BAB I PENDAHULUAN. peranan guru, kepala madrasah dan komite madrasah dalam mengelola. satuan pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam mendidik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelamin dan pendidikan guru yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 31,8 68,2 Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup dimasa depan.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam. kehidupan, baik kehidupan keluarga atau berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Kukaba, Yogyakarta, 2012, hlm.

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu penentu dari kualitas hasil penelitian adalah pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

PENGARUH KOMITE, PENGAWAS DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMAN 7 PURWOREJO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional, Yrama Media, Bandung, 2009, hlm.14. 2

BAB I PENDAHULUAN. diorientasikan agar para peserta didik mampu berperan dalam kehidupan sehari-hari di

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara menyeluruh bagi seseorang. Tidak terkecuali bagi seorang siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Muslich, Etika Bisnis Pendekatan Substansi dan Fungsional, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Cetakan Ke 1, 1998, hlm. 61.

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. mana diantara keduanya terjalin suatu interaksi. Aspek administrasi dan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 4.

KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENGELOLA MADRASAH (Studi Tentang Pengelolaan Madrasah Pada MTs N Prembun Kabupaten Kebumen) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di sebuah lembaga madrasah merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa, seperti yang telah tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang. Allah dalam Al-Qur an pada surah Al-Mujadalah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi kondisi yang ada di lingkungan sekitarnya. 1. Sedangkan menurut Muhammad Al-Mighwar self control (kontrol diri)

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. H. Saiful Sagala, Administrasi Pendidkan Kontemporer, cet. V, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 21.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Oleh karena, itu bagi sebuah bangsa

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

BAB I PENDAHULUAN. Maka seorang pemimpin selain perlu memikirkan gaya kepemimpinannya, dia

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, 2005, hlm. 49. hlm , hlm , hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki nilai yang strategi dan urgen dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha dan kerja keras melalui jalur pendidikan, sekolah, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah sedang giat menggalakkan pembangunan disegala bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran ilmu pengetahuan terjadi dalam lembaga pendidikan tersebut.tanpa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. agar bisa memenuhi kebutuhan pendidikan di masa sekarang dan yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang tersebut, kewenangan pengelolaan. nasional yang perlu dikonstruksi dalam rangka otonomi daerah berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, tangguh, dan siap

terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

DAFTAR PUSTAKA. A.Samana (1994). Profesionalisme keguruan. Yogykarta: Kanisius.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan mampu. menghasilkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif,mandiri, mempunyai

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP TRI MURTI KECAMATAN PAKISAN KABUPATEN MALANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah sebagai satuan pendidikan dikatakan efektif apabila kepala sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tidak terlepas dari peranan guru, kepala madrasah dan komite madrasah dalam mengelola satuan pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam mendidik sumber daya manusia. Karena merekalah yang pertama kali memberikan dasar dasar ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Keberhasilan proses belajar mengajar dan tujuan pendidikan nasional salah satunya berada di pundak guru. Oleh sebab itu guru dituntut secara terus - menerus untuk selalu meningkatkan motivasinya dalam mengajar. Motivasi ( motivation) berasal dari kata dasar motif ( motive ) yang berarti dorongan sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu, biasanya motif itu diwujudkan dalam tindak tanduk seseorang. Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuan. 1 Motivasi dapat memacu seseorang bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Motivasi dapat meningkatkan prokdutifitas kerja sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan individu, kelompok maupun organisasi. 2 1 Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Gunung Agung, Jakarta, 2000,.hlm. 351 2 Didin Kurniadin & Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2013 1

2 Motivasi merupakan daya dorong seseorang untuk meningkatkan prokduktifitas kerja dan memberikan pengaruh yang sangat besar untuk mencapai tujuannya. Dengan motivasi seseorang dapat meningkatkan produktifitas kerjanya sehingga dapat mencapai tujuan dan hasil kerja yang diinginkan secara maksimal. Pengajaran adalah alat untuk membentuk pribadi terdidik. Jadi guru lebih banyak memberi berbagai pengalaman belajar melalui berbagai kegiatan belajar yang bervariasi. Dengan cara demikian murid merasakan memperoleh penguatan (reinforcement). 3 Mengajar diartikan sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengakur lingkungan sebaik baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. 4 Guru dalam mengajar bukan hanya memberi materi pelajaran saja, tetapi harus bisa mendidik. Artinya seorang guru dalam mengajar harus bisa mendidik mental dan kepribadian peserta didik. Dengan demikian seorang siswa dapat memperoleh penguatan jati dirinya menjadi manusia yang berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia. Persoalan yang kini muncul adalah isu rendahnya motivasi guru dalam mengajar di semua jenjang pendidikan khususnya pada Madarasah Tsanawiyah Negeri. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala madrasah dan peran serta 3 Piet A Suhertian,Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm.141. 4 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, him. 46

3 komite dalam mengelola satuan pendidikan. Berdasarkan observasi peneliti, motivasi mengajar guru di lingkungan satuan pendidikan saat ini mengalami penurunan. Tidak ketinggalan pula pada Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Pati. Hal ini dapat dilihat dari kedatangan guru dalam mengajar yang tidak tepat waktu, kehadiran guru dalam berbagai rapat yang tidak tepat waktu, dan menghadiri acara acara dan kegiatan sebelum jam pelajaran sekolah selesai. Berbagai usaha telah diterapkan pemerintah dalam mengatasi menurunnya motivasi mengajar guru. Yaitu, untuk mendongkrak kualitas guru, seperti program beasiswa studi lanjut, training untuk meningkatkan kompetensi maupun program program sertifikasi dan kualifikasi. 5. Wujud nyata kepala madrasah dalam memacu motivasi mengajar guru antara lain adalah menerapkan gaya kepemimpinan demokratis dalam mengelola satuan pendidikan. Begitu juga peran serta komite madrasah dalam membantu kelancaran proses belajar mengajar di satuan pendidikan. Dalam agama Islam, kepemimpinan begitu penting sehingga mendapat perhatian yang sangat besar. Begitu pentingnya kepemimpinan ini, mengharuskan setiap perkumpulan untuk memiliki pemimpin, bahkan perkumpulan dalam jumlah kecil sekalipun. 6 5 Syamsul Ma arif, Guru Profesional Harapan dan Kenyataan, Need s Press, Semarang, hlm. 11 6 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelola Lembaga Pendidikan Islam, Erlangga, Malang, 2007, hlm. 269.

4 Kepemimpinan atau leadership merupakan seni dan ketrampilan orang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang lain agar melaksanakan aktivitas tertentu yang diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan. Memimpin adalah mengerjakan niat demi tujuan tertentu,tetapi yang dilaksanakan orang lain. Orang yang dipimpin adalah yang diperintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal ataupun nonformal. 7 Setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan kepribadian sendiri yang unik dan khas. Dengan demikian tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan dirinya dan orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku kepemimpinannya. 8 Bentuk gaya kepemimpinan seorang pemimpin merupakan ciri khas yang dapat membedakan dirinya dengan pemimpin yang lain. Seorang kepala madrasah yang satu dengan yang lain dalam memimpin madrasah menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Pada suatu proses kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin mengaplikasikan suatu gaya tertentu. Gaya kepemimpinan yang efektif merupakan gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi, mendorong mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin sesuai 7 Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.139. 8 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 212

5 dengan situasi dan kondisi supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dalam mencapai tujuan organisasi. 9 Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efesien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu pimpinan, melainkan kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap kelompok. 10 Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu maupun mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing - masing mampu memanfaaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat - saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan demokratis sering disebut sebagai kepemimpinan group developer. 11 Gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah merupakan sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan kepribadian sendiri yang unik dan khas yang diterapkan kepala madrasah dalam mengkoordinasikan pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu 9 Baharuddin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Ar-Ruzz, Yoqyakarta, 2013, hlm. 53 10 Didin Kurniadin & Imam Machali, Op. Cit, hlm.305. 11 Didin Kurniadin & Imam Machali, Ibid, hlm. 306.

6 pimpinan, melainkan kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap kelompok. Sehingga gaya kepemimpinan demokratis sangat diharapkan di bebagai organisasi, baik di organisasi madrasah maupun organisasi lainnya. Lembaga pendidikan itu bukanlah badan yang berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan putra - putra bangsa, melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang luas. Ia sebagai sistem terbuka, yang selalu mengadakan kerja sama dengan warga masyarakat lainnya, secara bersama-sama membangun di bidang pendidikan. Hal ini sangat mungkin dilakukan sebab masyarakat sangat sadar akan manfaat pendidikan sebagai modal utama dalam membangun dan memajukan bangsa termasuk masyarakat / keluarga itu sendiri. 12 Sejalan dengan konsep di atas pemerintah menyerukan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Seruan ini mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan hendaknya tidak menutup diri, melainkan selalu mengadakan kontak hubungan dengan dunia luar yaitu orang tua dan masyarakat sekitar sebagai teman penanggung jawab pendidikan. Dengan kedua kelompok inilah sekolah / perguruan tinggi bekerja sama mengatasi problem-problem pendidikan yang muncul dan memajukannya. 13 12 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hlm.184. 13 Made Pidarta, Ibid, hlm.183.

7 Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maidah, ayat 2: Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran 14 Kedudukan masyarakat dalam manajemen sekolah amat penting untuk memajukan kualitas sekolah. Keterlibatan masyarakat membantu memajukan kualitas sekolah semakin terbuka dengan kebijakan sistem otonomi pendidikan khususnya di sekolah. Desentralisasi pendidikan bermakna memberikan hak dan kewenangan, serta pemberdayaan masyarakat dalam pemberdayaan pendidikan. 15 Manajemen sekolah konsepnya sudah lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat, baik dalam partisipasi formal yang diatur secara hukum maupun partisipasi informal yang bergerak atas keinginan sendiri. Pemberdayaan (empowernment) dalam arti kemampuan melakukan sesuatu yang terbaik dalam ukuran sendiri. Masyarakat adalah input dari pengguna stakeholders pendidikan yang akan menikmati langsung hasil dari pendidikan tersebut. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa konsep partisipasi dan pemberdayaan masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam manajemen sekolah melalui suatu wadah dalam konteks 14 Al-Qur an Surat Al-Maidah ayat 2, Al-Qur an Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta, hlm. 157. 15 Syaiful Sagala,Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 239

8 menyeimbangkan tujuan pendidikan dengan lingkungan, yang merupakan komponen penting untuk menjalin hubungan yang interaktif dan positif dalam menyukseskan proses pembelajaran dan tujuan pendidikan yang diharapkan. Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.014/U/2002 tanggal 2 April 2002 Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) dinyatakan tidak berlaku. Sebagai gantinya pada tingkat satuan pendidikan dalam wadah ini berbentuk badan yang diberi nama Komite Sekolah, atas prakarsa masyarakat, satuan pendidikan, dan / atau pemerintah kabupaten / kota. 16 Menurut UUSPN No.20 tahun 2003 Pasal 56 ayat 3 komite sekolah adalah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arah dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Jadi komite sekolah / madrasah pada tingkat satuan pendidikan. Oleh karena itu sekolah harus mampu meyakinkan orang tua, pemerintah setempat, dunia usaha, dan masyarakat pada umumnya bahwa sekolah itu dapat dipercaya. 17 Berdasarkan pasal tersebut di atas terlihat bahwa komite madrasah mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan tersebut, komite madrasah harus melibatkan peran kepala madrasah dan guru dalam mengelola, menata dan memajukan satuan pendidikan. Dalam 16 Syaiful Sagala,Ibid, hlm. 240. 17 Syaiful Sagala, Op. Cit, hlm.240.

9 penelitian ini akan diteliti sejauh mana pengaruh komite madrasah terhadap motivasi mengajar guru. Penelitian tentang gaya kepemimpinan demokratis kepala madrasah, beberapa peneliti terdahulu, diantaranya; Padmo Sukoco, mahasiswa Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, bahwasannya ada pengaruh yang sangat signifikan antara kepala sekolah, komite sekolah dan kompetensi guru secara bersama sama terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Purworejo Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyonoroto, mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Konsentrasi Sistem Pendidikan, bahwasannya ada pengaruh yang sangat signifikan antara komite, pengawas dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama sama terhadap kinerja guru di SMA Negeri 7 Purworejo. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Suparno, mahasiswa Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Semarang, bahwasannya kinerja guru merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan kinerja guru yang menekankan pada pola manajemen dengan melibatkan semua komponen sumber daya sekolah diharapkan mampu meningkatkan motivasi kerja guru. Tuntutan kepemimpinan situasional kepala sekolah

10 yang memadai akan berdampak kepada meningkatnya kinerja guru sehingga berimplikasi kepada meningkatnya hasil belajar peserta didik. Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, penelitian tersebut hanya berfokus pada kepemimpian, kinerja guru, komite dan motivasi. Penelitian tersebut masih bersifat luas dan umum. Tetapi penelitian yang peneliti lakukan berbeda dengan penelitan yang terdahulu. Penelitian yang peneliti lakukan berfokus pada gaya kepemimpinan demokratis kepala madrasah, komite madrasah, dan motivasi mengajar guru. Supaya penelitian yang peneliti lakukan ini tidak sama persis dan tidak ada unsur plagiat dengan penelitian yang terdahulu maka peneliti tertarik untuk meneliti dan membuktikannya. Penelitian yang peneliti lakukan masih memerlukan kajian yang mendalam untuk membuktikan motivasi mengajar guru dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan demokratis kepala madrasah. Karena gaya kepemimpinan demokratis yang diterapkan kepala sekolah di obyek penelitian yang peneliti lakukan belum begitu jelas mempunyai pengaruh dan dampak yang signifikan dalam membentuk motivasi mengajar guru. Demikian pula motivasi mengajar guru dipengruhi oleh komite madrasah. Karena komite madrasah belum terasa jelas memberikan kontribusi yang nyata dalam membentuk motivasi mengajar. Berdasarkan dengan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Madrasah Dan Komite Madrasah Terhadap Motivasi Mengajar Guru MTs Negeri Di Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2014/2015.

11 B. Rumusan Masalah Setelah melihat latar belakang masalah di atas peneliti merumuskan masalah di bawah ini: 1. Adakah pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala madrasah terhadap motivasi mengajar guru MTs Negeri di Kabupeten Pati Tahun Pelajaran 2014/ 2015. 2. Adakah pengaruh komite madrasah terhadap motivasi mengajar guru MTs Negeri di Kabupeten Pati Tahun Pelajaran 2014/ 2015. 3. Adakah pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala madrasah dan komite madrasah secara bersama-sama terhadap motivasi mengajar guru MTs Negeri di Kabupeten Pati Tahun Pelajaran 2014/ 2015. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. 1. Tujuan Penelitian: Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menguji secara empiris ; a). Adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan demokratis kepala madrasah terhadap motivasi mengajar guru MTs Negeri di Kabupeten Pati Tahun Pelajaran 2014/ 2015. b).adanya pengaruh antara komite madrasah terhadap motivasi mengajar guru MTs Negeri di Kabupeten Pati Tahun Pelajaran 2014/ 2015. c).adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan demokratis kepala madrasah dan komite madrasah secara bersama sama terhadap

12 motivasi mengajar guru MTs Negeri di Kabupeten Pati Tahun Pelajaran 2014/ 2015. 2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Dari aspek teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang manajemen pendidikan Islam, khususnya tentang gaya kepemimpinan demokratis kepala madrasah dan komite madrasah terhadap motivasi mengajar guru di MTs Negeri Se Kabupaten Pati. b. Secara Praktis. 1).Bagi instansi, sebagai acuan dalam peningkatan motivasi mengajar guru di MTs Negeri di Kabupaten Pati dan bagi dunia pendidikan nasional. 2).Bagi komite madrasah, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan motivasi mengajar guru MTs Negeri di Kabupaten Pati. 3).Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dan informasi bagi praktisi pendidikan dan dapat dijadikan bahan komparasi bagi peneliti-peneliti yang akan datang.

13 D. Sistematika Penyusunan Tesis Untuk memudahkan dalam memahami isi tesis ini, maka penulis membagi dalam tiga bagian sebagai sistematika dalam penulisan tesis ini. Adapun sistematika yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Bagian muka Pada bagian ini meliputi: Halaman Judul, Halaman Nota Persetujuan Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Pernyataan Keaslian, Halaman Motto, Halaman Persembahan, Kata Pengantar, Absrak, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Isi. 2. Bagian Isi Pada bagian ini meliputi beberapa bab dan setiap bab terdiri dari sub bab, yakni: Bab I. Pendahuluan, Pertama Latar Belakang, Kedua Rumusan Masalah, Ketiga Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keempat Sistematika Penulisan tesis Bab II. Landasan teori, Pertama Motivasi Mengajar Guru, Pengertian Motivasi, Faktor Pembentuk Motivasi, Teori Motivasi, Mengajar, Mengajar Guru, Faktor faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Mengajar Guru, Kedua Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Madrasah, Pengertian Kepemimpinan, Teori Teori Kepemimpinan, Fungsi Kepemimpinan, Gaya Kepemimpinan, Pengertian Gaya Kepemimpinan, Macam macam Gaya Kepemimpinan, Kepemimpinan Demokratis Kepala Madrasah, Ketiga Komite Madrasah, Pengertian Komite Madrasah, Kontribusi Komite Madrasah, Peran Komite Madrasah, Tugas dan Fungsi Komite Madrasah, Kewenangan Komite Madrasah, Keempat Penelitian Terdahulu, Kelima Kerangka Pemikiran Teoritis, Keenam Hipotesis Penelitian.

14 Bab III Metode Penelitian, Pertama Jenis Dan Pendekatan Penelitian, Kedua Identitas Variabel, Ketiga Definisi Operasional Variabel, Keempat Populasi dan Sampel Penelitian, Kelima Metode dan Alat Pengumpul Data, Keenam Prosedur Penelitian, Tahap Persiapan, Tahap Pengumpulan Data di Lapangan, Ketujuh Metode analisa Data, Kedelapan Analisis Lanjut. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Pertama Hasil Penelitian, Data Identitas Responden, Analisis Pendahuluan, Analisis Uji Hipotesis, Analisis Lanjut, Kedua Pembahasan Bab V Penutup, yang memuat Kesimpulan, Saran - Saran, Kata Penutup 3. Bagian Akhir Pada bagian ini meliputi Daftar Pustaka, Lampiran Lampiran, Daftar Riwayat Pendidikan Penulis.