Analisis Deformasi dan Tekanan Air Pori Ekses pada Tanah Lempung Lunak akibat Beban Timbunan

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Konsolidasi dengan Menggunakan Metode Preloading dan Vertical Drain pada Areal Reklamasi Proyek Pengembangan Pelabuhan Belawan Tahap II

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

Pemodelan Numerik Pada Perbaikan Tanah Menggunakan Stone Column Di Tanah Lempung Lunak Di Bawah Tanah Timbunan

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

Analisis Daya Dukung dan Penurunan Fondasi Rakit dan Tiang Rakit pada Timbunan di Atas Tanah Lunak

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS)

Analisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan Menggunakan Metode Elemen Hingga

MEKANIKA TANAH KEMAMPUMAMPATAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

Oleb: HANINDYA KUSUMA ARTATI NTh1:

Pengaruh Kedalaman PVD Pada Analisis Konsolidasi Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga

Pengaruh Floating Stone Column Dalam Perbaikan Tanah Pada Tanah Lempung Lunak Menggunakan Metode Elemen Hingga

Analisis Konsolidasi dengan PVD untuk Kondisi Axisymmetric dan Beberapa Metode Ekuivalensi Plane Strain Menggunakan Metode Elemen Hingga

Denny Nugraha NRP : Pembimbing : Ir. Asriwiyanti Desiani, MT. ABSTRAK

TUGAS AKHIR. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana di Program Studi Teknik Sipil. Disusun Oleh NIM NIM

Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Lunak di Gedebage

Pemodelan Vertical Drain Dengan Menggunakan Model Elemen Hingga Pada Analisis Konsolidasi Di Bendungan Marangkayu Kalimantan Timur

STUDI PERILAKU TEGANGAN-DEFORMASI DAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH DENGAN METODE ELEMEN HINGGA STUDI KASUS PENIMBUNAN PADA TANAH LEMPUNG LUNAK ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Proyek Jalan bebas Hambatan Medan Kualanamu merupakan proyek

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN

Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018

Prediksi Penurunan Tanah Menggunakan Prosedur Observasi Asaoka Studi Kasus: Timbunan di Bontang, Kalimantan Timur

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Di daerah Kalimantan timur memiliki tanah organic clay yang menutupi

Perilaku Tiang Pancang Tunggal pada Tanah Lempung Lunak di Gedebage

ANALISIS DEFORMASI VERTIKAL DAN HORISONTAL TANAH LUNAK DI BAWAH PILED-GEOGRID SUPPORTED EMBANKMENT

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH LUNAK DI BAWAH PILED - GEOGRID SUPPORTED EMBANKMENT. Oleh: Adhe Noor Patria.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan 3D pada Perbaikan Tanah Lunak Menggunakan Metode Deep Mixed Column

BAB III PROSEDUR ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. menghiraukan kualitas konstruksi atau kualitas pondasi nya.

KAJIAN PENGARUH BATAS CAIR (LL), KONSISTENSI TANAH DAN BEBAN VERTIKAL TERHADAP KECEPATAN PEMAMPATAN SEKUNDER TANAH LEMPUNG

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

ANALISIS PENURUNAN TANAH DASAR PROYEK SEMARANG PUMPING STATION AND RETARDING POND BERDASAR EMPIRIS DAN NUMERIS



Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik

MEKANIKA TANAH SOIL SETTLEMENT/ PENURUNAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di daerah kota yang padat dan sekaligus daerah dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

KERUNTUHAN AKIBAT GESER

STUDI KONSOLIDASI RADIAL DENGAN BERBAGAI NILAI KOEFISIEN PERMEABILITAS DISEKITAR TIANG PANCANG PADA TANAH LEMPUNG. Oleh : MASRIANI ENDAYANTI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

Analisis Konsolidasi Dengan Prefabricated Vertical Drain Untuk Beberapa Soil Model Menggunakan Metode Elemen Hingga

HALAMAN PENGESAHAN BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR MOTTO PERSEMBAHAN

ANALISA EFEKTIFITAS KEDALAMAN PEMASANGAN PVD STUDI KASUS KONSTRUKSI TIMBUNAN APRON BANDARA AHMAD YANI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mendesain bangunan geoteknik salah satunya konstruksi Basement, diperlukan

MODUL 4 (MEKANIKA TANAH II) Penurunan Konsolidasi Tanah Consolidation Settlement

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENURUNAN PONDASI DANGKAL PADA TANAH LEMPUNG KASONGAN ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian membentuk delta, dengan jenis tanah berupa pasir laut dan very soft

Analisis Kapasitas Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Jenuh Sebagian

STUDI EFEKTIFITAS TIANG PANCANG KELOMPOK MIRING PADA PERKUATAN TANAH LUNAK

STUDI PARAMETER UJI KONSOLIDASI MENGGUNAKAN SEL ROWE DAN UJI KONSOLIDASI KONVENSIONAL TANAH DAERAH BANDUNG (012G)

I. PENDAHULUAN. Mendirikan bangunan di atas tanah lempung akan menimbulkan beberapa

Rekayasa Fondasi 1. Penurunan Fondasi Dangkal. Laurencis, ST., MT. Modul ke: Fakultas TEKNIK PERENCANAAN & DESAIN. Program Studi Teknik Sipil

1. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar 90245

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MUHADI, 2013

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. sangat tinggi, di mana susunan tanah yang ada di permukaan bumi ini merupakan

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Bangunan yang direncanakan diatas suatu lapisan tanah liat lunak harus

ANALISIS STABILITAS TANAH TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN SABUT KELAPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Memprediksi Penurunan Tanah Dilapangan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Daya Dukung Tiang Tunggal Statik pada Tanah Lunak di Gedebage

BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH

STUDI PARAMETER PERENCANAAN STONE COLUMN UNTUK PERBAIKAN BEARING CAPACITY DAN SETTLEMENT PADA TANAH LEMPUNG

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

III. KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

ANALISIS PENINGKATAN MODULUS TERKEKANG TANAH KOHESIF BERDASARKAN UJI KONSOLIDASI SATU DIMENSI ABSTRAK

MODEL STABILISASI TANAH DASAR UNTUK DISPOSAL AREA KALI SEMARANG

ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN VACUUM PRELOADING DENGAN PROGRAM PLAXIS2D DAN PERHITUNGAN MANUAL DENGAN DATA AKTUAL LAPANGAN

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

ANALISIS TIMBUNAN PADA UNDERCONSOLIDATING SOFT SOIL ABSTRAK

DESAIN KEBUTUHAN PVD UNTUK TANAH LUNAK

Soil Compressibility and Consolidation Settlement

Alternatif Metode Perbaikan Tanah untuk Penanganan Masalah Stabilitas Tanah Lunak pada Areal Reklamasi di Terminal Peti Kemas Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Muhtar Gojali, 2013

PENGARUH TEBAL LAPISAN TANAH KOHESIF TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI PRIMER AKIBAT TIMBUNAN ABSTRAK

Korelasi Kandungan Mineral Terhadap Parameter Kuat Geser Dan Kompresibilitas Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai :

LAMPIRAN 1 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

BAB III DATA PERENCANAAN

ANALISA TANAH PADA BUKAAN TEROWONGAN (Studi Kasus: Terowongan Kawasan Green Hill, Malendeng)

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 2006/2007 BAB X KONSOLIDASI 1 REFERENSI

DAFTAR ISI. Agus Saputra,2014 PENGARUH ABU SEKAM PADI TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LUNAK

PENGARUH JARAK DAN POLA PRE-FABRICATED VERTICAL DRAIN (PVD) PADA KONSTRUKSI TIMBUNAN REKLAMASI DI PELABUHAN PANASAHAN CAROCOK PAINAN ABSTRAK

Transkripsi:

Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 2 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2017 Analisis Deformasi dan Tekanan Air Pori Ekses pada Tanah Lempung Lunak akibat Beban Timbunan NURUL ANNISA SUKIMAN, YUKI ACHMAD YAKIN Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung e-mail: newrulenizha@gmail.com ABSTRAK Tanah diperlukan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai pendukung beban. Dalam membangun suatu bangunan salah satu yang harus diperhatikan adalah tanah pendukungnya. Jika tanah pendukung bermasalah maka akan mempengaruhi proses pembangunan tersebut. Tanah lempung lunak memiliki sifat antara lain gaya gesernya kecil, kemampatan yang besar, koefisien permeabilitas yang kecil dan mempunyai daya dukung rendah dibandingkan tanah lempung lainnya. Pemberian beban timbunan pada tanah lunak dapat menyebabkan meningkatnya tegangan yang bekerja pada tanah tersebut sehingga, menyebabkan timbulnya tekanan air pori ekses dan terjadinya penurunan konsolidasi. Tujuan dari studi ini adalah menganalisis besarnya penunurunan dan tekanan air pori ekses yang terjadi berdasarkan kepada data pengujian di lapangan dan di laboratorium serta dengan menggunakan program PLAXIS 2D AE dengan model plane strain dan axisymmetric. Hasil analisis menunjukkan penurunan yang ditunjukkan oleh program PLAXIS lebih besar dari pada data hasil pengujian di lapangan. Kata Kunci: tanah lempung lunak, plane strain, axisymmetric, PLAXIS 2D AE ABSTRACT Soil is needed both as a construction material and as a load support. In constructing a building, one of the things to attend is its supporting soil. If it is problematic, the construction process would be adversely affected. Soft clay has some characteristics, among others, small shear force, great compression, small permeability coefficient, and low supporting force, relative to other clays. A placement of a pile load on a soft soil can result in an increasing strain working on the soil and thus result in excess pore water pressures and a decrease in consolidation. The objective of the present study was to analyze the extent of decreases and excess pore water pressures based on the data obtained from field and laboratory tests, by using a PLAXIS 2D AE program in plane strain and axisymetric models. The result of analysis revealed that the decrease shown by the PLAXIS program was bigger than the data obtained from the result of field test. Keywords: soft clay, plane strain, axisymmetric, PLAXIS 2D AE Reka Racana - 1

Nurul Annisa Sukiman, Yuki Achmad Yakin 1. PENDAHULUAN Tanah berbutir halus merupakan tanah berkohesi yang biasanya disebut tanah kohesif (cohesive soils). Salah satu hal yang menjadi masalah di bidang geoteknik adalah tanah kohesif biasanya merupakan tanah lunak. Tanah lunak dapat mengembang atau menyusut akibat masuk atau keluarnya air. Pemberian beban pada tanah lunak, akan menyebabkan peningkatan tegangan yang bekerja pada tanah tersebut. Tegangan tambahan yang bekerja pada tanah lunak pada awalnya akan dipikul oleh air pori karena sifat incompressible air. Hal ini akan menyebabkan timbulnya ekses air pori. Ekses air pori ini akan terdisipasi dengan keluarnya air pori tanah melalui pori-pori tanah, sementara tegangan tambahan yang awalnya dipikul air pori secara gradual ditransfer ke partikel tanah padat. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya volume tanah sehingga menyebabkan terjadinya penurunan konsolidasi. Tujuan dari penelitian adalah membandingkan metode ekuivalensi plane strain (multi drain) dengan model axisymmetric pada PLAXIS 2D AE serta menganalisis besarnya penurunan, waktu konsolidasi, dan tekanan ekses air pori di lokasi Delta Mahakam, Gambar 1. Adapun manfaat dari penelitian adalah hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya dalam menentukan metode plane strain yang paling sesuai pada PLAXIS 2D, dapat mengembangkan minat penelitian bagi mahasiwa Teknik Sipil dalam bidang Geoteknik. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Geotechnical Engineering Center, 2008) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lunak Tanah lunak merupakan tanah yang memiliki kuat geser undrained lapang kurang dari 40kPa dan kompresibilitas tinggi. Berdasarkan ukuran butiran, tanah lunak dikelompokkan menjadi tiga jenis tanah, yaitu sedimen lempung lunak, pasir lepas dan gambut. Tanah lunak Reka Racana - 2

Analisis Deformasi dan Tekanan Air Pori Ekses pada Tanah Lempung Lunak akibat Beban Timbunan tersebut terdapat di sungai-sungai dan di pantai. Lapisan tanah lunak memiliki permukaan air tanah yang tinggi, bahkan ketinggiannya dapat mencapai permukaan tanah. Umumnya lapisan tanah yang disebut lapisan tanah lunak merupakan lanau (silt) dan lempung (clay). 2.2 Karakteristik Tanah Lempung Lunak Tanah lempung lunak merupakan kumpulan partikel mineral yang berukuran kurang dari 0,002 mm atau lolos saringan 200. Sebagian proses pembentukannya adalah melalui proses pelapukan batuan. Sifat tanah lempung lunak adalah gaya gesernya yang kecil, kemampatan yang besar, koefisien permeabilitas yang kecil dan mempunyai daya dukung rendah dibandingkan tanah lempung lainnya. Berdasarkan kepada standart yang ada, yaitu British Standard, tanah lempung lunak didefinisikan sebagai tanah butir halus yang memiliki nilai kuat geser tidak teralir (undrained shear strength) sampai dengan 40 kn/m 2. Tanah lempung lunak ini dapat tertekuk oleh jari tangan dengan tekanan ringan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Tanah Lempung Berdasarkan Pada Kuat Geser Tidak Teralir Kuat Geser (Su) (kn/m2) <20 20 40 40 75 150 150 150 300 >300 Konsistensi Very Soft Soft Firm Stiff Very stiff Hard (Sumber: British Standard, 1981) Karakteristik Exudes between fingers when squeezed Moulded by ligth finger pressure Moulded by strong finger pressure Can be indented by thumb Can be indented by thumb - 2.3 Penurunan Muka Tanah Akibat Beban Timbunan Timbunan merupakan salah satu jenis lereng buatan manusia yang memiliki kemiringan tertentu dan dapat runtuh jika tidak dirancang dengan baik. Sifat, material, metode konstruksi yang digunakan harus dirancang agar tidak terjadi keruntuhan pada lereng timbunan. Perancangan lereng timbunan di desain berdasarkan parameter kuat geser (shear strength). Terkadang suatu timbunan dibuat di atas lapisan tanah asli berupa lempung. Keruntuhan dapat terjadi pada tanah di bawah timbunan tersebut. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus untuk lapisan tanah lempung di bawah timbunan. Tanah timbunan biasanya lebih kaku dan kuat dibandingkan dengan tanah lempung di bawahnya. Hal itu memungkinkan timbunan akan mengalami patah saat lapisan tanah lempung bawah berdeformasi, mengalami penurunan akibat beratnya sendiri, dan terjadi keruntuhan akibat tegangan dan regangan antara timbunan dan lapisan tanah lempung tersebut. 2.4 Konsolidasi Merupakan proses berkurangnya volume atau berkurangnya rongga pori dari tanah jenuh berpermeabilitas rendah akibat pembebanan. Proses ini terjadi jika tanah jenuh berpemeabilitas rendah dibebani, maka tekanan air pori tanah bertambah, akibatnya air mengalir ke lapisan tanah dengan tekanan air pori yang rendah diikuti dengan penurunan tanah. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement) adalah perpindahan vertikal permukaan tanah sehubungan dengan perubahan volume pada suatu tingkat dalam proses konsolidasi. Reka Racana - 3

Nurul Annisa Sukiman, Yuki Achmad Yakin 2.4.1 Fase-Fase pada Konsolidasi Bila tanah mengalami pembebanan dan berkonsolidasi, maka penurunan tanah tersebut berlangsung dalam tiga fase, yaitu: a. Fase Awal Penurunan terjadi segera setelah beban bekerja, diakibatkan oleh keluarnya udara dari rongga pori. Proporsi penurunan awal dapat diberikan dalam perubahan angka pori dan dapat ditentukan dari kurva waktu terhadap penurunan dari uji konsolidasi. b. Fase Konsolidasi Primer Konsolidasi primer yaitu penurunan yang disebabkan perubahan volume tanah selama periode keluarnya air pori dari tanah. Pada penurunan ini, tegangan air pori secara kontinyu berpindah ke dalam tegangan efektif sebagai akibat dari keluarnya air pori. c. Fase Konsolidasi Sekunder Merupakan proses lanjutan dari konsolidasi primer. Konsolidasi sekunder adalah penurunan setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Hal ini lebih disebabkan oleh proses pemampatan akibat penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah. Konsolidasi sekunder didefinisikan secara kasar sebagai penyesuaian kerangka tanah yang berlangsung untuk beberapa saat lamanya sesudah tekanan pori yang berlebih menghilang. Karena itu, tekanan sekunder tergantung pada waktu dan dapat berlangsung untuk waktu yang lama sampai ratusan tahun. 2.4.2 Kondisi Tanah saat Konsolidasi Kondisi tanah di alam berbeda-beda akibat proses konsolidasi yang berlangsung. Berikut ada 3 kondisi tanah berdasrkan tegangan yang dialami: a. Normally Consolidated (OCR = 1) Dimana tegangan efektif overburden saat ini merupakan tegangan maksimum yang pernah dialami oleh tanah selama dia ada. b. Over Consolidated (OCR > 1) Dimana tegangan efektif overburden saat ini lebih kecil daripada tegangan yang pernah dialami oleh tegangan tersebut. Tegangan efektif overburden maksimum yang pernah dialami sebelumnya dinamakan tegangan prakonsolidasi (preconsolidation pressure / P c ). c. Under Consolidated (OCR < 1) Dimana tegangan efektif overburden saat ini belum mencapai maksimum, sehingga peristiwa konsolidasi masih berlangsung pada saat sample tanah diambil. 2.4.3 Indeks Pemampatan (C c ) Indeks pemampatan dalah bagian kemiringan dari grafik e log p. Dimana persamaan umum C c adalah sebagai berikut. e ( e1 e2 ) ( e1 e2 ) C c log p log p2 log p1 log( p2 / p1)... (1) Pada kondisi tertentu, seringkali kita dihadapkan pada situasi tidak memiliki nilai Cc karena tidak dilakukannya pengujian konsolidasi. Maka, penggunaan persamaan-persamaan korelasi Reka Racana - 4

Analisis Deformasi dan Tekanan Air Pori Ekses pada Tanah Lempung Lunak akibat Beban Timbunan empiris menjadi salah satu alternatif menyelesaikan kondisi tersebut. Berikut beberapa persamaan pendekatan Cc dari parameter LL (batas cair). a. Terzaghi dan Peck (1976) 0,009( LL 10) b. Azzouz et al (1976) 0,0046( LL 9) C c C c... (2)... (3) 2.4.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kecepatan Konsolidasi Estimasi kecepatan penurunan konsolidasi biasanya dibutuhkan untuk mengetahui besarnya kecepatan penurunan selama proses konsolidasi berlangsung. Hal ini perlu diperhatikan terutama bila penurunan diperkirakan besar. Bila penurunan sangat kecil, kecepatan penurunan tidak begitu perlu diperhitungkan, karena penurunan sejalan dengan waktunya tidak menghasilkan perbedaan yang berarti kecepatan konsolidasi dipengaruhi oleh permeabilitas tanah, tebal tanah kompressibel, waktu beban kerja serta kondisi drainase di atas dan di bawah lapisan tanah kompresibel. 2.4.5 Prosedur Monitoring Timbunan Suatu timbunan di atas tanah lunak memerlukan kegiatan monitoring terhadap perilaku tanah lunak sebagai lapisan dasar konstruksi. Akibat pembebanan, tanah mengalami perubahan tegangan khususnya tekanan air pori ekses. Selain itu juga, tanah mengalami deformasi baik secara vertikal maupun secara horizontal. Beberapa instrumen monitoring penimbunan antara lain yaitu : settlement plate, inklinometer, dan piezometer. 2.5 Pengujian pada Tanah Lunak Dalam kasus ini, pengujian tanah lunak dilakukan dengan dua cara yaitu investigasi lapangan dan pengujian laboratorium. Investigasi lapangan ada tiga cara pengujian antara lain: uji geser baling (vane shear), uji sondir, dan uji piezocone. Untuk pengujian di laboratorium, dilakukan uji triaksial dengan 3 kondisi pengujian yaitu, Consolidated Drained (CD), Consolidated Undrained (CU), Unconsolidated Undrained (UU). 2.6 Perbaikan Tanah menggunakan PVD dengan Metode Elemen Hingga Salah satu metode perbaikan tanah yang digunakan pada kasus ini adalah menggunakan PVD. Dimana metode perbaikan tanah ini bertujuan untuk mengeluarkan air pori dalam tanah. 2.6.1 Metode Kombinasi Preloading dan PVD Metoda perbaikan tanah dengan menggunakan preloading dan PVD merupakan metoda yang paling banyak digunakan. Metoda ini bertujuan untuk mempercepat keluarnya tekanan air pori ekses. Penggunaan pembebanan awal (preloading) merupakan teknik yang bermanfaat untuk memperbaiki tanah lunak juga dapat meningkatkan kapasitas kekuatan tanah (bearing capacity) dan menurunkan kompresibiltas tanah. Teknik ini dilakukan dengan membebani tanah dengan material timbunan tertentu yang menyebabkan penurunan pada tanah lunak tanpa merusak tanah lunak tersebut ketika di bebani. PVD merupakan susatu sistem drainase yang dipasang vertikal di dalam tanah lunak. Bahan baku preloading seperti pasir sangat mudah untuk didapatkan dan PVD juga telah banyak tersedia dengan banyak pilihan. PVD merupakan strip vertikal drain yang dibuat di pabrik. Umumnya dimensi PVD telah distandarisasi dengan ukuran lebar 100 mm dan ketebalan 3-5 mm. Penggunaan kombinasi preloading dan PVD dapat menghasilkan hasil yang efektif dan menjadi metode alternatif dan ekonomis untuk perbaikan tanah lunak. Reka Racana - 5

Nurul Annisa Sukiman, Yuki Achmad Yakin 2.6.2 Metode Elemen Hingga PLAXIS adalah program komputer berdasarkan metode elemen hingga dua dimensi yang digunakan secara khusus untuk melakukan analisis deformasi dan stabilitas untuk berbagai aplikasi dalama bidang geoteknik. Program ini menerapakan metode antarmuka grafis yang mudah digunakan sehingga pengguna dapat dengan cepat membuat model geometri dan jaring elemen berdasarkan penampang melintang dari kondisi yang ingin dianalisis. 2.6.3 Axisymmetric dan Plane Strain Axisymmetric dan plane strain merupakan model geometri global PLAXIS yang dipilih berdasarkan yang paling mewakili kondisi di lapangan. Pola penanaman vertical drain terpasang di lapangan setempat-tempat dengan jarak tertentu, sementara dalam program PLAXIS fasilitas pengimplementasikan vertikal drain ada yang bersifat menerus (plane strain) dan radial (axisymmetric) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Plane strain (model menerus) dan axisymmetric (model radial) (Sumber: PLAXIS versi 8 Manual Acuan, 2007) 2.6.4 Soft Soil Creep Perilaku mekanik dari tanah pada berbagai macam tingkat akurasi dapat dimodelkan sesuai dengan karakteristik tanah tersebut. Dari sekian banyak model material yang ada, beberapa model cocok untuk menganalisa perilaku tanah lunak di bawah beban tekan, yang mencakup proses konsolidasi. Pada kasus kali ini di gunakan Model Soft Soil Creep pada program komputer PLAXIS. Saat ini, model soft soil creep yang dikembangkan oleh Vermeer (1998) mempunhyai beberapa karakteristik, di antaranya: kekakuan bergantung pada tegangan (perilaku kompresi logaritmik), perbedaan antara pembebanan primer dan unloading reloading, kompresi sekunder yang bergantung pada waktu, memori dari tegangan prakonsolidasi, perilaku keruntuhan menurut kriteria Mohr Coulomb. 3. ANALISIS DATA 3.1 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data primer yang mencakup monitoring perilaku timbunan dan uji di lapangan serta uji laboratorium dan data sekunder yang mencakup data penyelidikan tanah sebelum pelaksanaan konstruksi timbunan di Delta Mahakam (Yakin, Y. A, 2013). 3.2 Kondisi Pemodelan Analisis perilaku konstruksi timbunan di atas tanah lempung lunak pada kasus ini yaitu dengan menggunakan program PLAXIS 2D AE yang berbasis elemen hingga. Pada kasus ini, PVD dimodelkan plane strain dengan dikoreksi terlebih dahulu terhadap kondisi di lapangan Reka Racana - 6

Analisis Deformasi dan Tekanan Air Pori Ekses pada Tanah Lempung Lunak akibat Beban Timbunan yang axisymmeteric. Hasil analisis elemen hingga kemudian di verifikasi terhadap kondisi di lapangan dimana, monitoring di lapangan berupa settlement plate, piezometer dan inclinometer. 3.3 Parameter Tanah Masukan input untuk program komputer PLAXIS pada embankment di Delta Mahakam Tabel 2 adalah sebagai berikut. Tabel 2. Parameter Tanah Pada Embankment di Delta Mahakam Parameter Fill Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Unit Soil Type Sand Very Soft Clay Soft Clay Silty Sand Sandy Clay [ - ] Depth - 0 4,0 4,0-12 12-16 16-50 [m] Model Mohr Soft Soil Soft Soil Mohr Soft Soil Coulomb Creep Creep Coulomb Creep [ - ] Type Drained Undrained Undrained Drained Undrained [ - ] unsat 17 14 15 16,5 15,5 [kn/m 3 ] sat 19 15 16 17,5 16,5 [kn/m 3 ] E50 5.000 - - 2.000 3.100 [kn/m 2 ] 0.3 - - 0,3 0,3 [ - ] c 1 20 22 3 24 [kn/m 2 ] 30 7 11 28 14 [ ] Kh=Kv 10 8,30E-04 3,05E-04 3,05E-03 1,39E-04 [m/day] Rinter 0,8 0,6 0,6 0.8 0,8 [ - ] Cc - 1,25 0,8-0,55 [ - ] Cr - 0,13 0,065-0,035 [ - ] e initial - 2,5 1,8-1,8 [ - ] Cα - 0,00800 0,00600-0,0045 [ - ] * - 0,1553 0,12422-0,0854 [ - ] * - 0,03230 0,02019-0,0109 [ - ] * - 0.00099 0.00093-0,0007 [ - ] (Sumber: Geotechnical Engineering Center, 2008) Proses running pada program PLAXIS selain memerlukan sejumlah parameter yang sudah ada, juga memerlukan data tahapan dari suatu konstruksi embankment. Pada di atas, parameter untuk masukan PLAXIS dapat dibedakan dua model material yang masing-masing memiliki satu buah tipe material, yaitu untuk model material mohr coloumb, maka tipe materialnya adalah drained. Material yang termasuk tipe ini adalah, sandfill dan silty sand. Sedangkan model material soft soil creep, tipe materialnya adalah undrained. Material yang termasuk tipe ini adalah very soft clay, soft clay, dan sandy clay. 3.4 Tahapan Konstruksi Embankment pada PLAXIS Konstruksi embankment untuk proyek reklamasi di Delta Mahakam dibangun secara bertahap dan sesuai dengan desain. Pada setiap tahapan penimbunan dan pemasangan vertical drain diperlukan durasi konstruksi selama satu hari untuk memodelkan waktu pada proses kalkulasi. Pada akhir dari setiap penimbunan, diberikan waktu beberapa hari untuk proses konsolidasi, sehingga terjadi disipasi air pori ekses. Tahapan konstruksi embankment dimulai pada permukaan tanah dasar dengan elevasi -4,00 m. Lapis ke 1 dan lapis ke 2 adalah soft clay, lapis ke 3 adalah silty sand, dan untuk lapis ke 4 adalah sandy clay. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Reka Racana - 7

Nurul Annisa Sukiman, Yuki Achmad Yakin Tabel 3. Tahapan Konstruksi Embankment pada pemodelan PLAXIS 2D AE No Tahapan Pekerjaan Waktu (hari) 1. Initial Phase - 2. Geotekstile 1 3. Fill 1 4. Consolidation 7 5. Instalation PVD 1 6. Fill 1 7. Consolidation 49 8. Fill 1 9. Consolidation 21 10. Fill 1 11. Consolidation 14 12. Fill 1 13. Consolidation 28 14. Fill 1 15. Consolidation 7 16. Fill 1 17. Consolidation 14 18. Fill 1 19. Consolidation 7 20. Levelling 1 21. Consolidation 147 22. Removal 1 23. Consolidation 42 24. Minimum Excess Pore Pressures - 3.5 Model Geometri Konstruksi Embankment dan Lapisan Tanah untuk masukan PLAXIS Model geometri untuk masukan program komputer PLAXIS merupakan satu kesatuan dengan tabulasi paramater dan tahapan konstruksi. Geometri pemodelan axisymmetric dapat dilihat pada Gambar 3a berikut dimana pemodelan pada arah x adalah sebesar 0,525 m. Selain itu, dapat dilihat juga skema model geometri plane strain Gambar 3b dan perlapisan tanah Tabel 4 pada embankment di Delta Mahakam. 0,525m (a) (b) Gambar 3. (a) Geometri pemodelan axisymmetric (b) Plane strain dan perlapisan tanah pada embankment Delta Mahakam Reka Racana - 8

Excess Pore Pressures Settlement (m) Analisis Deformasi dan Tekanan Air Pori Ekses pada Tanah Lempung Lunak akibat Beban Timbunan Tabel 4. Legenda dari Model Geometri Embankment Delta Mahakam No. Jenis Perlapisan Tanah No. Jenis Perlapisan Tanah 1. Sand Fill 6. Silty Sand, Lapis 3, PVD (s = 1m) 2. Very Soft Clay, Lapis 1, PVD (s = 1 m) 7. Silty Sand, Lapis 3 3. Very Soft Clay, Lapis 1 8. Sandy Clay, Lapis 4, PVD (s = 1m) 4. Soft Clay, Lapis 2, PVD (s =1 m) 9. Sandy Clay, Lapis 4 5. Soft Clay, Lapis 2 Setelah di input parameter tanah langkah selanjutnya adalah melakukan proses running PLAXIS 2D. Hasil running berupa nilai penurunan dan waktu penurunan berlebih akan disajikan dalam bentuk grafik. 3.6.1 Pemodelan Non PVD Pemodelan tanah pada kondisi tanpa PVD dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil analisis untuk tekanan air pori ekses kondisi tanpa PVD dapat dilihat pada Gambar 5. 0.01 0.1 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 Axisymmetric Non PVD Plane Strain Non PVD Time (day) Gambar 4. Grafik penurunan vs. waktu konsolidasi tanah non PVD (kn/m) 2 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 Axisymmetric non PVD Plane Strain Non PVD -10.0 0.01 0.1 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 Time (day) Gambar 5. Grafik tekanan air pori ekses non PVD Reka Racana - 9

Excess Pore Pressures Settlement (m) Nurul Annisa Sukiman, Yuki Achmad Yakin Berdasarkan Gambar 4, terlihat hasil dari kedua pemodelan tersebut, dimana untuk pemodelan axisymmetric memiliki penurunan sebesar 3,754 m dan untuk pemodelan plane strain memiliki penurunan sebesar 2,759 m dengan waktu konsolidasi untuk kondisi axisymmetric 314 hari dan plane strain 114.760,68 hari. 3.6.2 Pemodelan dengan PVD Pemodelan tanah pada kondisi dengan PVD dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil analisis untuk tekanan air pori ekses kondisi dengan PVD dapat dilihat pada Gambar 7. Time (day) 0.01 0.1 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 Axisymmetric PVD Plane Strain PVD Di Lapangan Gambar 6. Grafik penurunan vs. waktu konsolidasi tanah dengan PVD (kn/m) 2 25.0 15.0 5.0 Axisymmetric PVD Plane Strain PVD Di lapangan 4. 5. 6. 7. -5.0 0.01 0.1 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 Time (day) Gambar 7. Grafik tekanan air pori ekses dengan PVD Berdasarkan Gambar 6, terlihat hasil dari kedua pemodelan tersebut, dimana untuk pemodelan axisymmetric memiliki penurunan sebesar 3,70 m dan untuk pemodelan plane strain memiliki penurunan sebesar 2,74 m dengan waktu konsolidasi untuk kondisi axisymmetric 314 hari dan plane strain 45.437,97 hari. 3.6.3 Pemodelan dengan mempertimbangkan Nilai Indeks Kompresi (C c ) Pada kedua pemodelan ini Gambar 8 dan Gambar 9, nilai indeks kompresi yang digunakan berdasarkan rumus dari Terzaghi dan Peck Persamaan 2 dan Azzouz Persamaan 3. Reka Racana - 10

Tekanan Air Pori Ekses Settlement (m) Analisis Deformasi dan Tekanan Air Pori Ekses pada Tanah Lempung Lunak akibat Beban Timbunan 0.01 0.1 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 Di Lapangan Axisymmetric Plane Strain PVD Terzagi and Peck (PS) Azzouz (PS) Terzaghi and Peck (AX) Azzouz (AX) Time (day) Gambar 8. Grafik penurunan dan waktu konsolidasi (kn/m) 2 25.0 15.0 5.0 Axisymmetric PVD Plane Strain PVD Di lapangan Terzaghi and Peck (PS) Azzouz (PS) Terzaghi and Peck (AX) Azzouz (AX) -5.0 0.01 0.1 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 Time (day) Gambar 9. Grafik tekanan air pori ekses Berdasarkan Gambar 8, terlihat garis dari metode Terzahgi dan Peck, juga metode Azzouz terlihat mendekati garis hasil pengukuran di lapangan. dimana hasil penurunan di lapangan adalah 1,60 m sedangkan hasil berdasarkan metode Terzahgi sebesar 1,80 m dan hasil penurunan dari metode Azzouz sebesar 1,56 m. 4. KESIMPULAN Dari hasil pengolahan data dan analisis pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Parameter kohesi (c), sudut geser dalam tanah ( ), indeks kompresi ( *), dan indeks rangkak ( *) merupakan parameter - parameter yang sensitif dalam menentukan besarnya penurunan lapisan tanah. 2. Parameter permeabilitas tanah (k) merupakan parameter yang sensitif dalam menentukan laju disipasi air pori ekses pada lapisan tanah lunak akibat beban timbunan. 3. Pada konstruksi embankment di Delta Mahakam dimana lapisan tanah lunaknya dipasangi PVD, maka akan terjadi percepatan penurunan akibat proses disipasi tekanan air pori ekses oleh vertikal drain. Reka Racana - 11

Nurul Annisa Sukiman, Yuki Achmad Yakin 4. Metode Hird memiliki hasil analisis yang cukup mendekati axisymmetric. Hal ini berlaku pada berbagai variasi kondisi tanah, kondisi PVD, dan kondisi aliran drainase. Pemodelan Hird cukup sederhana karena hanya memodelkan titik PVD saja. 5. Metode Terzaghi dan Peck, juga metode Azzouz et. al memiliki hasil analisis yang paling mendekati lapangan. Dimana kedua metode ini lebih mempertimbangkan nilai indeks pemampatan (C c ). Semakin kecil nilai indeks pemampatan, maka semakin kecil penurunan yang terjadi. Sebaliknya, semakin besar nilai indeks pemampatan, maka penurunan yang terjadi semakin besar. 6. Dari hasil yang ada menunjukan bahwa hasil penurunan yang dimodelkan pada program PLAXIS memiliki hasil lebih besar dari pada hasil di lapangan. DAFTAR RUJUKAN Das, Braja M. (1995). Mekanika Tanah Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik, Jilid 2, Jakarta: Erlangga. Geotechnical Engineering Center (GEC). (2008). Evaluation and Recommendation of Soil Parameter and Design Review of SPU Camp. Bandung: Geotechnical Engineering Center (GEC). Hird, C.C., Pyrah, I.C. & Russell, D. (1992). Finite Element Modelling Of Vertical Drains Beneath Embankments On Soft Ground. Géotechnique. 42(3): 499 511, http://dx.doi.org/10.1680/geot.1992.42.3.499. Yakin,Y.A. (2003). Karakterisasi Tanah Lunak Dan Analisis Perilaku Embankment di Pantai Utara Semarang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan Yakin,Y.A. (2013). Analisis Konsolidasi Lempung Lunak pada Regangan Besar. Disertasi, Program Doktor Universitas Katolik Parhyangan. Bandung: Universitas Katolik Parhyangan. Reka Racana - 12