BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pemeriksaan kadar Cystatin C pada penderita Diabetes

dokumen-dokumen yang mirip
PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, lemak dan protein kronik yang disebabkan karena kerusakan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KORELASI LAMA DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. 1

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR UREUM KREATININ DI POLIKLINIK GERIATRI RSUD ULIN BANJARMASIN ABSTRAK

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

JUMLAH LEKOSIT DENGAN KADAR MIKROALBUMIN URIN PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

KORELASI PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN DENGAN PROTEIN URIN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakaan lebih dari 360 juta orang dan diperkirakan akan naik lebih dari dua kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

PROFIL PENDERITA DIABETES RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP RSUD MANDAU DURI TAHUN 2015 E R M A N F A U Z I S P. P D

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 592 juta orang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fraktur around hip yang menjalani perawatan rutin.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Gagal ginjal adalah masalah kesehatan dunia. Prevalensi yang semakin meningkat, tingginya biaya, dan

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

FAKTOR RISIKO GAGAL GINJAL PADA DIABETES MELITUS. Enny Probosari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terlanjur mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Berdasarkan pemeriksaan kadar Cystatin C pada penderita Diabetes Melitus yang melakukan pemeriksaan di Laboratorium Klinik PRODIA Semarang MT.Haryono bulan Oktober Desember 2016 didapatkan 38 responden, terdiri dari responden laki-laki sebanyak 24 orang dan responden perempuan sebanyak 14 orang. B. Hasil Penelitian Tabel 3. Persentase kadar Cystatin C pada penderita Diabetes Melitus berdasarkan Tipe Diabetes Melitus Tipe Tipe I 0 0 0 0 Tipe II 12 32 26 68 Berdasarkan Tabel 3 tidak didapatkan responden dengan Diabetes Melitus tipe I, sedangkan pada penderita Diabetes Melitus tipe II didapatkan persentase kadar Cystatin C sebanyak 12 orang (32%) dengan hasil normal dan 26 orang (68%) dengan hasil Tabel 4. Persentase kadar Cystatin C pada penderita Diabetes Melitus berdasarkan lama terdiagnosa Lama < 5 Tahun 4 11 3 8 5-10 Tahun 7 18 8 21 > 10 Tahun 1 3 15 39 30

31 Berdasarkan Tabel 4 didapatkan responden yang sudah terdiagnosa Diabetes Melitus selama <5 tahun sebanyak 4 orang (11%) dengan hasil normal dan 3 orang (8%) dengan hasil Responden yang sudah terdiagnosa Diabetes Melitus selama 5-10 tahun sebanyak 7 orang (18%) memiliki hasil normal dan 8 orang (21%) memiliki hasil tinggi (di atas nilai rujukan). Responden yang sudah terdiagnosa Diabetes Melitus selama >10 tahun sebanyak 1 orang (3%) memiliki hasil normal dan 15 orang (39%) memiliki hasil Tabel 5. Persentase kadar Cystatin C pada penderita Diabetes Melitus berdasarkan usia Usia < 50 th 5 13 1 3 50-60 th 5 13 3 8 60-70 th 1 3 10 26 > 70 th 1 3 12 32 Berdasarkan Tabel 5 didapatkan responden dengan usia <50 tahun sebanyak 5 orang (13%) dengan hasil normal dan 1 orang (3%) dengan hasil Responden dengan usia 50-60 tahun didapatkan sebanyak 5 orang (13%) memiliki hasil normal dan 3 orang (8%) memiliki hasil Responden dengan usia 60-70 tahun didapatkan sebanyak 1 orang (3%) memiliki hasil normal dan 10 orang (26%) memiliki hasil Responden dengan usia >70 tahun didapatkan sebanyak 1 orang (3%) memiliki hasil normal dan 12 orang (32%) memiliki hasil

32 Tabel 6. Persentase kadar Cystatin C pada penderita Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki 7 18 17 45 Perempuan 5 13 9 24 Berdasarkan Tabel 6 didapatkan responden laki-laki sebanyak 24 orang dengan persentase kadar Cystatin C sebanyak 7 orang (18%) dengan hasil normal dan 17 orang (45%) dengan hasil tinggi (di atas nilai rujukan), sedangkan jumlah responden perempuan adalah 14 orang dengan persentase kadar Cystatin C sebanyak 5 orang (13%) dengan hasil normal dan 9 orang (24%) dengan hasil C. Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan tipe diabetes melitus didapatkan persentase responden yang memiliki hasil Cystatin C tinggi lebih besar daripada responden yang memiliki hasil Cystatin C normal pada penderita diabetes melitus tipe II. Sedangkan untuk diabetes tipe I jumlah responden yang diteliti 0 karena tidak didapatkan responden dengan diabetes melitus tipe I pada populasi yang diteliti. Berdasarkan lama terdiagnosa diabetes melitus, persentase terbesar adalah responden dengan hasil Cystatin C tinggi dan sudah >10 tahun terdiagnosa diabetes melitus. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat semakin lama responden terdiagnosa diabetes melitus didapatkan gambaran persentase hasil Cystatin C normal semakin menurun dan gambaran persentase hasil Cystatin C tinggi semakin meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang didapatkan

33 bahwa mikroalbuminuria biasanya terjadi setelah 5 tahun menderita penyakit Diabetes tipe 1 sedangkan nefropati yang ditandai dengan ekskresi protein urin lebih dari 300 mg/hari, biasanya terjadi dalam waktu 10-15 tahun. Penyakit ginjal stadium terminal terjadi pada sekitar 50% penderita DM tipe I, yang akan mengalami nefropati dalam 10 tahun. Kerusakan ginjal dapat dimulai sejak tahun pertama setelah terdiagnosis menderita DM tipe I dan dapat ditemukan pada saat terdiagnosis DM tipe II ( Pratama AAY, 2013 ). Berdasarkan usia penderita diabetes melitus diperoleh hasil gambaran semakin tua usia responden yang diteliti semakin besar pula persentase responden yang memiliki hasil Cystatin C tinggi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang didapat bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan struktur dan fungsi ginjal ( kidney aging ). Berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil gambaran penderita diabetes melitus berjenis kelamin laki-laki dengan hasil Cystatin C tinggi memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan responden perempuan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Pigur Agus Marwanto yaitu terdapat perbedaan angka kejadian nefropati diabetik terhadap jenis kelamin. Pasien diabetes melitus dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami nefropati diabetik daripada perempuan. Perbedaan laki-laki dan perempuan tidak hanya menunjukkan perbedaan pada fungsi proses reproduksi tetapi juga dalam proses endokrin dan respon terhadap berbagai masalah internal dalam proses homeostatik. Estrogen mengurangi proliferasi sel mesangial,sintesis kolagen dan aktivitas RAS (Renin Angiotensin System). Oleh karena itu estrogen melindungi ginjal dari

34 kerusakan. Kejadian sebaliknya terjadi pada testosteron yang akan meningkatkan proliferasi sel mesangial dan aktifitas RAS(Renin Angiotensin System) (Marwanto PA, 2010).