DURABILITAS BETON BUBUK KULIT KERANG DI LINGKUNGAN AIR LAUT

dokumen-dokumen yang mirip
Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

PENGGUNAAN BUBUK KULIT KERANG DARAH DAN LOKAN SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN Revina Oktaviani 1), Monita Olivia 2), Ismeddiyanto 3) 1)

SIFAT MEKANIS BETON KULIT KERANG (Anadara grandis)

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton OPC dan OPC Abu Sekam Padi di Lingkungan Gambut

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (PCC)

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB III LANDASAN TEORI

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keyword : steel fiber, fiber-reinforced concrete, compressive strength, splitting tensile strength, flexural strength

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN CANGKANG SIPUT SUDU ATAU KUPANG TERHADAP KARAKTERISTIK BETON K-100

BAB III LANDASAN TEORI

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

Scanned by CamScanner

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

PENGARUH KUAT TEKAN BETON DENGAN PENAMBAHAN SIKAMENT NN

KUAT TEKAN DAN PERUBAHAN BERAT BETON OPC DAN OPC POFA DENGAN MENGGUNAKAN AIR GAMBUT SEBAGAI AIR PENCAMPUR DI LAHAN GAMBUT

Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton OPC dan OPC POFA dengan Air Gambut sebagai Air Pencampur dan Air Perendaman

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

PENGARUH SULFAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI BUBUK KACA SUBSTITUSI SEBAGIAN SEMEN DENGAN w/c 0,60 DAN 0,65

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN SIKAMENT LN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

STUDI EKSPERIMEN PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON NORMAL DAN BETON DENGAN TAMBAHAN ADDITON DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PCC

PERBANDINGAN EFISIENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACI DAN METODE SNI UNTUK MUTU BETON K-250 (STUDI KASUS MATERIAL LOKAL)

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH KALENG TERHADAP CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR PALU DAN AGREGAT HALUS PASIR MAHAKAM DITINJAU DARI KUAT TEKAN

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

Agregat Buatan Geopolimer dengan Bahan Dasar Abu Terbang (Fly Ash) dan Abu Sawit (Palm Oil Fuel Ash)

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS BATU KAPUR KRISTALIN TUGAS AKHIR PROGRAM SI

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (TETES TEBU) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB III LANDASAN TEORI

Keywords: Acid, Cement, Peat Water, Rice Husk Ash, Resistance.

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN SERBUK BATU GAMPING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

Transkripsi:

DURABILITAS BETON BUBUK KULIT KERANG DI LINGKUNGAN AIR LAUT Elen Tarisa 1), Monita Olivia 2), Alfian Kamaldi 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakult as Teknik, Universitas Riau 3) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293 Email : elen.tarisa@gmail.com Abstract In this study,blood clam used as cement replacement material. The specimens were cured in distilled water until 28 days. Then specimens were immersed in sodium chloride solution until 91 days. The parameters studied include compressive strength, workability, and density. These properties were compared with those of a control concrete that was made of Ordinary Portland Cement (OPC). The main parameter of this study was the proportion of waste blood clam (4% by cement weight). Keywords: blood clam, cement replacement, sodium chloride solution, compressive strength, workability, density A. PENDAHULUAN A.1 Latar belakang Kekuatan dan daya tahan (durability) beton dipengaruhi oleh perbandingan campuran, mutu dan bahan penyusun, metode pelaksanaan, temperatur, dan perawatan. Durabilitas beton adalah kemampuan beton untuk bertahan terhadap kondisi lingkungan seperti cuaca, serangan kimia, dan abrasi tanpa ada kerusakan yang signifikan selama masa layannya (Olivia, 2011). Beberapa serangan kimiawi yang menyebabkan kerusakan pada beton adalah serangan sulfat, serangan asam, alkali dan serangan dari air laut (klorida). Air laut mengandung ion klorida yang cukup tinggi. Ion klorida bersifat agresif terhadap struktur beton (Aveldaño & Ortega, 2011). Kandungan klorida yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada beton. Kerusakan yang terjadi akibat adanya reaksi antara air laut yang agresif yang terpenetrasi ke dalam beton dengan senyawa-senyawa di dalam beton yang mengakibatkan beton kehilangan sebagian massa, kehilangan kekuatan dan kekakuannya serta mempercepat proses pelapukan (Mehta & Monteiro, 2006). Besarnya kerusakan yang timbul tergantung pada kualitas beton. Castro (2002) menyatakan bahwa difusi ion klorida pada beton yang jelek lebih tingi dibandingkan dengan beton yang baik. Kebutuhan yang meningkat akan beton menimbulkan berbagai inovasi dalam pemilihan material penyusunnya. Mengingat bahwa Indonesia memiliki potensi akan kekayaan laut yang tinggi, penggunaan kulit kerang dapat dijadikan sebagai pilihan. Penelitian dari (Syafpoetri, 2013) menunjukkan bahwa limbah makanan laut seperti kulit kerang dapat dijadikan sebagai bahan penyusun dalam campuran beton. Jenis kerang yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah kerang darah (Anadara granosa). Banyaknya limbah hasil konsumsi dari kerang yang berupa kulit kerang memberikan beberapa alternatif untuk dimanfaatkan. Kulit kerang mengandung senyawa kimia yang bersifat pozzolan yaitu zat kapur (CaO) sebesar 66,70%, alumina dan senyawa silika sehingga dapat dijadikan alternatif bahan pengganti semen untuk campuran beton (Siregar, 2009). A.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji perubahan kuat tekan beton bubuk kulit kerang pada umur 7, 28, dan 91 hari perendaman larutan garam. 2. Mengkaji workability Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 1

3. Mengkaji perubahan densitas beton bubuk kulit kerang pada umur 7, 28, dan 91 hari perendaman larutan garam. B. TINJAUAN PUSTAKA B.1 Definisi Beton Beton didapat dari pencampuran bahanbahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung (Dipohusodo, 1996). Beton digunakan sebagai struktur bangunan, pondasi, perkerasan jalan, jembatan dan lain-lain. Kinerja beton tergantung dari sifat dan karakteristik dari material penyusun beton. B.2 Bahan Penyusun Beton B.2.1 Semen Portland Semen portland adalah semen yang bersifat hidrolik yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (klinker) semen portland yang mengandung kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berbentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Semen portland mempunyai beberapa tipe yang dapat digunakan sesuai dengan kekuatan dan kualitas struktur yang dikehendaki. Berdasarkan SNI 15-2049-2004, tipe-tipe semen portland dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Tipe I, semen portland tipe ini dipakai untuk bangunan umum yang tidak memiliki persyaratan khusus dan paling banyak digunakan karena bisa dipakai untuk berbagai macam jenis konstruksi, 2. Tipe II, memiliki ketahanan terhadap sulfat dan hidrasi panas sedang. 3. Tipe III, pada tipe semen portland ini semen mempunyai kemampuan untuk mencapai kekuatan maksimalnya dalam waktu yang singkat. 4. Tipe IV, semen yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah. 5. Tipe V, semen yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. B.2.2 Agregat Secara ukuran, agregat dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus adalah agregat yang ukuran butirnya lebih kecil dari 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM), sedangkan agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Biasanya dalam campuran beton, ukuran agregat kasar yang dipakai adalah agregat yang kurang dari 40mm. Sedangkan untuk agregat yang ukurannya lebih besar dari 40mm digunakan untuk pekerjaan perkerasan jalan, pembuatan tanggul, penahan tanah, bendungan dan lainlain. B.2.3 Air Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahannya lainnya yang merusak beton atau tulangan. Air merupakan bahan yang sangat penting dalam pembuatan beton. Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu reaksi kimiawi pada semen, membahasahi agregat dan memberi kemudahan pada pekerjaan beton (Mulyono, 2003). B.3 Karakteristik Kulit Kerang Menurut Syafpoetri (2013) limbah kulit kerang berpotensi sebagai bahan pengganti kapur dalam pembuatan semen karena komposisi kimia dalam limbah kulit kerang yang telah mengalami proses pembakaran suhu 700 C menghasilkan kandungan CaO sebesar 55,10%. Komposisi kimia bubuk kulit kerang yang dihasilkan dari proses pembakaran yang merupakan hasil penelitian dari Bahtiar dan Hidayat (2005) dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Kandungan Senyawa Kimia Serbuk Kulit Kerang Parameter Hasil Analisa (%) CaO 67,55 SiO 2 1,22 Al 2 O 3 0,11 Fe 2 O 3 0,011 Sumber : Bahtiar dan Hidayat, 2005 Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 2

Dari penelitian diatas, dapat dilihat bahwa unsur yang paling banyak terkandung dalam serbuk kulit kerang adalah zat kapur (CaO). Hal ini sesuai dengan kandungan CaO yang terdapat pada semen alam yaitu sebesar 31-57% (Mulyono, 2003). C. METODOLOGI PENELITIAN C.1 Persiapan Penelitian Pada tahap ini dilakukan analisis pendahuluan terhadap material penyusun beton yaitu agregat kasar, agregat halus dan limbah kulit kerang. Pemeriksaan karakteristik agregat kasar dan halus untuk campuran beton dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Fakultas Teknik Universitas Riau. Pemeriksaan karakteristik limbah kulit kerang meliputi pemeriksaan kandungan kimianya. Pemeriksaan kandungan kimia limbah kulit kerang dilakukan di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi Bandung. C.2 Pelaksanaan Penelitian Pada tahap ini dilakukan pembuatan beton dengan dimensi 15x30 cm. Bahan-bahan penyusun beton diperoleh dengan menggunakan metode ACI. Variasi abu kulit kerang yang digunakan adalah 4% dari berat semen yang digunakan Pencampuran beton menggunakan molen untuk menjamin campuran menjadi rata. Sebelum melakukan pencetakan sampel dilakukan uji slump untuk menentukan workability campuran beton. Setelah itu beton dicetak menggunakan silinder 15x30 cm. C.3 Tahap Pengujian Pada tahap ini dilakukan pengujian beton sesuai umur rencana 28 hari perendaman air biasa serta 7, 28 dan 91 hari perendaman air garam. Air garam yang digunakan untuk perendaman adalah larutan NaCl dengan kadar 5% dari volume air. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian kuat tekan dengan mengacu pada SNI. D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN D.1 Karateristik Bubuk Kulit Kerang Hasil pemeriksaan kandungan kimia bubuk kulit kerang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Karateristik Bubuk Kulit Kerang No. Parameter Hasil Satuan Uji Analisa 1 SiO 2 % 0,38 2 Al 2 O 3 % 0,65 3 Fe 2 O 3 % 0,05 4 CaO % 51,91 Sumber : Hasil Analisis Balai Riset dan Standarisasi Industri Padang, 2015 Dari tabel 2 diketahui bahwa abu kulit kerang darah mempunyai kandungan CaO sebesar 51,91% D.2 Analisis Propertis Agregat D.2.1 Agregat Kasar D.2.1.1 Berat Jenis Agregat Kasar Berat jenis yang digunakan untuk pembuatan beton adalah bulk specific gravity on SSD. Hasil dari pemeriksaan berat jenis agregat kasar ini adalah sebesar 2,67 gr/cm 3. Nilai ini berada di dalam rentang spesifikasi berat jenis 6 yaitu 2,58 s/d 2,86 gr/cm 3 (Mulyono, 2003). Hasil pemeriksaan penyerapan (absorption) agregat kasar sebesar 1,14%. Nilai ini tidak memenuhi standar spesifikasi penyerapan yaitu 2 7 % (Olivia, et al, 2005). D.2.1.2 Kadar Air Agregat Kasar Hasil pemeriksaan kadar air agregat kasar adalah 1,21 %. Kadar air agregat kasar tidak memenuhi standar spesifikasi kadar air yaitu < 5%. D.2.1.3 Modulus Kehalusan Agregat Kasar Hasil pemeriksaan analisa saringan agregat kasar diperoleh nilai modulus kehalusan sebesar 6,85. Nilai ini masuk dalam rentang standar spesifikasi modulus kehalusan butiran agregat kasar yaitu sebesar 5 8. Dari pengujian analisa saringan juga dapat diketahui bahwa batas gradasi agregat kasar adalah butir maksimum berukuran 20 mm. D.2.1.4 Ketahanan Aus Agregat Kasar Dari perhitungan analisa saringan diperoleh tipe gradasi agregat untuk pengujian keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles adalah gradasi B. Dari hasil pemeriksaan diperoleh ketahanan aus agregat kasar sebesar 21,48%. Nilai ini memenuhi standar spesifikasi ketahanan aus yaitu < 40%. Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 3

f'c (MPa) D.2.1.5 Berat Volume Agregat Kasar Berat volume agregat kasar adalah sebesar 1513,71 gr/m3 untuk kondisi padat dan 1342,67 gr/cm3 untuk kondisi lepas. Nilai ini telah memenuhi standar spesifikasi berat volume yaitu tidak boleh kurang dari 1200 gr/m3 (Mulyono, 2003). D.2.2 Agregat Halus D.2.2.1 Kadar Lumpur Agregat Halus Kadar lumpur agregat halus yang didapat pada penelitian ini sebesar 0,99%. Nilai ini memenuhi standar spesifikasi kadar lumpur yaitu < 5%). D.2.2.2 Berat Jenis Agregat Halus Hasil dari pemeriksaan berat jenis agregat halus ini adalah sebesar 2,69 gr/cm3. Nilai ini berada di dalam spesifikasi berat jenis yaitu 2,5 s/d 2,7 gr/cm3 (Mulyono, 2003). Hasil pemeriksaan penyerapan (absorption) agregat halus diperoleh sebesar 0,60%. Nilai ini tidak memenuhi standar spesifikasi penyerapan yaitu 2-7 %. D.2.2.3 Kadar Air Agregat Halus Hasil pemeriksaan kadar air agregat halus adalah sebesar 2,04%. Nilai ini tidak memenuhi standar spesifikasi kadar air agregat halus yaitu 3% - 5%. Kadar air pada agregat halus diperlukan untuk menghitung jumlah air yang dibutuhkan dalam campuran adukan beton. D.2.2.4 Modulus Kehalusan Agregat Halus Hasil pemeriksaan analisa saringan agregat halus diperoleh modulus kehalusan butiran sebesar 1,9. Nilai ini memenuhi standar spesifikasi modulus kehalusan butiran agregat halus yaitu 1,5 3,8. Modulus kehalusan digunakan untuk mendapatkan perbandingan berat antara agregat halus dan agregat kasar dalam campuran beton. Dari hasil pemeriksaan saringan agregat halus diperoleh gradasi butiran memenuhi batas-batas pada zona IV (pasir agak halus). D.2.2.5 Kadar Berat Volume Agregat Halus Berat volume agregat halus yang diperoleh sebesar 1547,92 gr/m3 untuk kondisi padat dan 1402,54 gr/m3 untuk kondisi lepas. Nilai ini memenuhi standar spesifikasi berat volume yaitu 1400-1900 gr/m3. Berat volume ini terkait dengan porositas dan kepadatan dikarenakan porositas dan kepadatan mempengaruhi daya lekat antara agregat dan pasta semen. D.2.2.5 Kadar Organik Agregat Halus Hasil pemeriksaan kadar organik yang diperoleh adalah warna no. 2. Warna ini memenuhi standar spesifikasi kadar organik agregat halus yaitu tidak boleh lebih dari warna no. 3. Dari hasil tersebut bahwa agregat halus yang digunakan tidak mengandung organik yang tinggi sehingga bagus untuk campuran beton. D.3 Hasil Pengujian Beton D.3.1 Pengujian Kuat Tekan Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari perendaman air biasa serta 7, 28 dan 91 hari perendaman air garam. Kuat tekan pada 28 hari perendaman air biasa menjadi kuat tekan untuk hari ke-0. Benda uji yang digunakan adalah benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Campuran beton menggunakan beton OPC sebagai beton kontrol dan beton OPC dengan 4% abu kulit kerang. Hasil uji kuat tekan beton dapat dilihat pada Tabel berikut Umur (hari) 0 7 28 91 40,000 38,000 36,000 34,000 32,000 30,000 Tabel 3. Kuat Tekan Beton Kuat Tekan (MPa) OPC OPC + Kerang Darah 37,650 38,405 39,225 40,009 Sumber : Data Penelitian, 2016 0 7 28 91 Umur Perendaman (Hari) 36,141 36,801 37,745 38,500 OPC Kerang Gambar 1. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 4

Densitas (gr/cm3) Dari Tabel diatas ditunjukkan bahwa kuat tekan beton OPC dan beton dengan 4% serbuk kulit kerang mengalami peningkatan seiring pertambahan umur. Beton OPC memiliki kuat tekan yang lebih tinggi daripada beton dengan serbuk kulit kerang. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, bahwa kuat tekan beton kulit kerang lebih rendah daripada beton normal (Arrifandita, 2014) D.3.2 Pengujian Workability Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan (workability). Nilai slump beton sangat identik dengan tingkat keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah pengerjaannya. Workability beton tergantung dari jumlah air yang digunakan dalam pengadukan campuran beton tersebut. Semakin banyak jumlah air maka workability akan semakin meningkat. Tetapi jumlah air yang terlalu banyak juga akan menimbulkan slump loss sehingga berpengaruh terhadap kuat tekan beton. Alat yang digunakan dalam pengujian slump beton berbentuk kerucut terpancung, yang diameter atasnya 10 cm dan diameter bawahnya 20 cm dan tinggi 30 cm, dilengkapi dengan kuping untuk mengangkat beton segar dan tongkat pemadat diameter 16 mm sepanjang minimal 60 cm. Benda uji dibagi menjadi 3 lapis dan dipadatkan dengan 25 kali tusukan menggunakan tongkat pemadat yang terbuat dari besi. Berdasarkan SNI 03-1972-1990 nilai slump didapat dari selisih antara tinggi cetakan (kerucut terpancung) dan tinggi rerata dari benda uji. Pengujian slump pada pengujian ini adalah 8 ± 2 cm D.3.3 Pengujian Densitas Beton 2,45 2,43 2,41 2,39 2,37 2,35 0 hari 7 hari 28 hari 91 hari Umur Perendaman (Hari) OPC Kerang Darah Gambar 2. Grafik Hasil Pengujian Densitas Beton Beton OPC memiliki berat satuan tertinggi pada umur 0, 7, 28 dan 91 hari yaitu sebesar 2,43; 2,43; 2,44 dan 2,44 gr/cm 3. Berat satuan beton dengan bubuk kerang lebih rendah daripada beton OPC yaitu sebesar 2,39; 2,40; 2,40 dan 2,42 gr/cm 3 E. KESIMPULAN DAN SARAN E.1 Kesimpulan 1. Kerang darah mempunyai kandungan sebesar yaitu 51,91 % 2. Kuat tekan beton kulit kerang lebih rendah daripada beton 3. Nilai slump pada pengujian ini adalah 8 ± 2 cm. 4. Berat satuan beton kulit kerang lebih rendah daripada beton. E.2 Saran 1. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan abu kulit kerang dari jenis yang berbeda. 2. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan media perendaman yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Aveldaño, R. R., & Ortega, N. F. (2011). Characterization of concrete cracking due to corrosion of reinforcements in different environments. Construction and Building Materials 25 (2011) 630 637. Bahtiar, R., Hidayat, W. 2005. Pengaruh Penggantian Sebagian Semen (PC) Dengan Serbuk Kulit Kerang terhadap Kuat Desak Beton. Skripsi Jurusan Teknik Sipil FTSP. Yogyakarta: Unversitas Islam Indonesia. Castro, P. (2002). Corrosion measurements of steel reinforcement in concrete exposed to a tropical marine atmosphere. Cement and Concrete Research 32 (2002) 491 498. Dipohusodo, I. (1996). Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mehta, P. K., & Monteiro, P. J. M. (2006). Concrete: Microstructure, Properties, and Materials. McGraw-Hill. Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 5

Mifshella, Arifandita Annisa. 2014. Sifat Mekanis Beton Kulit Kerang (Anadara grandis). Universitas Riau Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit Andi. Nugraha,Paul & Antoni. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit Andi. Olivia, M. (2011). Durability Related Properties of Low Calcium Fly Ash Based Geopolymer Concrete. Curtin University. Siregar, S.M. 2009. Pemanfaatan Kulit Kerang dan Resin Epoksi Terhadap Karakteristik Beton Polimer. Thesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. SNI 03-1972-1990. (1990). Metode Pengujian Slump Beton. Bandung: Badan Standardisasi Nasional. SNI 03-1973-1990. 1990. Tentang Pengujian Kuat Tekan Beton. Bandung : Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-1974-1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Bandung: Badan Standar Nasional. SNI 15-2049-2004. 2004. Tentang sement portland. Bandung : Badan Standarisasi Nasional. Syafpoetri, Adi Nelvia. 2013. Pemanfaatan Pembuatan Abu Kulit Kerang (Anadara grandis) untuk Pembuatan Ekosemen. Universitas Riau Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 6