BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
PANEL SURYA dan APLIKASINYA

Gambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan)

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPU TENAGA SINAR MATAHARI. Tugas Projek Fisika Lingkungan. Drs. Agus Danawan, M. Si. M. Gina Nugraha, M. Pd, M. Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

ELEKTRONIKA. Bab 2. Semikonduktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. : Struktur Modul Termoelektrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI PERTANIAN PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS DC PADA SOLAR CELL

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV)

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

pusat tata surya pusat peredaran sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim

II. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DAN SISTEM DISTRIBUSI KE PELANGGAN

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

PENGARUH SERAPAN SINAR MATAHARI OLEH KACA FILM TERHADAP DAYA KELUARAN PLAT SEL SURYA

PENINGKATAN EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN REFLEKTOR PARABOLA

BAB II DASAR TEORI. manusia untuk memperoleh energi listrik tanpa perlu membakar bahan bakar fosil

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Antiremed Kelas 12 Fisika

KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA

Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Bumi Indonesia Tahun dan Prediksi Untuk Tahun

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

PLTS. Pembangkit listrik yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penghasil listrik. (Sumber : Buku Paket Kelas XI, Yudhistira)

PENGUKURAN KARAKTERISTIK SEL SURYA

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN SEL SURYA DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI PADA AREA GEDUNG K.H. MAS MANSYUR SURAKARTA

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

Gambar 3.1 Struktur Dioda

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SEL SURYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wida Lidiawati, 2014

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kebutuhan akan energi listrik yang terus meningkat dan semakin

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Sepeda Hybrid Berbasis Tenaga Pedal dan Tenaga Surya

12/18/2015 ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN

ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

UM UGM 2017 Fisika. Soal

BAB IV PERHITUNGAN SOLAR COLLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

Pertanyaan Final SMA (wajib 1)

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

Solar Energy Conversion Technologies

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

STUDI ORIENTASI PEMASANGAN PANEL SURYA POLY CRYSTALLINE SILICON DI AREA UNIVERSITAS RIAU DENGAN RANGKAIAN SERI-PARALEL

STRUKTUR CRISTAL SILIKON

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

SKRIPSI PERBANDINGAN PERFORMANSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MEDIA CERMIN TERPUSAT DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA CERMIN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

5.1. Perhitungan Radiasi Surya

D. 2 N E. 1 N. D. (1), (2) dan (3) E. semuanya benar

2 A (C) - (D) - (E) -

Antiremed Kelas 12 Fisika

Mata Pelajaran : FISIKA

Copyright all right reserved

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA RANCANGAN SEL SURYA DENGAN KAPASITAS 50 WATT UNTUK PENERANGAN PARKIRAN UNISKA ABSTRAK

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI Defenisi Umum Solar Cell

Transkripsi:

5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Energi Surya 2.1.1 Pengertian Energi Surya Energi surya adalah berupa energi panas cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan jika dipergunakan dengan tepat. Seperti penggunaan photovoltaic sebagai pembangkit listrik tenaga surya yang bisa langsung dikonversikan ke energi lain, seperti energi cahaya matahari langsung di konversi ke energi listrik melalui panel surya. Kelebihan dan kekurangaan Energi surya (DESDM, 2005). Kelebihan : 1. Panel Surya tidak memerlukan bahan bakar kimia. 2. Energi surya ramah lingkungan serta dapat diperbaharui atau bisa disebut energi yang tak terhingga sumber dayanya. 3. Energi surya dapat digunakan pada tempat terpencil atau di pelosok desa yang tidak dapat di jangkau oleh aliran listrik Negara dengan pemasangan panel surya pada rumah-rumah warga. 4. Energi surya bebas dari sistem pemeliharaan berjangka maupun harian. 5. Energi surya sangat efisien pada penempatannya seperti dapat di gunakan pada pelosok desa sekalipun yang sangat terpencil. 6. Energi yang di hasilkan oleh panel surya tidak akan menghasilkan polusi. Kekurangan : 1. Energi surya bergantung pada waktu musim panas kisaran bulan tertentu. 2. Efisiensi energi surya masih bergantung pada posisi matahari pada lokasi tersebut. 3. Masih belum maksimalnya penyerapan energi surya pada panel yang di akibatkan belum adanya penambahan alat pemusat sinar matahari pada panel surya.

6 2.1.2 Waktu Pergerakan Matahari Bumi bergarak memutari matahari dalam suatu orbit yang berbentuk elips hampir berupa lingkaran sempurna. Titik terdekat bumi antara matahari terdapat pada tanggal 21 desember yang jaraknya berkisar bumi 1,45 x 10 11 m dari matahari, namun bumi memiliki titik terjauh dari matahari yang di akibatkan perputaran bumi yang melintasi orbit yang berbentuk elips sehingga titik terjauhnya terdapat di tanggal 22 juni, pada titik tersebut bumi berharak sekitar 1,54 x 10 11 m dari matahari. Matahari memiliki rata-rata waktu ialah waktu matahari setempat jika bumi bergerak mengelilingi matahari dengan kecepatan konstan melalui orbit. Orbit yang bergerak elips itu menunjukkan bahwa bumi tidak bergerak dengan kecepatan konstan dasn pada berbagai waktu matahari timbul lebih cepat atau lebih lambat dari waktu yang di perkirakan matahari rata-rata timbul. Perbedaan waktu matahari sebenarnya dengan rata-rata matahari rata-rata di sebut dengan persamaan waktu. Gambar 2.1 Perputaran Bumi terhadap Matahari. Sumber : (Surya, 2008)

7 Waktu pangkal yang ditetapkan adalah waktu yang berlaku untuk garis bujur yang melewati daerah Greenwich. Bujur ini ditetapkan sebagai bujur 00 dengan setiap Saat matahari berada di utara, yaitu sebelum dan sesudah bulan Juni, panjang siang lebih pendek dari pada malam. Akibatnya, jam 5.30 baru terang dan jam 6 sore pun sudah agak gelap. Sedangkan pada tanggal di mana Matahari tepat berada di ekuator, yaitu tanggal 21 Maret dan 21 September, panjang siang dan malam di semua tampat akan sama, yaitu 12 jam. Pada bulan Juni, Bumi bagian Utara mendapat cahaya Matahari lebih banyak. Pada bulan Desember Bumi bagian Selatan mendapat cahaya Matahari lebih banyak. 2.1.3 Pengaruh Rotasi Bumi Bersamaan dengan revolusi bumi, bumi pun berputar mengelilingi sumbunya yang dapat disebut dengan rotasi. Arah rotasi sama dengan arah revolusi, yaitu dari barat ke timur. Itulah sebabnya matahari lebih dahulu terbit di papua dari pada di pulau jawa. Setelah satu kali rotasi, tempat-tempat di bumi telah menjalani 3600 bujur. Oleh karena ke- 3600 ditempuh selama 24 jam, maka tiap satu derajat ditempuh selama empat menit. Dengan demikian, perbedaan waktu antara dua tempat yang perbedaan bujurnya 150 adalah satu jam. Oleh karena itu, disepakatilah untuk membagi permukaan bumi menjadi 24 daerah waktu yang masing-masing 150 besarnya dengan Perbedaan waktu di antara dua daerah waktu yang berdampingan adalah satu jam. Waktu pangkal yang ditetapkan adalah waktu yang berlaku untuk garis bujur yang melewati daerah Greenwich. Bujur ini ditetapkan sebagai bujur 00dengan setiap garis bujur yang jauhnya 150 atau kelipatan 150 ke arah timur dan ke arah barat bujur nol dipakai sebagai bujur standar. Waktu pada bujur standar disebut waktu standar atau waktu lokal. Indonesia misalnya, mempunyai tiga bujur standar, yaitu 1050, 1200, dan 1350 bujur timur. Dengan demikian, waktu lokal masing-masing ialah waktu Greenwich ditambah dengan 7, 8, dan 9 jam. Jika letak bujur standar itu di sebelah barat (bujur barat) bujur nol, maka waktunya dikurangi. 2.1.4 Pengaruh Posisi Modul Surya (Photovoltaic) Terhadap Pergerakan Arah Matahari Beberapa macam cara yang dapat mendapatkan radiasi matahari yang lebih banyak yaitu dengan mengatur kedudukan modul surya, dimana kedudukan modul surya dapat

8 diatur mengikuti pergerakan arah matahari dengan menentukan posisi sudut kemiringan, sudut deklinasi, bujur lintang, sudut zenith, sudut datang matahari, sudut permukaan azimuth, serta sudut jam matahari terhadap pergerakan arah matahari. Cara kedua adalah dengan menggunakan cermin pantul. Posisi relatif matahari terhadap modul surya (photovoltaic) di bumi bisa dijelaskan dalam beberapa sudut. Beberapa diantaranya bisa dilihat pada gambar 2.5 Sudut-sudut itu adalah : Latitude (garis lintang) Adalah sudut lokasi di sebelah utara atau selatan dari equator (khatulistiwa), utara positif ; --90 φ 90.hal ini pengujian solar cell dilakukan ditempat kampus Universitas Udayana Jl. Sudirman Denpasar Bali dengan letak geografisnya berada pada titik Lintang -8.672267 dan Bujur 115.219134 Deklinasi (δ) Adalah sudut posisi matahari terhadap bidang khatulistiwa, utara positif -23,450 23,450. deklinasi dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan : δ = 23,45 sin (360 284 x n ), dimana n = hari dalam bulan (2.1) θz Kemiringan (β) Adalah sudut antara permukaan bidang yang ditanyakan dengan permukaan horizontal. Slope (kemiringan) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan : β = Tan-1 (Tan θz x cos γs) (2.2) Sudut permukaan azimuth (γ) Adalah proyeksi ke bidang horizontal normal terhadap permukaan dari lokasi bujur, dengan nol menghadap selatan, timur negatif, barat positif ; -180 γ 180. Sudut jam matahari (ω) Adalah sudut penyimpangan matahari di sebelah timur atau barat garis bujur lokal karena rotasi pada porosnya sebesar 15 per jam ; sebelum jam 12.00 negatif, setelah jam 12.00 positif. ω = (ts 12) x, ts = waktu jam (2.3)

9 Sudut datang (θ) Adalah sudut antara permukaan radiasi langsung normal vertikal terhadap radiasi langsung vertikal kolektor. Sudut datang dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan : θ = cos-1 (1-cos2 δ x sin2 ω)1/2 (2.4) Sudut zenith (θ z) Adalah sudut antara garis vertikal bidang normal dan garis datang sinar matahari.sudut zenith dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan : θz = cos-1 (cos φ x cos δ x cos ω + sin φ x sin δ) (2.5) Sudut ketinggian matahari (s) Adalah Sudut antara garis horisontal dengan garis matahari datang pada modul surya (photovoltaic). Sudut azimuth matahari (γs) Adalah sudut penyimpangan dari selatan dengan proyeksi radiasi langsung pada bidang horisontal. Penyimpangan ke sebelah timur adalah negatif dan ke sebelah barat adalah positif. Sudut zenith dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan : γs = sin -1 sin ωt x cos δ ( ) (2.6) θz Gambar 2.6 Beberapa Sudut Penting Energi Surya

10 Tabel 2.1 Data Tanggal pengujian Modul Surya Dalam Bulan Terhadap Matahari Bulan Tanggal dalam Tanggal Jumlah tangal Deklanasi (δ) bulan pengujian pengujian terhadap bulan Januari i 17 17-20,9 Februari 31 + i 16 47-13.0 Maret 59 + i 16 75-2.4 April 90 + i 15 105 9.4 Meri 120 + i 135 135 18.8 Juni 151 + i 162 162 23.1 Juli 181 + i 198 198 21.2 Agustus 212 + i 228 228 13.5 September 243 + i 258 258 2.2 Oktober 273 + i 288 288-9.6 November 304 + i 318 318-18.9 Desember 334 + i 344 344-23.0 2.1.5 Analisis Potensi Energi Surya Yang Ada Di Indonesia Indonesia mempunyai intensitas radiasi matahari yang sangat berpotensi untuk digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga surya, dengan rata-rata daya radiasi matahari di Indonesia sebesar 1000 Watt/m 2. Data hasil pengukuran intensitas radiasi tenaga surya di seluruh Indonesia yang sebagian besar dilakukan oleh BPPT dan sisanya oleh BMG dari tahun 1965 hingga 1995 ditunjukkan pada Tabel. (Irawan dan Fitrian, 2005).

11 Tabel 2.2: Pengukuran Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia. Propinsi Lokasi Tahun pengukuran Posisi geografis Intensitas radiasi NAD Pidie 1990 4 15 LS : 96 52 BT 4.097 Sum Sel Ogan komering Ulu 1979-1981 3 10 LS : 104 42 BT 4.951 (Wh/m²) Lampung Kab. Lampung selatan 1972-1979 4 28 LS : 105 48 BT 5.234 DKI Jakarta Jakarta Utara 1965-1981 6 11 LS : 106 05 BT 4.187 Banten Tangerang 1980 6 07 LS : 106 30 BT 4.324 Lebak 1991-1995 6 11 LS : 106 30 BT 4.446 Jawa Barat Bogor 1980 6 11 LS : 106 39 BT 2.558 Bandung 1980 6 56 LS : 107 38 BT 4.149 Jawa tengah Semarang 1979-1981 6 59 LS : 110 23 BT 5.488 DI Jogyakarta Yogyakarta 1980 7 37 LS : 110 01 BT 4.500 Jawa Timur Pacitan 1980 7 18 LS : 112 42 BT 4.300 Kal Bar Pontianak 1991-1993 4 36 LS : 9 11 BT 4.552 Kal Tim Kabupaten Berau 1991-1995 0 32 LU : 117 52 BT 4.172 Kal Sel Kota Baru 1979-1981 3 27 LU : 114 50 BT 4.796 1991-1995 3 25 LS : 114 41 BT 4.573 Gorontalo Gorontalo 1991-1995 1 32 LU : 124 55 BT 4.911 Sul Teng Donggala 1991-1994 0 57 LS : 120 0 BT 5.512 Papua Ja yapura 1992-1994 8 37 LS : 112 12 BT 5.720 Bali Denpasar 1977-1979 8 40 LS : 115 13 BT 5.263 NTB Kabupaten Sumbawa 1991-1995 9 37 LS : 120 16 BT 5.747 NTT Ngada 1975-1978 10 9 LS : 123 36 BT 5.117 Sumber : BPPT dan BMG. Indonesia terkenal sebagai Negara tropis, Indonesia memiliki potensi energi surya yang cukup besar untuk menutupi kerisis energi global yang salah satunya

12 berdampak pada Indonesia. Berdasarkan panasnya radiasi matahari yang telah dihimpun oleh BPPT, BMG dari lokasi-lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut : untuk kawasan Timur dan Barat Indonesia dengan distribusi penyinaran radiasi matahari di kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kwh/m 2 /hari. Dapat di simpulkan bahwa potensi radiasi matahari di Indonesia sekitar 4,8 kwh/m 2 /hari dan radiasi matahari tersebut sangat berpotensi sebagai sumber daya energi yang tidak akan pernah habis untuk di pergunakan sebagai sumber energi listrik untuk Indonesia kedepannya. (DESDM,2005) 2.2 Energi Surya Langsung Energi surya langsung dapat dibedakan ke dalam tiga metode : 1. Prinsip pemanasan langsung, dalam hal ini sinar matahari memanasi langsung benda yang akan di panaskan seperti pakaian yang akan di jemur pad terik matahari. 2. Objek yang akan di panaskan adalah air namun, panas yang terkandung dalam air tersebut bisa langsung di konversikan menjadi energi listrik. 3. Menggunakan photovoltaic, radiasi panas matahari yang di serap langsung di konversi ke energi listrik. 2.2.1 Pemanasan Langsung Menjemur sesuatu benda di bawah terik matahari merupakan salah satu contoh yang menggunakan pemanfaatan energti surya secara langsung. Dengan pemanasan secara langsung yang mengikuti metode tersebut maka panas matahari yang di dapat tidak akan mencapai suhu 100 0 C. Metode pemanasan secara langsung tersebut akan efektivitas bila mempergunakan pengumpulan panas dengan menggunakan kolektor. Kolektor ini akan di konsentrasikan terhadap sinar matahari sehingga di peroleh suatu suhu yang lebih tinggi dan dapat dikonversikan langsung terhadap benda yang ingin di panaskan. Sistem pemanasan secara langsung ini efisiensinya masih berkisar 30% - 40%. Contoh sistem pemanasan secara langsung dengan menggunakan kolektor adalah kompor matahari, pemanas air mandi dll.

13 Gambar 2.2 Proses Pemanasan Langsung Sumber : (Indraja,1995) 2.3 Perpindahan Panas Perpindahan panas didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu tempat ke tempat lainnya yang disebabkan perbedaan temperatur antara tempattempat tersebut. Bila dalam suatu sistem terdapat gradien temperatur atau bila dua sistem yang temperaturnya berbeda disinggungkan maka akan terjadi perpindahan energi yang disebut panas (heat). Energi ini tidak dapat diukur atau diamati secara langsung tetapi arah perpindahan dan pengaruhnya dapat diamati dan diukur. Pada umumnya terdapat tiga proses perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Ilmu perpindahan panas tidak hanya membahas bagaimana energi itu berpindah dari suatu bagian ke bagian lainnya tetapi juga meramalkan laju perpindahan energi pada suatu kondisi-kondisi tertentu. Ilmu perpindahan panas berbeda dari ilmu termodinamika. Dalam perpindahan panas membahas masalah laju perpindahan panas sedangkan pada termodinamika membahas sistem dalam keseimbangan. Termodinamika dapat digunakan untuk meramalkan energi yang diperlukan untuk mengubah sistem dari keadaan setimbang satu ke keadaan setimbang lainnya, tetapi tidak dapat meramalkan kecepatan perpindahan panas tersebut. Keadaan ini disebabkan pada waktu perpindahan panas itu berlangsung, sistem tidak berada dalam keadaan setimbang (Nezekiel, 2009).

14 2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Komponen Penting dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya: Gambar 2.3 Diagram Prinsip Kerja Sistem Tenaga Surya sumber gambar: www.pre.ethz.ch 1. Cermin Cermin dibentuk seperti setengah pipa dan linear, berbentuk reflektor parabola ditutupi dengan lebih dari 900.000 cermin dari utara-selatan secara sejajar dan mempunyai poros putaran mengikuti matahari ketika bergerak dari timur ke barat di siang hari. Karena bentuknya, jenis pembangkit ini bisa mencapai suhu operasi sekitar 750 derajat F (400 derajat C), mengkonsentrasikan sinar matahari pada 30 sampai 100 kali intensitas normal perpindahan panas-cairan atau air/uap pipa. Cairan panas yang digunakan untuk menghasilkan uap, dan uap kemudian memutarkan turbin sebagai generator untuk menghasilkan listrik.

15 2. Menara/Tower Menara listrik bergantung pada ribuan heliostats, yang besar, cermin datar matahari sebagai pelacakan, untuk fokus dan mengkonsentrasikan radiasi matahari ke penerima menara tunggal. Seperti halnya pada palung cermin parabola, transfer cairan panas atau uap dipanaskan dalam receiver (menara yang mampu mengkonsentrasikan energi matahari sebanyak 1.500 kali), kemudian diubah menjadi uap dan digunakan untuk menghasilkan listrik dengan turbin dan Generator. Desain menara listrik masih dalam pengembangan, akan tetapi suatu hari nanti bisa direalisasikan sebagai pembangkit listrik grid-connected memproduksi sekitar 200 megawatt listrik per tower. 3. Mesin Dibandingkan cermin parabola dan menara listrik, sistem mesin adalah produsen kecil (sekitar 3 sampai 25 kilowatt). Ada dua komponen utama: konsentrator surya dan unit konversi daya (mesin / genset). Mesin ini menunjuk dan melacak matahari dan mengumpulkan energi matahari,sserta mampu mengkonsentrasikan energi sekitar 2.000 kali. Sebuah penerima termal, serangkaian tabung diisi dengan cairan pendingin (seperti hidrogen atau helium), berada di antara piring dan mesin. Hal ini bertujuan untuk menyerap energi surya terkonsentrasi dari piringan, kemudian mengkonversi panas dan mengirimkan panas ke mesin dimana berubah menjadi listrik. Sistem panas matahari adalah solusi energi terbarukan yang menjanjikan karena matahari adalah sumber daya yang melimpah. Kecuali dimalam hari. Atau saat matahari terhalang oleh awan. Tiga teknologi TES (Thermal Energy Storage) primer telah diuji sejak 1980-an ketika pembangkit listrik termal pertama dibangun dengan sistem langsung duatangki, sistem tidak langsung dua-tank dan sistem termoklin tunggal-tank.

16 2.5 Cavity Receiver (Rongga Penerima) Cavity receiver (rongga penerima) adalah suatu sistem pemanfaatan energi surya dengan cara menghantarkan atau mengarahkannya pada satu titik pembangkit listrik, seperti turbin dan solar cell (Devan, 2013). Gambar 2.4 Cavity receiver Sumber : (Energyfuture.wikidot.com) 2.6 Kandungan Photon Pada Sinar Matahari Pada dasarnya kandungan di dalam sinar matahari banyak mengandung unsur dan salah satu unsur yang ada di dalam sinar matahari tersebut adalah photon. Photon merupakan suatu partikel dasar cahaya yang sudah tidak dapat lagi di uraikan. Partikel tersebut merupakan partikel yang membawa semua bentuk radiasi elektromaknetik matahari seperti sinar gama, gelombang radio, sinar ultraviolet, sinar infra merah dll. Photon bisa ditemukan dengan mempelajari pembiasan photon oleh lensa dan interferensi destruktif ketika gelombang yang di pantulkan saling memusnahkan satu sama lainnya. Photon tidak bermassa dan menurut model standar fisika partikel, photon merupakan partikel yang menghasilkan seluruh medan liatrik dan medan magnetik dari sinar matahari. Menurut Kuantum Max Planck bahwa photon adalah sebuah kuantum yang pergerakannya sama dengan pergerakkan kecepatan cahaya, sedangkan kuantum tersebut merupakan suatu kumpulan paket energi.

17 2.7 Efek fotolistrik Efek fotolistrik adalah gejala terlepasnya elktron dari permukaan logam yang di karenakan logam tersebut terkena cahaya matahari. Efek fotolistrik biasanya di manfaatkan oleh sel photovoltaic untuk membangkitkan arus listrik yang ada pada sinar matahari. Terjadinya efek fotolistrik ketika cahaya tampak atau radiasi ultraviolet jatuh ke permukaan benda tertentu dan cahaya tersebut mendorong elektron keluar dari permukaan yang di hinggapi oleh elektron. Energi kinetik maksimum dapat ditentukan dari persamaan sebagai berikut (Budiyanto, J. 2009) : 2.7.1 Efek chomton Efek compton adalah gejala hemburan (efek) dari suatu penembakan oleh suatu materi dengan sinar X. Efek ini ditemukan oleh Arthur Holly Compton pada tahun 1923. 2.8 Konversi Energi Photovoltaic Misal semikonduktor intrinsik yang dimaksud ialah silikon (Si). Semikonduktor jenis p, biasanya dibuat dengan menambahkan unsur boron (B), aluminum (Al), gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si. Unsur-unsur tambahan ini akan menambah jumlah hole. Sedangkan semikonduktor jenis n dibuat dengan menambahkan nitrogen (N), fosfor (P) atau arsen (As) ke dalam Si. Dari sini, tambahan elektron dapat diperoleh. Sedangkan, Si intrinsik sendiri tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan unsur tambahan ini disebut dengan doping yang jumlahnya tidak lebih dari 1 % dibandingkan dengan berat Si yang hendak di-doping.

18 Gambar 2.5 Proses Kerja Sinar Pada Solar Cell Sumber : (Wiwik &Ace, 2011) Dua jenis semikonduktor n dan p ini jika disatukan akan membentuk sambungan p-n atau dioda p-n (istilah lain menyebutnya dengan sambungan metalurgi / metallurgical junction) yang dapat digambarkan sebagai berikut.

19 1. Semikonduktor jenis p dan n sebelum disambung. Gambar 2.6 Dua Jenis Semikonduktor P dan N Sumber : (Energi Surya, 2008) 2. Sesaat setelah dua jenis semikonduktor ini disambung, terjadi perpindahan elektron-elektron dari semikonduktor n menuju semikonduktor p, dan perpindahan hole dari semikonduktor p menuju semikonduktor n. Perpindahan elektron maupun hole ini hanya sampai pada jarak tertentu dari batas sambungan awal. Gambar 2.7 Proses Perpindahan elektron elektron P dan N Sumber : (Energi Surya, 2008) Elektron dari semikonduktor n bersatu dengan hole pada semikonduktor p yang mengakibatkan jumlah hole pada semikonduktor p akan berkurang. Daerah ini akhirnya berubah menjadi lebih bermuatan positif. Pada saat yang sama hole dari semikonduktor p bersatu dengan elektron yang ada pada

20 semikonduktor n yang mengakibatkan jumlah elektron didaerah ini berkurang. Daerah ini akhirnya lebih bermuatan positif. Gambar 2.8 Proses Munculnya Muatan Positif dan Negatif Sumber : (Energi Surya, 2008) 3. Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerah deplesi (depletion region) ditandai dengan huruf W. 4. Baik elektron maupun hole yang ada pada daerah deplesi disebut dengan pembawa muatan minoritas (minority charge carriers) karena keberadaannya di jenis semikonduktor yang berbeda. 5. Dikarenakan adanya perbedaan muatan positif dan negatif di daerah deplesi, maka timbul dengan sendirinya medan listrik internal E dari sisi positif ke sisi negatif, yang mencoba menarik kembali hole ke semikonduktor p dan elektron ke semikonduktor n. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan perpindahan hole maupun elektron pada awal terjadinya daerah deplesi (nomor 1 di atas). Gambar 2.9 Proses Timbulnya Medan Listrik Sumber : (Energi Surya, 2008) 6. Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan pn berada pada titik setimbang, yakni saat di mana jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor p ke n dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali ke arah semikonduktor p akibat medan listrik E. Begitu pula dengan

21 jumlah elektron yang berpindah dari smikonduktor n ke p, dikompensasi dengan mengalirnya kembali elektron ke semikonduktor n akibat tarikan medan listrik E. Dengan kata lain, medan listrik E mencegah seluruh elektron dan hole berpindah dari semikonduktor yang satu ke semiikonduktor yang lain. terjadi. Pada sambungan p-n inilah proses konversi cahaya matahari menjadi listrik Untuk keperluan sel surya, semikonduktor n berada pada lapisan atas sambungan p yang menghadap ke arah datangnya cahaya matahari, dan dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktor p, sehingga cahaya matahari yang jatuh ke permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke daerah deplesi dan semikonduktor p. Gambar 2.10 Proses Konversi Cahaya Matahari Menjadi Listrik Sumber : (Energi Surya, 2008) Ketika sambungan semikonduktor ini terkena cahaya matahari, maka elektron mendapat energi dari cahaya matahari untuk melepaskan dirinya dari semikonduktor n, daerah deplesi maupun semikonduktor. Terlepasnya elektron ini meninggalkan hole pada daerah yang ditinggalkan oleh elektron yang disebut dengan fotogenerasi elektron-hole (electron-hole photogeneration) yakni, terbentuknya pasangan elektron dan hole akibat cahaya matahari.

22 Gambar 2.11 Proses Terbentuknya Elektron dan Hole Akibat Cahaya Matahari Sumber : (Energi Surya, 2008) Cahaya matahari dengan panjang gelombang (dilambangkan dengan simbol lambda sbgn di gambar atas ) yang berbeda, membuat fotogenerasi pada sambungan pn berada pada bagian sambungan pn yang berbeda pula. Spektrum merah dari cahaya matahari yang memiliki panjang gelombang lebih panjang, mampu menembus daerah deplesi hingga terserap di semikonduktor p yang akhirnya menghasilkan proses fotogenerasi di sana. Spektrum biru dengan panjang gelombang yang jauh lebih pendek hanya terserap di daerah semikonduktor n. Selanjutnya, dikarenakan pada sambungan pn terdapat medan listrik E, elektron hasil fotogenerasi tertarik ke arah semikonduktor n, begitu pula dengan hole yang tertarik ke arah semikonduktor p. Apabila rangkaian kabel dihubungkan ke dua bagian semikonduktor, maka elektron akan mengalir melalui kabel. Jika sebuah lampu kecil dihubungkan ke kabel, lampu tersebut menyala dikarenakan mendapat arus listrik, dimana arus listrik ini timbul akibat pergerakan elektron.

23 Gambar 2.12 Proses Penyambungan Medan Listrik dari Dua Sisi Medan Listrik Sumber : (Energi Surya, 2008) Pada umumnya, untuk memperkenalkan cara kerja sel surya secara umum, ilustrasi di bawah ini menjelaskan segalanya tentang proses konversi cahaya matahari menjadi energi listrik. Gambar 2.13 Proses Kerja Solar Cell Secara Umum Sumber : (Energi Surya, 2008)

24 Gambar 2.14 Sistem PLTS Pada Rumah Sumber gambar: (Benu Okezone, 2012) Secara umum sisitem pembangkit listrik tenaga surya (solar electric system) terdiri dari lima bagian yaitu (Roberts,1991) : 1. Solar cell module / photovoltaic module : alat tersebut kegunaannya sebagai penyerap radiasi panas matahari dan mengkonversinya sebagai energi listrik. 2. Recharge batteries : Berguna sebagai penyimpanan daya yang telah di serap oleh module dan akan di gunakan pada saat cuaca sedang mendung maupun pada malam hari. 3. Control Unit : kegunaannya sebagai alat pengontrol dan penyeimbang beban yang mengalir pada keseluruhan sistem, peran alat ini sangat penting di dalam sistem untuk menjaga keseimbangan aliran daya, jika terjadi sesuatu kerusakan yang mengakibatkan sistem terganggu maka dari control unit yang dapat meminimalisir terjadinya kerusakan. 4. Distribution : kegunaannya sebagai alat pendistribusi energi baik dari aliran direct current (DC) maupun alternating current (AC). 5. Beban : Merupakan peralatan dari keseluruhan sistem yang menerima energi dari PV Module, dari aliran DC maupun AC.

25 2.9 Efisiensi Sel Surya Sel surya merupakan sebuah mesin yang memiliki kemampuan menghasilkan sebuah output yaitu daya listrik dari bahan input sinar matahari yang melalui peroses dari efek photovoltaic, namun banyak faktor yang mengakibatkan seluruh sinar matahari yang di serap tidak dapat dikonversi menjadi energi listrik salah satunya dikarenakan oleh sifat inheren semikonduktor yang dipakai sebagai sel yang tidak dapat menangkap semua spektrum cahaya tampak, hingga hambatan dari rangkaian listrik yang digunakan tidak dapat di serap secara utuh dan di konversi ke energi listrik. Persamaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Alamanda,2005) : E = It x A (2.7) Dimana : IT = Intensitas radiasi matahari(w/m 2 ) A = Luas permukaan (m 2 ) E = Energi photon (Watt) Sedangkan untuk besarnya daya sesaat yaitu perkalian tegangan dan arus yang dihasilkan oleh Photovoltaic dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : P = V x I (2.8) Dimana : V = Beda potensial (Volt) I = Arus (Ampere) P = Daya (Watt) Tegangan yang di bangkitkan oleh photovoltaic sangat bergantung pada luas panel surya itu sendiri. Jika efisiensi dari konversi energi yang di dapat oleh panel surya tersebut di hitung, maka rumusnya sebagai berikut ( I Gusti Bagus A.U 2011) : η = Output Input 100% (2.9)

26 Sehingga efisiensi yang dihasilkan sel photovoltaic adalah : η sesaat = P It A 100% (2.10) Dimana : η = efisiensi konversi (%) V = tegangan yang di bangkitkan Solar Cell (Volt) IT = arus solar cell (W/m²) P = daya radiasi matahari yang di serap oleh solar cell (Watt) A = luas panel solar cell (m 2 ) E = Energi (Watt) Apabila pengguna menginginkan tegangan maupun arus yang lebih besar, maka panel surya dapat di rangkai secara seri atau paralel. Jika panel di rangkai seri maka tegangan yang akan naik namun jika panel di pasang secara paralel maka arus yang akan naik.