BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

I. PENDAHULUAN. sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu. mengembangkan kemampuan berfikir anak, karena keberhasilan proses

S, 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SUB-KONSEP PENCEMARAN AIR

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2015 PENGUASAAN KONSEP SISWA TOPIK PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Nurjannah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. kimia adalah pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip,dan hukum. Proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO,

BAB I PENDAHULUAN. adalah warisan intelektual manusia yang telah sampai kepada kita (Ataha,

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mahluk hidup, lingkungan, dan interaksinya.

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS GUIDED INQUIRY

2016 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING DALAM PRAKTIKUM PEMBUATAN CINCAU PADA POKOK BAHASAN KOLOID

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran sains yang sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Pada pembelajaran fisika dibutuhkan suatu pemahaman konsep yang matang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai arti penting dalam pengembangan teknologi. Konsep-konsep fisika

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

2016 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING REAKSI TRANSESTERIFIKASI PADA KONTEKS PEMBUATAN BIODIESEL

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebihlebih. bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menuntut individu untuk memiliki kecakapan berpikir yang baik untuk

I. PENDAHULUAN. anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Mata pelajaran kimia termasuk ke dalam Pelajaran IPA yang merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa karena banyaknya konsep kimia yang abstrak, hanya berupa hafalan-hafalan dan hitungan-hitungan, sehingga keterkaitan konsep yang satu dengan yang lainnya sulit difahami oleh siswa. Maka dari itu ketika siswa mempelajari beberapa materi yang terdapat dalam mata pelajaran kimia perlu dibantu dengan kegiatan praktikum supaya konsepnya lebih mudah dipahami siswa. Tentunya untuk melakukan pembelajaran yang melibatkan kegiatan praktikum tidak bisa sepenuhnya dilakukan di dalam kelas. Dalam hal ini fungsi laboratorium dalam pembelajaran kimia sangatlah penting untuk menunjang pembelajaran yang melibatkan kegiatan praktikum tersebut. Menurut Arifin (1995), fungsi laboratorium tidak diartikan sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar yang sekedar mencocokkan kebenaran teori yang telah diajarkan di kelas. Laboratorium kimia bukanlah sekedar tempat untuk mempraktekkan apakah reaksinya cocok dengan teori, tetapi juga pembelajaran di dalamnya harus mengembangkan proses berpikir dengan timbulnya pertanyaan, mengapa reaksinya demikian?, bagaimana kalau?, dalam kondisi lain apa yang terjadi? dan seterusnya. Dengan kata lain laboratorium kimia tidak hanya mempersoalkan hasil akhirnya, tapi bagaimana proses berpikir kritis siswa dapat berkembang. Menurut Hassoubah (2007), sebagai manusia, siswa telah dikaruniai potensi untuk berpikir. Melalui pembinaan, pendidikan dan pembelajaran yang tepat siswa dapat berpikir kritis dan karakter siswa dapat berkembang dengan baik. Karena itu potensi yang ada ini perlu dikembangkan sehingga siswa yang nantinya akan menjadi manusia dewasa dapat melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Menurut Richard W. Paul dalam Hassoubah (2007), ketika siswa dapat berpikir secara kritis terhadap materi perlajaran dalam bentuk

2 informasi yang mereka terima kemudian mereka menganggap hipotesis sebagai suatu kebenaran, ketika itu siswa dididik untuk menguji struktur logika, berpikir secara kritis serta menguji kebenaran ilmu pengetahuan dengan pengalaman. Kemudian mereka diberi apresiasi yang mencerminkan kemandirian intelektual, keberanian, kesopanan dan keimanan sehingga pada akhirnya siswa akan menjadi orang dewasa yang bermoral dan bertanggungjawab. Dalam dunia pendidikan dan proses belajar-mengajar, siswa tidak boleh diperlakukan seperti busa (spons) di dalam kelas yang menyerap ilmu dari guru, tanpa diberi kesempatan untuk bertanya, melakukan penilaian atau investigasi, dan diperlakukan dengan tidak hormat. Menghormati adalah sebuah konsep moral yang ada pada diri seseorang. Untuk bisa menghormati, para siswa harus belajar secara kritis dan mempraktikkannya. Meskipun memiliki kemampuan berpikir kritis, bukan jaminan akan menjadi orang yang bertanggungjawab, namun penerapan berpikir kritis dapat menjauhkan seseorang dari keputusan yang keliru, tidak bermoral, dan tergesa-gesa. Untuk mengembangkan siswa yang mampu memberdayakan kemampuan berpikir kritis, paradigma student centered lebih tepat digunakan. Berpikir kritis berkaitan dengan aktivitas tingkat tinggi seperti halnya kemampuan dalam memecahkan masalah, menetapkan keputusan, berpikir reflektif, berpikir kreatif dan mengambil kesimpulan secara logis. Untuk menjadikan materi kimia lebih menarik, lebih mengajak siswa untuk berpikir dalam sebuah percobaan yang siswa belum tahu hasilnya seperti apa maka guru harus mampu mengambil suatu kebijakan. Kebijakan tersebut salahsatunya yaitu dengan perbaikan model pembelajaran sehingga kompetensi belajar yang diharapkan akan tercapai dengan baik, sebab dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas (Suyanti, 2010). Menurut Gulo (2002), salah satu model pembelarajan yang berpusat pada siswa yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia adalah model inkuiri. Model inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara

3 sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Menurut Dhari (1998) model inkuiri dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan materi yang didapatkan dapat lebih bermakna lagi bagi siswa. Arifin (2000) menyatakan bahwa inkuiri dapat dicapai melalui metode ceramah atau praktikum. Selain untuk memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa, kegiatan praktikum juga dapat mengembangkan kegiatan siswa dalam berinkuiri sehingga selama kegiatan praktikum proses inkuiri dapat berkembang. Melalui praktikum pula, siswa mengembangkan proses berpikir dengan timbulnya pertanyaan. Siswa dituntut untuk berpikir selama kegiatan praktikum yang berbasis inkuiri. Dari hal tersebut dapat terlihat hubungan antara kegiatan praktikum, inkuiri dan proses berpikir siswa. Materi yang akan disampaikan dengan model inkuiri untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu penentuan larutan elektrolit dan nonelektrolit sampai penentuan larutan elektrolit lemah dan kuat. Materi larutan elektrolit dan nonelektrolit ini diharapkan lebih efektif dilakukan pembelajarannya melalui praktikum oleh siswa. Pembelajaran melalui praktikum, memberikan kesempatan belajar lebih banyak untuk siswa agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan suatu masalah selama pembelajaran kimia berlangsung. Dengan demikian misi utama pendidikan kimia, yaitu: penumbuhan kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan cara berpikir dalam kimia, yang mengandalkan observasi, analisis, dan eksperimentasi dapat terealisasikan. Penelitian mengenai analisis keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri dipandang perlu untuk dilakukan, karena siswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis selama proses belajar dengan cara merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, meguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan sehingga

4 mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi. Apabila siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dengan baik, diharapkan siswa nantinya akan menjadi manusia dewasa yang mampu memecahkan masalah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di beberapa sekolah di kota Bandung diketahui bahwa karakteristik Lembar Kerja Siswa yang telah ada berupa LKS praktikum yang langkah kerjanya berupa instruksi langsung dan analisis data berupa verifikasi sehingga tidak mengajak siswa untuk melakukan suatu investigasi. Tidak jarang guru hanya melakukan demonstrasi di depan kelas sehingga tidak melatih siswa untuk melakukan penyelidikan langsung supaya lebih mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan. Oleh karena itu pembelajaran kimia menjadi kurang bermakna bagi siswa. Setelah dibuat prosedur praktikum Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit oleh Tresnawati (2011) dan dibuat LKS Inkuiri Terbimbing Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit oleh Ma arif (2012) kemudian LKS tersebut belum pernah diimplementasikan pada pembelajaran di kelas. Penulis bermaksud untuk mengimplementasikan hasil karya tersebut yang sebelumnya sudah mengalami revisi dan memperoleh gambaran mengenai keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengajukan judul penelitian: Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah secara umum untuk penelitian ini adalah Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa kelas X pada pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit menggunakan model inkuiri? Rumusan masalah yang diteliti dijabarkan melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut:

5 1. Bagaimanakah pencapaian keterampilan berpikir kritis seluruh siswa pada masing-masing sub indikator KBKr yang dikembangkan dalam pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan model inkuiri? 2. Bagaimana pencapaian keterampilan berpikir kritis setiap kategori siswa pada masing-masing sub indikator KBKr yang dikembangkan dalam pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit melalui model inkuiri? 3. Sub indikator keterampilan berprikir kritis apa yang lebih terkembangkan oleh setiap kategori siswa kelas X pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan model inkuiri? 4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan model inkuiri? C. Pembatasan Masalah Untuk mengarahkan penelitian ini, maka permasalahan perlu dibatasi agar terhindar dari kajian penelitian yang meluas, pembatasan masalah tersebut adalah: 1. LKS inkuiri yang digunakan adalah LKS produk pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit hasil penelitian Ma arif (2012) yang telah direvisi berdasarkan saran-saran yang diajukan. 2. Model pembelajaran inkuiri yang digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing agar sesuai dengan LKS yang dikembangkan berupa LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing. 3. Sub indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan pada soal tes tertulis ialah keterampilan memberikan penjelasan sederhana, keterampilan menyebutkan contoh, keterampilan memberikan alasan, keterampilan mendefinisikan istilah, dan keterampilan menarik kesimpulan. D. Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan gambaran tentang pencapaian keterampilan berpikir kritis seluruh siswa pada masing-masing sub indikator KBKr yang dikembangkan

6 dalam pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan model inkuiri, 2. Mendapat gambaran tentang pencapaian keterampilan berpikir kritis setiap kategori siswa pada masing-masing sub indikator KBKr yang dikembangkan dalam pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit melalui model inkuiri, 3. Menganalisis sub indikator keterampilan berprikir kritis yang lebih terkembangkan oleh setiap kategori siswa kelas X pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan model inkuiri, 4. Memperoleh tanggapan siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit menggunakan model inkuiri. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi siswa a. Melatih keterampilan berpikir kritis siswa dengan cara mengemukakan masalah dari fenomena yang ada, mengemukakan hipotesis/jawaban sementara dari permasalahan. b. Meningkatkan kreativitas dan inovasi siswa dalam menentukan alat dan bahan praktikum serta merancang percobaan. c. Memberikan pengalaman belajar baru pada praktikum dengan menggunakan LKS inkuiri 2. Bagi guru: a. Memberikan informasi sebagai pembelajaran alternatif menggunakan LKS bagi guru dalam pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit, dengan LKS ini guru dapat melatih siswa dalam menemukan konsep sendiri melalui langkah-langkah inkuiri. b. Membuka pikiran guru bahwa praktikum khususnya pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit tidak harus dilakukan seperti menggunakan

7 buku resep masakan agar dapat melatih siswa dalam menemukan konsep sendiri melalui langkah-langkah inkuiri. c. Memberikan informasi kepada guru-guru kimia mengenai keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan menggunakan model inkuiri. 3. Bagi peneliti lain: a. Memberikan acuan untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya b. Menjadikan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebagai salah satu dasar penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. F. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini berjudul Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Menggunakan Model Inkuiri, dengan rincian penulisan skripsi yang terdiri dari lima bab. Pertama adalah Bab I sebagai bab pendahuluan dalam melakukan penelitian, memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Kedua adalah Bab II, terdiri dari kajian pustaka (membahas mengenai teoriteori yang melandasi penyusunan, yaitu pembahasan mengenai keterampilan berpikir kritis, model pembelajaran inkuiri, tinjauan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit), penelitian terdahulu yang relevan serta kerangka pemikiran. Ketiga adalah Bab III sebagai bab yang membahas metodologi penelitian, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrument serta teknik pengumpulan data. Keempat adalah Bab IV merupakan bab yang menunjukkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pencapaian keterampilan berpikir kritis seluruh siswa pada masing-masing sub indikator KBKr, pencapaian KBKr setiap kategori siswa pada masing-masing sub indikator, dan sub indkator KBKr yang lebih terkembangkan oleh setiap kategori siswa serta tanggapan siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit menggunakan

8 model inkuiri meliputi tanggapan terhadap LKS, pelaksanaan praktikum dan proses pembelajaran secara keseluruhan. Bab terakhir dalam penulisan skripsi adalah Bab V yang memuat kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil penelitian.