BAB I PENDAHULUAN. terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan

dokumen-dokumen yang mirip
2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat diandalkan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Noviyanto, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai krisis yang dialami oleh Bangsa Indonesia, baik krisis moral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

I. PENDAHULUAN. ketuntasan belajar siswa. Moral merupakan nilai yang berlaku dalam suatu

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

2015 PERANAN KARANG TARUNA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP MENTAL GENERASI MUDA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Degradasi nilai di kalangan generasi muda sangat menghawatirkan. Pergaulan bebas di kalangan remaja, penyalahgunaan narkotika atau obat-obat terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan yang kerap terjadi pada generasi muda yang tidak mencerminkan perilaku terpelajar dan Islami. Disisi lain generasi muda adalah penerus cita-cita bangsa dan merupakan generasi yang akan bertanggung jawab pada penyelesaian kompleksitas persoalan bangsa. Menurunnya nilai-nilai yang mengandung nafas terpelajar sesuai dengan sendi-sendi agama Islam menjadi sesuatu yang harus mendapat perhatian ekstra, baik itu dari pengampu kebijakan, orang tua dan seluruh elemen masyarakat. Hal ini merupakan salah satu dampak dari modernisasi yang mana akulturasi budaya berlangsung sangat cepat yang akhirnya mampu mengubah kepribadian, watak dan karakter generasi bangsa apabila kita tidak mampu untuk melakukan filterisasi terhadap hal tersebut. Modernisasi tidak hanya membawa perubahan positif pada efisiensi kerja, alih teknologi dan pengetahuan, efektivitas komunikasi dan kemudahan hidup. Modernisai membawa dampak pada perubahan nilai-nilai kehidupan masyarakat. Pola kehidupan baru ditengah modernisasi dan sistem sosial masyarakat yang lebih longgar berdampak pada perubahan pola perilaku yang lebih bebas. Secara

2 prinsip kehidupan yang bebas dan kebarat-baratan akan berdampak pada ditinggalkannya nilai-nilai yang bersumber pada nilai agama dan budaya luhur. Modernisasi adalah perubahan yang progresif (Suwarsono & Alvin, 1994:22). Dampak perubahan akibat moderinisasi beraneka ragam dan dampak perubahan tersebut berada di luar batas-batas kemanusiaan dan nilai-nilai agama. Salah satu upaya untuk menjaga dan membentuk watak generasi muda Indonesia adalah melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya dipahami sebagai pendidikan formal. Pendidikan diartikan sebagai upaya sepanjang hayat untuk menjadi manusia seutuhnya. Oleh karena itu pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan generasi muda yang lebih ideal, yaitu generasi yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa di masa depan. Esensi dari tujuan pendidikan nasional adalah proses menumbuhkan bentuk budaya keilmuan, sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik dalam perspektif tertentu harus mengacu pada masa depan yang jelas (pembukaan UUD 1945 alinea 4). Melalui kegiatan pendidikan, gambaran tentang generasi yang ideal itu dituangkan dalam proses transformasi nilai-nilai agama, budaya dan sosial. Pemahaman ini mengandung makna bahwa lembaga pendidikan sebagai tempat pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial yaitu menanamkan nilai-nilai sosial dalam pergaulan sehari-hari sehingga terbentuknya watak dan kepribadian manusia yang terpelajar tanpa meninggalkan sendi-sendi agama. Pendidikan tidak hanya berlangsung di lembaga formal. Pendidikan dapat berlangsung dimasyarakat melalui penyelenggaran pendidikan non formal atau perpaduan pendidikan formal dan non formal. Lembaga pendidikan pesantren

3 dikenal sebagai lembaga pendidikan masyarakat yang berbasis agama. Lembaga pendidikan pesantren merupakan bagian dari institusi pendidikan yang hadir dan hidup di tengah masyarakat (Sulaeman, 2010:9). Pondok pesantren memiliki peran strategis untuk mempersiapkan para santri muda yang memiliki watak dan kepribadian terpelajar berdasarkan nilai-nilai agama. Pondok pesantren selama ini diakui telah mampu memberikan pembinaan dan pendidikan bagi para santri untuk menyadari sepenuhnya atas kedudukannya sebagai manusia dan sebagai mahluk tuhan yang harus mengaktualisasikan perintah-perintah agama dalam kehidupannya. Hasil pembinaan pondok pesantren membuktikan bahwa para santri menerima pendidikan untuk memeiliki nilai-nilai kemasyarakatan selain akademis. Keberhasilan pondok pesantren dalam bidang pembinaan bangsa di dorong oleh adanya potensi besar yang dimiliki oleh pondok pesantren, yakni potensi pengembangan masyarakat dan potensi pendidikan keagamaan. Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan peserta didik yang dilaksanakan secara seimbang antara sikap, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat luas dengan berlandaskan pada nilai-nilai agama. Dalam perkembangannya pondok pesantren yang dikenal sebagai lembaga pendidikan tertua mengalami perubahan dan diklasifikasikan pada beberapa tipe seperti pondok pesantren modern, salafiyah, perpaduan antara pondok pesantren dengan pendidikan formal.

4 Pondok pesantren Al-Basyariah Margaasih Bandung adalah salah satu pondok pesantren yang berusaha menanamkan nilai-nilai agama kepada santri terkait dengan kehidupan sehari hari di masyarakat. Pondok pesantren Al- Basyariah menginginkan terjadinya proses pendidikan dalam memanusiakan santrinya agar berakhlak dan berwatak melalui penanaman nilai-nilai islami dalam pergaulan di tengah masyarakat. Pendidikan yang ditanamkan pada hakekatnya adalah modal dasar untuk membina watak, perilaku dan karakter para santri dalam menata kehidupannya. Pendidikan yang ditanamkan merupakan investasi sumber daya manusia di masa depan. Investasi SDM diharapkan dapat memberikan manfaat yang luas terhadap pembangunan masyarakat. Kehadiran pondok pesantren Al-Basyariah adalah sebuah bentuk kepedulian dan kepekaan terhadap pentingnya pembinaan watak generasi muda yang saat ini sudah mulai rapuh diterjang angin modernisasi. Fenomena rapuhnya nilai-nilai seperti kejujuran, sopan santun, tolong-menolong, dan saling menghargai erat kaitannya dengan lemahnya perilaku sosial dimasyarakat. Pentingnya penanaman pendidikan agama yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari disadari akan membawa dampak positif bagi kesejahteraan bagi masyarakat. Tujuan penanaman nilai-nilai keagamaan bagi para santri, sebagaimana pesan UUD 1945 adalah untuk mewujudkan santri yang cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab dalam mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana diiungkapkan oleh Chaedar (2009:12) bahwa kebutuhan untuk membina generasi yang akan datang adalah dengan kemampuan menyusun kerangka moral imajinatif kian penting bukan saja untuk menyelesaikan persoalan

5 dengan cara-cara yang rasional dan saling menghargai tetapi penting untuk menjaga keutuhan masyarakat Indonesia yang majemuk. Menyadari betapa pentingnya pembinaan perilaku generasi muda yang mengaktualisasikan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupannya maka penulis mencoba untuk lebih memahami kondisi empiris di lapangan dengan mengambil judul penelitian ini PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBINA PERILAKU SANTRI YANG BERWATAK TERPELAJAR DAN ISLAMI (Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten. B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian penulis adalah mengenai peran pondok pesantren dalam membina perilaku santri yang berwatak terpelajar dan islami. Mengingat luasnya kajian permasalahan pada penulisan ini, maka penulis membatasi masalah kedalam beberapa rumusan, antara lain : 1. Bagaimana peran pesantren Al-Basyariah dalam membina watak santri yang terpelajar dan islami? 2. Bagaimana pola pembinaan yang dilakukan di pesantren Al-Basyariah dalam pembentukan watak santri yang terpelajar dan islami? 3. Bagaimana pelaksanaan pembinaan yang dilakukan pesantren Al- Basyariah dalam membentuk watak santri yang terpelajar dan Isami? 4. Bagaimana hasil yang diperoleh setelah dilaksanakannya pembinaan watak santri yang terpelajar dan islami di pesantren Al-Basyariah?

6 5. Bagaimana hambatan yang muncul dan upaya yang dilakukan dalam melaksanakan pembinaan watak santri Al- Basyariah? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai peran pondok pesantren dalam membina perilaku santri yang berwatak terpelajar dan islami. 2. Tujuan Khusus Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus antara lain: a. Untuk mengetahui peran pesantren Al-Basyariah dalam membina watak santri yang terpelajar dan islami. b. Bagaimana peran pesantren Al-Basyariah dalam membina watak santri yang terpelajar dan islami? c. Untuk mengetahui pola pembinaan yang dilakukan di pesantren Al- Basyariah dalam pembentukan watak santri yang terpelajar dan islami. d. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan yang dilakukan pesantren Al-Basyariah dalam membentuk watak santri yang terpelajar dan Isami. e. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh setelah dilaksanakannya pembinaan watak bagi santri pesantren Al-Basyariah. f. Untuk mengetahui hambatan yang muncul dan upaya yang dilakukan dalam melaksanakan pembinaan watak santri Al- Basyariah.

7 D. Manfaat penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki manfaat baik bagi penulis atau masyarakat umum sehingga penelitian dianggap memiliki nilai bagi pengembangan nilai nilai dalam masyarakat. 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan, khususnya dalam pendidikan nilai dan moral. 2. Secara Praktis a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam melakukan pembinaan watak masyarakat yang sesuai dengan nilainilai islami. b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi tenaga pendidik, pengambil kebijakan, terutama pendidik bidang kewarganegaraan dalam menanamkan nilai yang terpelajar dengan menitikberatkan pada sendi-sendi agama Islam. c. Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengembangan pendidikan pesantren guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik. E. Anggapan Dasar Anggapan dasar merupakan penjelas kedudukan permasalahan dalam penelitian. Anggapan dasar merupakan landasan teori dalam penelitian agar teori dapat secara lebih mudah dipahami peneliti. Surakhmad (1999: 96)

8 mengungkapkan bahwa anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Gagasan tentang letak persoalan atau permasalahan dalam hubungan yang lebih luas harus memiliki anggapan dasar. Anggapan dasar pada penelitian ini adalah: 1. Pondok pesantren diyakini sangat efektif membentuk karakter santrinya dengan baik (Penelitian Muharyadi Tri Yuli Setiabudi, tersedia di http://journal.unnes.ac.id). 2. Pesantren merupakan lembaga yang paling menentukan watak keislaman (Soebadri dan Johns dalam Zamakhsyari Dhofier, 2001:13) 3. Penanaman nilai-nilai islam di pesantren dibentuk melalui pembiasaan berperilaku sesuai dengan ajaran islam, sehingga dapat berpengaruh terhadap pembentukan watak santri yang islami. Hal itu senada dengan pandangan behavioristik yang menekankan bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan dengan mengondisikan stimulus dalam lingkungan (Abin Syamsudin, 2007:23). F. Penjelasan Istilah 1. Peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang utama (Poerwadarminta, 1985:735). 2. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqqul fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari (Maftuhu, 1994:6).

9 3. Santri adalah warga belajar dalam pondok pesantren yang mengkaji ilmuilmu agama (Sudirman, 2010:11). 4. Perilaku yaitu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu ( Robbins, 2006:93). 5. Watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah lakunya; budi pekerti; tabiat (http://kbbi.web.id). 6. Terpelajar adalah karakter seseorang yang telah memperoleh pelajaran (http://kbbi.web.id). 7. Islami adalah bersifat keislaman (http://kbbi.web.id). G. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah kyai, staf pengajar dan santri pondok pesantren Al-Basyariah, diharapkan subjek peneltian tersebut dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disusun dan dirancang untuk menjawab permasalahan yang dikaji dalam penelitian 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di Pondok Pesantren Al-Basyariah Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pra penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa tujuan daripada pembelajaran di pesantren ini salah satunya adalah membentuk perilaku santri yang terpelajar dengan berdasarkan syariat-syariat agama Islam.