BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB I PENDAHULUAN. yang memegang peranan penting dalam pembangunan. Teknologi. menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (bordeless) dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diantaranya adalah persaingan antara siswa sebagai peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

PENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting. Bank sebagai sarana dalam bertransaksi terutama transaksi yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat diartikan. dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sudah berlangsung kurang lebih 45 tahun sejak dilahirkannya Undang-Undang

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. suatu persetujuan yang menimbulkan perikatan di antara pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, perkembangan suatu bank mengalami krisis dapat diartikan. Sementara itu dalam bentuk memberikan pelayanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian waralaba..., Elfiera Juwita Yahya, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Tinjauan Falsafah Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm Universitas Indonesia

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang, antara lain dalam kegiatan masyarakat khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

PENGGUNAAN KARTU KREDIT DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BARANG DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERBANKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan bermasyarakat, seringkali dapat dilihat bahwa aktivitas manusia dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran Bank selaku pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memberikan berbagai macam layanan perbankan yang dipercaya oleh masyarakat. Menurut ketentuan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan dinyatakan bahwa Bank adalah: 1 Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya lepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam era perkembangan seperti saat ini, dalam melakukan transaksitransaksi dalam bidang perbankan dapat digunakan dengan berbagai macam sarana pembayaran dari ragam produk-produk jasa perbankan, seperti kartu ATM (Ajungan Tunai Mandiri), kartu debit, kartu kredit, dan lain sebagainya. Di Negara-negara maju, penggunaan kartu kredit bukan hanya sebagai alat pembayaran, melainkan merupakan suatu gaya hidup masyarakat modern untuk menunjang seluruh aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia sendiri, jumlah masyarakat pengguna kartu kredit jumlahnya semakin tahun semakin meningkat. Pertumbuhannya berkisar 20%- 1 Indonesia, Undang-Undang Perbankan, UU No. 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, ps.1 ayat (2).

lembar. 2 Melihat perkembangan kartu kredit di Indonesia yang semakin pesat, amanat. 3 Penggunaan kartu kredit di Indonesia masih relatif baru yaitu sekitar 2 30% per tahun. Saat ini, jumlah kartu kredit yang beredar mencapai 8,8 juta diketahui bahwa belum diimbangi dengan adanya peraturan perundangundangan yang melindungi konsumen atau pemegang kartu kredit. Hal ini dilihat dari belum adanya suatu pengaturan perundang-undangan khusus yang mengatur mengenai kartu kredit. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan tidak diatur secara jelas mengenai kartu kredit, hanya dapat dilihat dalam Pasal 6 huruf l Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yang menyatakan bahwa usaha bank umum meliputi melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali tahun delapan puluhan. Keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988, tanggal 20 Desember telah mengubah peta penyebaran kartu kredit di Indonesia. Berdasarkan surat keputusan tersebut bisnis kartu kredit digolongkan sebagai usaha jasa pembiayaan. Disamping dikeluarkan oleh bank, kartu kredit juga dapat dikeluarkan oleh lembaga keuangan non-bank seperti lembaga pembiayaan. 4 Adapun pengertian mengenai kartu kredit menurut Djoko Prakoso, S.H., adalah suatu jenis alat pembayaran sebagai pengganti uang tunai dimana kita sewaktu-waktu dapat menukarkan apa saja yang kita inginkan yaitu ditempat 2 M. Husni Nanang dan Ahmad Munjin, Mengakali Pengakal Kartu Kredit, http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2008/02/15/12502/mengakali-pengakal-kartu-kredit/, diunduh 28 Januari 2010. 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Op.Cit., ps.6 ayat (1) huruf l. 4 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 109.

3 dimana saja ada cabang yang dapat menerima kartu kredit dari bank, atau perusahaan yang mengeluarkannya. 5 Adapun beberapa kelebihan yang dapat diberikan kepada pemegang kartu kredit yaitu rasa aman dan praktis untuk segala keperluan, seperti untuk keperluan uang tunai dalam berpergian, bahkan dewasa ini kartu kredit sudah dapat dipergunakan untuk segala bentuk pembayaran secara Internasional, dan adapun anggapan bahwa pemegang kartu kredit dianggap mempunyai status sosial tertentu (prestise). 6 Berbeda dengan peraturan-peraturan di bidang perbankan, yang mana hanyalah mengatur mengenai syarat-syarat formal, sama sekali tidak menyentuh syarat-syarat material. Oleh karena itu, dasar yang dapat dipegang oleh para pihak yang terlibat dalam hal kartu kredit ini adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Dasar tersebut sebagaimana ternyata dalam pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang hukum perdata yang menyatakan bahwa: 7 Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya. Dasar hukum sebagaimana ternyata dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut dikenal pula dengan asas kebebasan berkontrak. Prof. Subekti, S.H. menyimpulkan bahwa orang bebas membuat perjanjian apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. 8 Dalam formulir permohonan kartu kredit, pihak penerbit kartu kredit biasanya telah membuat standar baku atau klausula baku. Adapun pengertian 5 Djoko Prakoso, Surat Berharga: Alat Pembayaran Dalam Masyarakat Modern, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), hlm. 335. 6 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 170. 7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Buergerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2004), Ps. 1338. 8 Subekti, Pokok-Pokok Hukum perdata, Cet. 25, (Jakarta : Intermasa, 1993), hlm. 127.

4 mengenai klasula baku diatur dalam Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yakni: 9 Klausula Baku adalah setiap peraturan atau ketentuan dan syaratsyarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Hal ini tentunya seringkali menguntungkan para pihak yang membuatnya dan tentu saja dapat dikatakan sebagai penyimpangan dalam asas kebebasan berkontrak. Hal ini dilihat dari adanya paksaan terhadap pihak lain, dalam hal ini calon pemegang kartu kredit, untuk setuju mengikatkan diri pada perjanjian yang dimaksud, atau menolak mengikatkan diri pada perjanjian dengan akibat transaksi yang diinginkan tidak terlaksana (take it or leave it). Berdasarkan dari uraian tersebut diatas, penulis berusaha membatasi obyek penulisan, mengenai kalusula baku dalam perjanjian kartu kredit Bank Mandiri ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 1.2 POKOK PERMASALAHAN Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapatlah ditarik beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimanakah hubungan hukum antara para pihak dalam perjanjian kartu kredit Bank Mandiri, Citibank dan Standard Chartered Bank tersebut? 1.2.2 Bagaimanakah pemberlakuan klausula baku dalam perjanjian kartu kredit ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen? 9 Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, UU No.8 Tahun 1999, LN No. 42 Tahun 1999, TLN. No. 3821, ps.1 ayat 10.

5 1.3 METODE PENELITIAN Setiap kegiatan ilmiah untuk lebih terarah, akurat dan rasional sehingga sesuai dengan kriteria keilmuan dan dapat dipertanggungjawabkan keobyektifannya, diperlukan suatu metode yang sesuai dengan obyek yang dibicarakan. Karena penelitian hukum bertujuan untuk memberikan kemampuan dan ketrampilan untuk mengungkapkan kebenaran, melalui kegiatan-kegiatan yang sistematis, metodelogis dan konsisten. 10 Dalam penulisan ini, bentuk penelitian hukum yang digunakan adalah dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan. Penelitian kepustakaan yaitu, penelitian yang menekankan pada penggunaan data sekunder atau berupa norma hukum tertulis dan atau wawancara dengan informan serta narasumber. 11 Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh langsung melalui penulusuran kepustakaan atau dokumentasi. 12 Sehingga penelitian ini menggunakan macam bahan hukum primer sebagai norma dasar, bahan sekunder sebagai bahan yang memberikan informasi yang berkaitan dengan isi sumber primer serta implementasinya, serta menggunakan bahan hukum tersier sebagai pemberi petunjuk (pelengkap) terhadap sumber primer dan sekunder. 13 Sedangkan metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen kualitatif, yaitu tidak mementingkan kuantitas tetapi kualitas dari data-data yang dipergunakan. Studi dokumen kualitatif tersebut, 10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 2007), hlm. 46. 11 Dian Puji N. Simatupang, Proposal Penelitian (Thesis), Bahan Perkuliahan Metode Penelitian Hukum Universitas Indonesia Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan, (makalah disampaikan pada perkuliahan, Depok, 13 Maret 2009), hlm. 8. 12 Ibid., hlm. 9. 13 Sri Mamudji, et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 3.

6 mempergunakan data sekunder yang berasal dari kepustakaan 14, yang terdiri dari: 1.3.1 Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer dalam penulisan ini antara lain terdiri dari: 1.3.1.1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; 1.3.1.2 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang; 1.3.1.3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tantang Perbankan; 1.3.1.4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 1.3.2 Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti media massa, media elektronik dan artikel-artikel. 1.3.3 Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yakni kamus, ensiklopedia, dan lain sebagainya. Dengan metode-metode pengumpulan data tersebut di atas, diharapkan dapat memberikan titik terang untuk sedikit megetahui dan memecahkan permasalahan yang ada. Dari hasil penelitian itu dipilah-pilah dan akhirnya menjadi suatu kesimpulan yang teratur, lengkap dan sistematis dalam bentuk laporan penelitian. 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Judul tesis ini adalah KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus Penerbitan Kartu Kredit Bank Mandiri, Citibank Dan Standard Chartered Bank). 14 Ibid., hal 13.

7 Sistematika penulisan dalam tesis ini terdiri dari tiga bab dan tiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab. Adapun sistematika setiap bab adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Dalam bab ini berisikan antara lain mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian Kartu Kredit Dalam bab ini berisikan antara lain mengenai tinjauan mengenai perjanjian, hubungan antara perikatan dan perjanjian, syarat sahnya perjanjian, asas-asas hukum perjanjian, jenis-jenis perjanjian, hapusnya perikatan, tinjauan mengenai klausula baku, pengertian klausula baku, ciri-ciri klausula baku, akibat hukum perjanjian yang berbentuk klausula baku, pencantuman klausula baku yang memberatkan / klausula eksonerasi, tinjauan mengenai konsumen, tinjauan mengenai pelaku usaha, tinjauan umum tentang kartu kredit, pengertian kartu kredit, sejarah kartu kredit, macam-macam kartu kredit, fungsi dan manfaat kartu kredit, para pihak yang terlibat dalam kartu kredit, dasar hukum penerbitan kartu kredit. BAB III Tinjauan Yuridis Klausula Baku Dalam Perjanjian Kartu Kredit Bank Mandiri, Citibank dan Standard Chartered Bank Dalam bab ini dibahas mengenai hubungan hukum antara para pihak dalam perjanjian kartu kreditn yaitu hubungan hukum antara penerbit dengan pemegang kartu kredit, hubungan hukum antara penerbit dengan merchant, hubungan hukum antara pemegang kartu kredit dengan merchant. Selain itu dibahas pula mengenai analisa pengaturan mengenai klausula baku dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu analisa perjanjian keanggotaan kartu

8 kredit Bank Mandiri, Citibank dan Standard Chartered Bank ditinjau dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dan analisa perjanjian keanggotaan kartu kredit Bank Mandiri, Citibank Dan Standard Chartered Bank ditinjau dari Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. BAB IV PENUTUP Pada bab terakhir ini, penulis akan menyajikan suatu kesimpulan dan saran dari segala penguraian dan pembahasan dari seluruh isi judul tesis tersebut.