BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17

BAB I PENDAHULUAN. atau yang biasa disebut bodycare juga digunakan para wanita untuk merawat tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup lainnya, seperti kebutuhan sandang dan papan. Secara etimologi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan umat yang berkualitas (khairu ummah) demi kejayaan Islam di

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara yang mendapat perhatian yang lebih besar. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan simbol dari keindahan. Salah satu upaya wanita untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. mengeni suatu produk tertentu yang ingin digunakannya. tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label, konsumen dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sekarang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Pada

BAB IV. A. Legitimasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Sebagai bagian dari perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 18

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

BAB I PENDAHULUAN. manusia saja hewan serta tumbuhanpun juga memerlukan makanan, sebab makanan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan, karena kepuasan pelanggan merupakan hal terpenting yang. satu faktor dalam memenangkan persaingan.

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Makanan olahan cepat saji sosis dan nugget. Daging restrukturisasi (restructured meat) merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kegemaran masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

Menimbang : Mengingat :

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen kosmetik atau produk perawatan kulit yang kini beredar di pasar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK TANPA LABEL HALAL DI ANEKA JAYA NGALIYAN SEMARANG

Dewi Kurnia Sari Ilyda Sudardjat

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Seiring era perdagangan bebas sekarang ini berbagai jenis kosmetik beredar

BAB VII PENUTUP. A.1. Bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam. hukum Islam dan sertifikasi halal MUI diwujudkan melalui:

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Nasib Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Pendidikan Agama Islam. Bab 10 Makanan dan Minuman dalam Islam

BAB IV. A. Analisis Terhadap Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Dalam Mas}lahah

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

ALAMAT RUMAH: Jalan Taman Kini Balu 3 No. 12 RT 07 RW 02 Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. CV. Semar yang merupakan salah satu produsen pembuat bakso di Bandung

BAB I PENDAHULUAN. urbanisasi dan peningkatan pendapatan, serta tren kebugaran dan kesehatan

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan globalisasi yang berkembang saat ini, gaya hidup masyarakat pada umumnya mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Saat ini banyak dikalangan masyarakat yang pada umumnya banyak mengkonsumsi berbagai macam bentuk makanan dan minuman dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia sebagian besar penduduknya atau mayoritas beragama muslim. Semakin banyaknya penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan nilai-nilai agama yang membatasi dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Banyaknya penduduk di Indonesia yang beragama muslim dapat dilihat dari gambar sebagai berikut : Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Agama di Indonesia No Agama Jumlah Persentase (%) 1. Islam 207.176.162 87,18 2. Kristen 16.528.513 6,96 3. Katolik 6.907.873 2,91 4. Hindu 4.012.116 1,69 5. Budha 1.703.254 0,72 1

2 Lanjutan Tabel 1.1 No Agama Jumlah Persentase (%) 6. Khong Hu Chu 117.091 0,05 7. Lainnya 299.617 0,13 8. Tidak Terjawab 139.582 O,006 9. Tidak ditanyakan 757.118 0,32 Jumlah 237.641.326 100 Sumber : BPS, 2010 Produk-produk yang dipertimbangkan dalam proses pemilihannya berdasarkan Syariat Agama Islam yang menjadi batasan untuk Umat Islam dalam mengkonsumsi produk-produk makanan dan minuman. Terdapat aturan-aturanyang diperlukan untuk membatasi penduduk muslim khususnya yang beragama muslim untuk dapat membedakan hal baik dan buruk serta dampak yang ditimbulkan apabila mengkonsumsi makanan yang belum jelas ketentuan dan kandungan yang terdapat dalam makanan tersebut. Dalam Islam umat muslim mempunyai aturan yang mengharuskan umat muslim untuk mengkonsumsi makanan yang halal sehingga penduduk Islamperlu lebih teliti dan cermat dalam mengkonsumsi makanan.makanan yang diperlukan tubuh bukan hanya makanan yang bergizi akan kandungannya, akan tetapi diperlukan kejelasan akan kandungan yang terdapat dalam makanan tersebut agar tidak membahayakan kesehatan. Salah satu hal yang diperlukan untuk

3 mengetahui kandungan yang terdapat dalam makanan yaitu dengan cara mengecek akan label yang terdapat dalam kemasan, label yang dimaksud disini yaitu tercantumnya label halal. Sebagai umat islam yang baik, diwajibkan mengetahui kehalalan suatu produk dalam pemilihan produk makanan.dengan adanya ketentuan tersebut dapat membatasi produk-produk yang memasuki pasaran umat Muslim. Makanan yang kita konsumsi haruslah jelas akan kehalalannya agar tidak menyimpang dalam aturan dan nilai-nilai agama islam. Produk makanan halal yang dimaksudkan adalah produk makanan yang memenuhi standar dan sesuai dengan ketentuan atau aturan dalam syariat Islam. Standar kehalalan yang dimaksudkan yaitu halal dalam pemprosesannya, halal akan kandungannya, halal akan cara memperolehnya, halal akan cara penyimpanannya, halal dalam penyajiannya, dan halal akan cara pengangkutannya. Jaminan akan kehalalan suatu produk dapat dilihat dari label halal yang tercantum dalam kemasan produk makanan. Jaminan halal merupakan syarat yang wajib dipenuhi atau syarat mutlak dalam memproduksi makanan hasil olahan. Untuk memenuhi standar produksi pangan dan memberikan jaminan akan kehalalan suatu produk makanan perlu dilakukannya pemenuhan atas jaminan halal tersebut kepada konsumen. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 2 menjelaskan : perlindungan konsumen diwujudkan

4 untuk memberikan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum (Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, 2003). Pada perkembangan pasar industri makanan saat ini terdapat banyak makanan yang telah beredar yang tidak mencantumkan label halal. Hukum islam tentang label halal suatu produk makanan harus jelas dan terbebas dalam hal-hal yang tergolong haram atau tidak diperbolehkan mengkonsumsi dalam aturan islam. Dengan adanya aturan tersebut dapat menjadikan produk makanan yang akan dipilih untuk dikonsumsi dan akan disisihkan dalam proses pemilihan suatu produk. Proses pemilihannya suatu produk tersendiri akan menjadikan kehalalan sebagai hal utamanya yang akan diperhatikan. Hal ini menjadi keterbatasan pada produk-produk makanan untuk memasuki pasar masyarakat muslim. Produk-produk yang tidak mencantumkan label halal dalam kemasannya dianggap belum mendapatkan persetujuan dari lembaga berwenang (LPPOM-MUI) yang masih diragukan akan kehalalannya atau tidak masuk dalam daftar produk halal. Label pada produk pangan sangatlah penting untuk diperhatikan. Sesuai dengan peraturan pemerintah No 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan pasal 2 ayat 1 Bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam dan atau di kemasan pangan (Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, 2003). Menurut Pengantar Prof. K.H. Ali Yafie (Al-

5 Asyhar, 2002) dalam ajaran islam makanan merupakan faktor yang amat penting dalam kehidupan manusia, di samping ibadah-ibadah yang lain. Makanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jasmani dan rohani manusia. Maka dari itu dalam ajaran Islam banyak peraturan yang berkaitan dengan makanan, dari mulai mengatur makanan yang halal dan haram, etika makan, sampai mengatur idealitas kuantitas makanan di dalam perut. Salah satu peraturan yang terpenting ialah larangan mengkonsumsi makanan atau minuman yang haram. Mengkonsumsi yang haram, atau yang belum diketahui kehalalannya akan berakibat serius, baik di dunia maupun di akhirat kelak sebagaimana hadits nabi, Setiap daging tumbuh yang diperoleh dari kejahatan (jalan haram), maka neraka lebih layak baginya (HR. Imam Ahmad) dalam pengantar Prof. K.H. Ali Yafie (Al- Asyhar, 2002). Kehalalan suatu produk menjadi penilaian utama dalam pemilihan suatu produk. Memastikan kehalalan suatu produk yang akan dipilih menjadi tanggungjawab utama bagi Umat Islam khususnya untuk menghindari hal-hal yang dilarang untuk dikonsumsi menurut ajaran agama islam. Sehingga para masyarakat muslim khususnya perlu memperhatikan label pada produk makanan yang tercantum dalam kemasan. Label disini merupakan alat penyampaian informasi yang terdapat dalam kemasan produk. Sedangkan makanan halal adalah semua jenis makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang

6 terlarang/haram atau yang diolah menurut hukum-hukum islam (Rambe dan Afifuddin, 2012). Produsen yang mencantumkan tulisan halal pada label atau penandaan makanan produknya bertanggungjawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam (Rambe dan Afifuddin, 2012). Indonesia saat ini dalam perdagangan tingkat global, dikhawatirkan sedang memasuki perdagangan pangan dan produk lainya yang kandungannya terdapat unsur haram dalam Islam sehingga dalam pemrosesan, penyimpanan, penanganan, dan pengepakan seringkali menggunakan bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan atau bahan tambahan yang mengandung unsur haram yang dilarang dalam Agama Islam (Sari dan Sudardjat, 2013). Banyak makanan dalam kemasan yang tidak diketahui kandungan apa saja yang memungkinkan adanya unsur haram, baik dalam pemrosesan, penyimpanan, penanganan, dan pengepakan bahkan bahan pengawat yang digunakan. Bangsa Indonesia saat ini dengan masyarakat yang kebanyakan atau mayoritas penduduknya beragama Islam, sehingga pola mengkonsumsi makanan tidak boleh melampaui batas dari aturan Islam. Produk impor yang mulai memasuki perdagangan global saai ini dengan memunculkan produk yang menawarkan berbagai jenis kemasan yang menarik perhatian konsumen khususnya masyarakat muslim. Masyarakat perlu berhati-hati dalam memilih produk dan memperhatikan label halal yang terdapat dalam kemasan. Tidak menutup kemungkinan

7 produk impor yang dikonsumsi mengandung bahan-bahan yang tidak layak dikonsumsi oleh umat islam, sehingga diperlukan ketelitian sebelum mengkonsumsi produk khususnya produk makanan. Bagi umat muslim mengkonsumsi makanan yang salah dapat menyebabkan kerugian baik kerugian secara lahir maupun kerugian secara batin. Kerugian secara lahir disini apabila mengkonsumsi produk yang mengandung bahan yang berbahaya dapat mengakibatkan kesehatan terganggu, sedangkan kerugian secara batin mengkonsumsi produk yang tidak halal dapat menimbulkan dosa. Produk makanan impor merupakan produk makanan yang berasal dari luar negeri yang memasuki perdagangan global. Produk makanan impor dalam kemasan salah satunya merupakan salah satu jenis makanan cepat saji yang banyak digemari dan diminati masyarakat karena cara penyajiannya yang serba instan dan bisa langsung dikonsumsi. Makanan impor dalam kemasan terdiri dari : cokelat impor, permen impor, mie instan impor dan lain sebagainya. Salah satunya cokelat impor yang sudah kita ketahui dan berada di pasaran yaitu Cokelat Cadbury. Cadbury merupakan salah satu brand cokelat yang sukses di mancanegara, termasuk Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang sudah mengetahui dan tidak asing lagi dengan jenis cokelat tersebut. Cokelat Cadbury ini banyak diminati oleh pria maupun wanita mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa yang mengkonsumsi produk cokelat ini karena terkenal akan rasa cokelat yang sangat lembut tekstur cokelatnya.

8 Cadbury merupakan merk cokelat terkenal di dunia. John Cadbury adalah pendiri sebuah perusahaan cokelat di Birmingham, Inggris yang kemudian akan menjadi bagian dari perusahaan Cadbury Schweppes, salah satu produsen cokelat terbesar di dunia (www.wikipedia.org). Produk cokelat Cadbury mempunyai berbagai macam varian rasa yang tersedia dipasaran. Produk varian cokelat Cadbury yang sudah memperoleh sertifikasi halal dari LPPOM MUI yaitu Cadbury Dairy Milk (Milk Chocolate), Cadbury Dairy Milk Cashew & Cookies, Cadbury Dairy Milk Caramello, Cadbury Dairy Milk Panned Assortment, Cadbury Dairy Milk Panned Almond Nuts, Cadbury Choclairs Caramel, Cadbury Dairy Milk Fruits and Nuts, Cadbury Dairy Milk Black Forest, Cadbury Dairy Milk Rolls (Milk Chocolate Bite Sized), dan Cadbury Hot Chocolate Drink 3 in 1(www.klikpositif.com). Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengklarifikasi bahwa produk cokelat yang mengandung minyak babi dengan merek dagang Cadbury asal Malaysia tidak masuk ke dalam peredaran produk resmi di Indonesia. Kepala BPOM Roy Alexander Sparingga menjelaskan lembaga pimpinannya telah melakukan uji lab terhadap sampel coklat Cadbury asal Malaysia yang beredar dipasaran, dan memastikan produk yang dimaksud bersifat halal. Terdapat 13 varian Cadbury yang telah diuji lab. Halal atau tidaknya suatu produk impor menjadi kewenangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), sedangkan peran BPOM adalah memberi izin

9 pencantuman logo halal setelah menerima sertifikat halal dari MUI (www.industri.bisnis.com). Banyaknya varian rasa produk Cokelat Cadbury dan segmen pasar yang lebih luas, baik pria maupun wanita mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Dengan rasa cokelat yang original, Cadbury mampu membangkitkan kecintaan konsumen cokelat terhadap produknya yang dibuat dengan campuran dairy milk sehingga rasanya sangat lembut, nikmat, dan berbeda dari brand-brand coklat lain yang beredar di pasaran. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang Pengaruh Labelisasi Label Halal Pada Kemasan Cokelat Impor Cadbury Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan masalah sebagai fokus utama penelitian sebagai berikut : Bagaimana pengaruh labelisasi halal pada kemasan cokelat imporcadburyterhadap keputusan pembelian konsumen (studi pada mahasiswa Fakultas EkonomiUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta)? C. Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan permasalahan yang telah dijelaskan, maka dapat diuraikan tujuan melakukan penelitian yaitu : Menganalisis dan menjelaskan pengaruh labelisasi halal pada kemasan cokelat impor

10 Cadbury terhadap keputusan pembelian konsumen (studi pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Teori, dapat memperkaya hasil penelitian dan sebagai tambahan referensi serta wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pemasaran. 2. Bagi Praktek, dapat memberikan informasi kepada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan pembelian produk cokelat impor Cadbury.