PERBANDINGAN RENDEMEN CUKA KAYU

dokumen-dokumen yang mirip
RENDEMEN ARANG SEKAM DAN KUALITAS ASAP CAIR SEKAM PADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan

Mengapa Air Sangat Penting?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) Kata Kunci : Asap cair, limbah, kelapa sawit, tandan kosong sawit

ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1

KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENGOLAHAN BIO-OIL

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENELITIAN BERBAGAI JENIS KAYU LIMBAH PENGOLAHAN UNTUK PEMILIHAN BAHAN BAKU BRIKET ARANG

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

Pemanfaatan Bonggol Jagung Menjadi Asap Cair Menggunakan Proses Pirolisis Guna Untuk Pengawetan Ikan Layang (Decapterus spp)

PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA

PENGARUH JENIS KAYU BERBEDA TERHADAP MUTU IKAN SELAIS (Cryptopterus bicirchis) ASAP. Oleh : Abstrak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

QUALITY ASSESSMENT OF SMOKED SELAIS (Cryptopterus bicirrhis) RESULTS USING LABAN WOOD SMOKE WITH DIFFERENT METHODS FOR THE STORAGE ROOM TEMPERATURE

II. DESKRIPSI PROSES

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Dampak Perubahan Iklim

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu)

PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN. Oleh : Sri Komarayati

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

OPTIMASI PRODUKSI BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KARET

Iklim Perubahan iklim

Arang Tempurung Kelapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

TEKNOLOGI PELEBURAN PERAK CAMPURAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

ANALISA TEBAL DAN KADAR AIR KULIT POHON SERTA KECEPATAN TERPICUNYA API (Quick-Fire Start) JENIS GMELINA, SUNGKAI DAN SENGON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

Transkripsi:

PERBANDINGAN RENDEMEN CUKA KAYU (Wood Vinegar) JELUTUNG (Dyera spp) BERDASARKAN UKURAN BAHAN BAKU Oleh/by TRISNU SATRIADI, AHMAD JAUHARI, M. ARIANDI Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani KM 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan ABSTRACT Jelutung (Dyera spp) is one kind of flora that generally can be found Central Kalimantan, but their plentiful potential is solely exploited as secondary production. This research aims to find the quantity of jelutung s charcoal and wood vinegar. This research utilized jelutung wood to result charcoal and vinegar by expanding on different treatments in its sizes of 5 cm and 15 cm. Every treatment was burnt in the kiln in 10 hours. The treatments results to be analyzed are the quantity of charcoal and wood vinegar, and Japanese standard of wood vinegar quality. The result showed that the smaller size sample (5 cm) produced better quantity of charcoal and wood vinegar than the bigger one. However, quality of wood vinegar of jelutung has not been in accordance with Japanese standard. Key words: jelutung, charcoal, wood vinegar, quantity, quality Alamat korepondensi : Telp. +62-85249559581 PENDAHULUAN Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi dengan kawasan hutan yang luas di Indonesia. Hutan di Kalimantan Tengah memiliki potensi kayu yang besar karena merupakan hutan tropika basah. Selain itu banyaknya sungai di Kalimantan Tengah menyebabkan hutan-hutan pada daerah tertentu menjadi hutan payau atau berawa. Beberapa jenis pohon besar dapat berasosiasi dengan keadaan seperti ini, diantaranya adalah Dyera spp yang lebih dikenal dengan nama Jelutung. Masyarakat setempat menggunakan Jelutung tidak dalam jumlah besar, pemanfaatannya cenderung untuk digunakan sebagai kayu bakar saja karena mengandung getah yang sangat banyak dan pengolahan lebih jauh masih jarang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Kayu jelutung digunakan juga sebagai pelampung untuk membawa kayu-kayu lainnya yang tenggelam di air dan bahan yang bagus dijadikan kayu peti dan bahan bakar. Sangat disayangkan potensi yang melimpah ini hanya dimanfaatkan sebagai produk sampingan. Dengan perkembangan teknologi, kayu jelutung ini akan memiliki nilai yang lebih, salah satunya adalah melalui proses pengarangan dalam tungku yang mampu menghasilkan 2 (dua) produk sekaligus, yaitu arang dan cuka kayu (wood vinegar). Cuka kayu merupakan komoditas yang relatif baru berkembang, sehingga masyarakat belum banyak mengenalnya. Pemanfaatan cuka kayu umummya pada sektor pertanian antara lain dapat membuat tanaman menjadi sehat, mereduksi jumlah insektida Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 47

dan parasit tanaman; sedangkan pencampurannya dengan nutrisi pupuk dapat membuat tanaman tumbuh lebih baik, sebagai growth promotor dan pupuk alam dapat menggantikan pupuk kimia, mereduksi bau dari kompos dan pupuk kandang serta menyempurnakan kualitasnya. Cuka kayu merupakan suatu komponen organik dengan kandungan beberapa senyawa penting yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan antara lain perkebunan, pengawetan makanan dan pengobatan. Sebagai bahan pengawet pada makanan, asap cair dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, sehingga memperpanjang umur simpan produk sekaligus menambah cita rasa dan kenampakan tertentu pada bahan pangan (Hadiwiyoto, S. Dkk, 2000). Melihat kegunaan cuka kayu yang merupakan hasil sampingan dari pembuatan arang maka perlu dilakukan penelitian mengenai rendemen cuka kayu yang dihasilkan oleh kayu Jelutung. Namun dalam pembuatan arang, ukuran bahan baku akan mempengaruhi lamanya proses pemasakan sehingga selain mengetahui rendemen arang kayu yang dihasilkan akan dilakukan pula perbandingan rendemen cuka kayu berdasarkan ukuran bahan baku, serta kualitas dari cuka kayu tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di desa Pangkalan Rekan Kecamatan Basarang Kalimantan Tengah, meliputi persiapan, pengambilan bahan dan data lapangan, pembuatan arang dan cuka kayu. Penelitian juga dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru yakni untuk pengujian kualitas cuka kayu. Waktu penelitian yang diperlukan adalah 4 bulan mulai dari Bulan November 2008 hingga Bulan Februari 2009. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) gergaji dan parang untuk pengambilan sampel, (2) drum hasil modifikasi, (3) tungku tradisional, (4) timbangan untuk menimbang contoh uji dan cuka kayu, (5) kantong plastik untuk memasukan arang, (6) botol kaca untuk menampung cuka kayu, (7) Piknometer alat yang digunakan untuk menguji berat jenis cuka kayu, (8) phmeter, dan (9) Kamera untuk dokumentasi Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu Jelutung (Dyera spp), minyak tanah dan kayu bakar. Prosedur Penelitian Pengambilan contoh uji Pengambilan contoh uji dilakukan di Desa Pangkalan Rekan Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. Jelutung ditebang serendah mungkin dari tanah. Pembuatan contoh uji Contoh uji yang dipergunakan adalah Jelutung berdiameter ± 15 cm dengan penampakan luar sehat dan bebas dari penyakit. Banyak contoh uji yang digunakan adalah 2 x 2 = 4 contoh uji, dimana contoh uji ini mengalami 2 ulangan dengan panjang contoh uji 15 cm hingga mencapai berat 10 kg dan 2 contoh uji dengan berat yang sama tetapi berukuran 5 cm, bertujuan sebagai Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 48

pembanding lajunya proses pemasakan kayu menjadi arang dan cuka kayu yang dihasilkan. Proses Pembakaran Menggunakan Drum Hasil Modifikasi 1. Tungku drum terdiri dari empat bagian, yaitu badan drum yang dibuka salah satu ujungnya, tutup kilin atas, cerobong asap dan lubang-lubang udara pada bagian bawah drum, yang berfungsi juga sebagai tempat pembakaran utama 2. Contoh uji dimasukkan ke dalam tungku drum pada bagian atas dan ditata sedemikian rupa, kemudian dinyalakan dengan cara membakar bagian lubang udara dengan umpan bakar ranting-ranting kayu 3. Sesudah bahan baku menyala dan diperkirakan tidak akan padam maka tungkun ditutup dan cerobong asap dipasang. 4. Pengarangan dianggap selesai apabila asap yang keluar dari cerobong menipis dan berwarna kebiru-biruan. Selanjutnya tungku diturunkan sejajar dengan tanah dan cerobong asap ditutup dengan kertas atau kain yang sebelumnya telah dibasahi dengan air. Penimbangan dan Pengumpulan Data Pembongkaran arang dilakukan setelah proses pendinginan selesai, kemudian arang hasil pembakaran ditimbang beratnya. Uap hasil pendinginan partikel air dari asap yang disebut juga cuka kayu diambil dari tempat penampungan yang dialirkan melalui saluran pendingin. Cuka kayu tersebut disimpan dalam botol yang telah ditimbang botolnya kemudian dilakukan penimbangan berat cuka kayu. Data arang dan cuka kayu yang telah diketahui dimasukkan ke dalam analisis data, untuk selanjutnya siap dihitung nilai rendemennya. Analisis Data Data hasil pengukuran berat ditabulasi seperti pada tabel 3 untuk kemudian disimpilkan secara deskriptif. Perhitungan rendemen digunakan rumus sebagai berikut : R = Output Input x100 % Dimana : R = rendemen, Output = Berat arang / cuka kayu yang dihasilkan (gr), input = Berat kayu Jelutung sebelum pembakaran (gr) Hasil perhitungan rendemen masing-masing parameter selanjutnya dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata, nilai batas atas dan batas bawah. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 49

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Rendemen Arang Rendemen arang dari proses pembuatan cuka kayu pada kayu Jelutung (Dyera spp) hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Arang merupakan hasil sampingan dalam pembuatan cuka kayu. Gambar 1 menunjukan bahwa kedua perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan. Nilai rata-rata tertinggi rendemen arang terdapat pada perlakuan A (pemasakan cuka kayu menggunakan contoh uji berukuran 5 cm), yaitu sebesar 4,25 %, sedangkan perlakuan B hanya sebesar 3,75 %. Kayu Jelutung yang digunakan sebagai bahan baku tidak mengabaikan kulit karena kulit kayu merupakan jaringan batang pohon yang paling penting kedua setelah kayu (Fengel dan Wegener, 1995). Besarnya rendemen arang pada perlakuan A dikarenakan ukuran yang lebih kecil dibandingkan perlakuan B. Perlakuan A rongga antar tumpukan bahan baku lebih banyak sehingga proses terbakarnya bahan baku menjadi arang agak terhambat. Fengel dan Wegener (1995) menyatakan kulit memiliki sifat pembengkakan yang berbeda, kurang anisotropik, memiliki koefisien perambat panas sedikit lebih rendah dan jauh lebih lunak dalam semua sifat mekanik kayu. Berbeda halnya dengan perlakuan B yang memiliki ukuran lebih panjang, proses pemanasannya memerlukan waktu yang lebih singkat sehingga pembakaran menghasilkan abu yang banyak. Lama proses pembakaran yang digunakan untuk kedua perlakuan yaitu 10 jam. Gambar 1. Grafik kisaran nilai rendemen arang Jelutung (Dyera spp) Keterangan : A = perlakuan 5 cm; B = perlakuan 15 cm; BB = Nilai Batas Bawah; BA = Nilai batas Atas; R = Rata-rata Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 50

Cuka Kayu Hasil perhitungan nilai rendemen cuka kayu dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan bahwa cuka kayu yang dihasilkan tidak berbeda secara signifikan berdasarkan ukuran bahan baku. Pemasakan cuka kayu pada kayu Jelutung (Dyera spp) didapat nilai rendemen cuka kayu tertinggi ratarata cuka kayu pada perlakuan A (pemasakan cuka kayu menggunakan contoh uji berukuran 5 cm), yaitu 6,4 %, sedangkan perlakuan B hanya sebesar 6,3 %. Gambar 2. Grafik kisaran nilai rendemen cuka kayu Jelutung (Dyera spp) Keterangan : A = perlakuan 5 cm; B = perlakuan 15 cm; BB = Nilai Batas Bawah; BA = Nilai batas Atas; R = Rata-rata Kualitas Cuka Kayu Pengujian cuka kayu hasil pemasakan diuji di Balai riset dan standarisasi Industri Banjarbaru. Hasil pengujian dapat diamati pada Tabel 1. Berdasarkan hasil pengujian, diketahui berat jenis hasil pemasakan cuka kayu Jelutung hampir termasuk ke dalam Standar Kualitas Cuka Kayu Asal Jepang (<1,005), yaitu 1,0014. Keasaman cuka kayu Jelutung 3,82, sedangkan Standarisasi Kualitas Cuka Kayu Asal Jepang 1,5-3,7. Dari hasil kadar kotor cuka kayu Jelutung didapat nilai hasil uji 0,25% sehingga tergolong dalam kelas tidak keruh dan kadar air cuka kayu Jelutung 9,93%, termasuk ke dalam Standarisasi Kualitas Cuka Kayu Asal Jepang (1-18%). Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 51

Tabel 1. Hasil Pengujian Cuka Kayu (Wood Vinegar) Jelutung (Dyera spp) No Parameter Uji Satuan Hasil Uji Standar Jepang Metode Uji 1. Berat Jenis - 1,0014 < 1,005 Piknometer 2. Keasaman (ph) - 3,82 1,5-3,7 ph meter 3. Kadar Kotor/ Tidak ada % 0,25 Transparansi suspensi Gravimetri 4. Kadar Air % 9,93 - Destilasi toluene 5. Warna - Kuning Coklat Kuning Coklat kemerahan Kemerahan - 6. Bau - Asap Kuat - - Pembahasan Hasil rendemen arang pada perlakuan A (ukuran 5 cm) lebih besar dari perlakuan B (ukuran 15 cm), diindikasikan karena dalam proses pembakaran perlakuan B lebih cepat terbakar karena ukuran B lebih besar dari ukuran A. Ruang pada contoh uji B (ukuran 15 cm) memiliki kandungan oksigen (O 2 ) yang lebih banyak dibandingkan contoh uji A (ukuran 5 cm). Langkah pertama dalam pembakaran ialah penguapan air yang ada, kemudian komponenkomponen yang mudah menguap dan kayu, yang terbakar dan yang tidak terbakar, dikeluarkan pada suhu 100 hingga 600 C. 75% hingga 85% dari kayu dapat diuapkan. Komponen-komponen yang mudah menguap yang dapat terbakar, terbakar seperti gas, sedang sisanya yang padat, terutama karbon, terbakar serupa benar seperti arang. Reaksi pembakaran meliputi penggabungan zat arang dari kayu dengan oksigen untuk membentuk arang dioksida dan penggabungan hidrogen dari kayu dengan oksigen untuk membentuk air. Oksigen dalam reaksi tersebut sebagian berasal dari kayu dan sebagian bersal dari udara. Kayu mengandung kira-kira mengandung 6% hidrogen, 49% zat arang dan 44% oksigen. Jumlah oksigen yang diperlukan dalam praktek, lebih banyak udara yang diperlukan daripada jumlah teoritis ini untuk menjamin pembakaran yang sempurna. Ini dinamakan udara berlebih (Haygreen, J.G dan Bowyer J.L., 1989). Resin mempunyai nilai panas hampir dua kali kayu, karenanya kayu beresin memiliki nilai agak lebih tinggi daripada kayu tanpa resin. Kulit kayu dan kayu dari kayu lunak umumnya cenderung agak lebih tinggi nilai panasnya daripada kayu keras. Nilai panas juga bervariasi dengan spesies karena bervariasinya proporsi zat arang, oksigen dan hidrogen yang ada (Haygreen, J.G dan Bowyer J.L., 1989.). FAO (1987) menyatakan bahwa arang merupakan suatu zat padat sisa hasil pembakaran dari kayu atau bahan yang mengandung karbon (carbonaceous substances) melalui proses pyrolisis atau karbonisasi dalam ruangan tertutup atau dalam kondisi tanpa udara. White dan Dietenberger (2001) menyatakan bahwa zat kayu mengalami degradasi termal dalam proses pyrolisis. Pada suhu antara 100 o C sampai 200 o C, kayu mengalami dehidrasi dan menghasilkan uap air serta beberapa gas dan cairan seperti Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 52

CO 2, H 2 O, asam format, dan asam asetat. Komponen utama kayu seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin mengalami degradasi termal pada suhu antara 200 o C sampai 450 o C. Pada suhu di atas 450 o C, zat kayu yang masih tersisa adalah arang. FAO (1987) menyatakan pemanasan lebih lanjut sampai 500 o C dapat menghasilkan arang dengan kadar karbon terikat mencapai 85%, zat mudah menguap (volatile matters) sekitar 10%, serta kadar abu antara 3-5%. Kecepatan proses pengarangan mempengaruhi jumlah rendemen cuka kayu yang dihasilkan. Pada Proses pengarangan penelitian ini menggunakan drum modifikasi dan kondensator yang sederhana sehingga kecepatan proses pengarangan mengakibatkan penguapan air lebih cepat dan tidak dapat dikondensasikan secara maksimal. Asap dalam pembakaran berubah menjadi uap, turun dan menjadi dingin, kemudian mencair menjadi sebuah zat yang disebut asam pyrologneous atau cuka kayu. Cuka kayu murni sebagian mengandung air 80 % - 90 %, tetapi juga mengandung lebih dari 200 komponen lain, termasuk asam asetik, methilalkohol, aseton dan sejumlah kecil senyawa kimia yang lain (Shu li, 1999). Cuka kayu adalah cairan hasil kondensasi asap dari pembakaran kayu, rendemen arang dari metode ini sekitar 30%, sisanya 70% adalah asap/gas dan sedikit tar (Lampung Pos, 2007). Rendemen Cuka Kayu pada perlakuan A (ukuran 5 cm) lebih besar dibandingkan perlakuan B (ukuran 15 cm) tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan. Ada hal yang perlu dicermati yakni dari sisi fisik dalam proses pembuatan cuka kayu. Karakteristik keadaan contoh uji selama proses pengolahan kayu menjadi Cuka Kayu seperti terlihat pada Tabel 2. Berdasarkan tabel maka dapat diketahui karakteristik kayu yang tepat untuk proses pengembangan/pengolahan cuka kayu berukuran 5 cm (perlakuan A) dan 15 cm (perlakuan B). Perlakuan A dengan ukuran yang kecil (5 cm) lebih efisien digunakan jika dilakukan usaha produksi dalam jumlah besar karena menghasilkan arang yang lebih banyak dan juga cuka kayu yang banyak dengan syarat waktu/lamanya proses produksi kurang dari 10 jam. Menurut Yatagai (2001), mutu cuka kayu bervariasi tergantung pada jenis tempat pengeringan arang, jenis perubahan oleh temperatur karbonisaasi dan jenis kayu. Komponen kimia cuka ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis kayu, umur tanaman, sumber kayu dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim dan tanah (Astuti, 2000). Temperatur pembuatan asap juga akan mempengaruhi kualitas asap yang dihasilkan (Darmadji dkk, 1999). Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 53

Tabel 2. Karakteristik Cuka kayu Jelutung Kondisi Contoh Uji Contoh Uji Analisa Materi Berukuran 5 Cm Berukuran 15 cm Bahan Baku Lambat Cepat Produk yang dihasilkan Warna Cerah Agak Keruh Perubahan warna menjadi agak keruh menjelang 10 jam terakhir proses produksi Bau Asap kuat Asap kuat -Waktu pembakaran terlalu lama - Dipengaruhi getah Kadar abu Kurang Tinggi (Masih ada arang kayu) Tinggi (Tidak ada arang kayu) Hampir habis terbakar Arang kayu Banyak (8,5 %) Sedikit (7,5 %) Ukuran contoh uji mempengaruhi Getah kayu Banyak Banyak Getah yang terbakar mempengaruhi bau cuka yang dihasilkan Bentuk Log 5 cm Log 15 cm Kulit berpengaruh terhadap (ukuran) dengan kulit dengan kulit proses pembakaran Bahan Bakar ± 1 m 3 ± 1 m 3 Banyak kalor terbuang karena pembuatan di tempat terbuka Angin Berpengaruh Berpengaruh Angin kencang mengakibatkan api bergerak ke berbagai arah sehingga kalor tidak fokus Waktu / Lama Proses Produksi ± 10 jam ± 10 jam Terlalu lama, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan waktu yang bervariasi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian cuka kayu (wood vinegar) Jelutung (Dyera spp) adalah : 1. Nilai rendemen arang pada perlakuan A (ukuran 5 cm) lebih besar dibandingkan rendemen arang pada perlakuan B (ukuran 15 cm) 2. Hasil rendemen cuka kayu pada perlakuan A tidak berbeda secara signifikan dengan perlakuan B 3. Berdasarkan hasil pengujian, cuka kayu (wood vinegar) Jelutung tidak termasuk ke dalam standar kualitas cuka kayu asal jepang secara khusus tetapi masih dapat dimanfaatkan. Saran Untuk mendapatkan rendemen arang dan cuka kayu yang tinggi maka sebaiknya menggunakan bahan baku dengan ukuran 5 cm dan lama pembakaran kurang dari 10 jam, untuk penghematan penggunaan bahan bakar sebaiknya menggunakan tungku yang tertutup atau menyatu dengan drum agar kalor yang dihasilkan lebih efisien. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 54

DAFTAR PUSTAKA Astuti. 2000. Bioshell: Pengawet Alami. Reform. http://coconutcenter.blogspot.com Darmadji. 1999. Bioshell: Pengawet Alami. Reform. http://coconutcenter.blogspot.com Fengel, D dan Wegener. 1995. Kayu Kimia Ultrastruktur Reaksi-Reaksi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Food and Agriculture Organization. 1987. Simple Technology in Charcoal Making. http://www.fao.org/docrep/x5 328e/x5328e00.html Hadiwiyoto, S., Darmadji, P., Purwarasari, S.R.. 2000. Perbandingan Pengasapan Panas dan Penggunaan Asap Cair pada Pengolahan Ikan: Tinjauan Kandungan Benzopirin, Fenol, dan Sifat Organoleptik Ikan Asap. Agritech. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada. Haygreen, J.G dan Bowyer J.L., 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar Diterjemahkan oleh Soettjipto A. Hadikusuma. UGM Yogyakarta. Lampung Pos, 2007. Teknologi Cuka Kayu, Produk Beragam Manfaat. webmaster@mediaindonesia.co.id Shu Li. 1999. Wood Vinegar. Reform. http://wwwsumiworld.com/vinegar.ht ml. White, R.H. dan M.A. Dietenberg. Wood Products: Thermal Degradation and Products. Encyclopedia of Materials: Science and Technology, pp. 9712-9716. Yatagai, Mitsoyushi. 2001. Utilization of Charcoal and Wood Vinegar in Japan. RCDCFT in Coorporation with JCFA. Bogor. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 30, Edisi September 2010 55