menggunakan studi epidemiologi yang bersifat observasional dengan menggunakan model cross-sectional atau yang disebut juga studi prevalesi karena yang diukur adalah prevalensi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahawa pekerja yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, maka pada akhirnya akan 40

dilakukan perbandingan antara dua kelompok tersebut berupa matriks 2x2 untuk menghitung nilai RR, AR terhadap parameter kesehatan pekerja. (4.2) (4.3) RR AR Ie Io = risiko relatif = risiko atribut = insiden terpapar = insiden tidak terpapar Dalam penelitian ini juga dilakukan perhitungan nilai Hazard index yang mana apabila nilainya besar dari 1 maka paparan panas dapat dinyatakan berbahaya begitu juga sebaliknya. (4.4) HQ = Hazard Quotient ADD = dosis yang diterima RfD = nilai ambang batas (NAB) Nilai Hazard Index diperoleh setelah mendapatkan nilai Hazard Quotient (4.5) HI HQ = Hazard Index = Hazard Quotient 41