Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN, STRATEGI

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

IKHTISAR EKSEKUTIF. LAKIP BLH. PROV. JATIM 2013 Page iv

Perencanaan Perjanjian Kinerja

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN JOMBANG

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERENCANAAN KINERJA TAHUN 2015 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA PENJELASAN / FORMULASI PENGHITUNGAN. 2 Jumlah sekolah peduli dan berbudaya (Adiwiyata) Bidang Komunikasi

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA TAHUN 2012

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA DEPOK

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2005 SERI D PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2005

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG

BAB III PROGRAM DAN KEGIATAN

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 62 TAHUN 2004 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

Rencana Kerja SKPD Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

TERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERMUKIMAN, TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI TASIKMALAYA

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 54 TAHUN 2008 WALIKOTA BOGOR,

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2010 NOMOR 6

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERJANJIAN KINERJA (PK) PEJABAT STRUKTURAL ESELON III PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan

Bupati Cirebon PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 66 TAHUN 2008

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIS BADAN LlNGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2006 NOMOR 2 SERI D NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2009

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KOTA YOGYAKARTA. Sebelum di bentuknya Badan Lingkungan Hidup, Instansi ini pernah

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

Ikhtisar Eksekutif Pembangunan sistem administrasi modern yang andal, professional, partisipatif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat, merupakan kunci sukses menuju manajemen pemerintahan dan pembangunan yang akuntabel dan terwujudnya Good Governance, sebagaimana tertuang dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) harus dibuat dan secara umum dimulai dengan Rencana Strategik yang dijabarkan dalam pelaksanaan kegiatan Dinas/Badan instansi sebagai laporan pertanggungjawaban. LAKIP merupakan pengendali atau kontrol dalam penyusunan LKPJ Kepala Daerah dengan mengacu kepada Restra yang telah disusun. Indikator kinerja LAKIP meliputi : (a) masukan (inputs), (b) keluaran (ouput), (c) hasil (outcomes), (d) manfaat (benefits), dan (e) dampak (impacts), dengan menggunakan analisa kualitatif maupun kuantitatif. Dalam rangka penyelenggaraan Negara, Pemerintah Propinsi Jawa Timur telah berusaha untuk mewujudkan asas-asas umum penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas. Asas akuntabiltas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP a. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran lingkungan hidup pada media air tanah dan udara. b. Melindungi sumber daya alam dari kerusakan dan mengelola kawasan ekosistem sesuai dengan fungsinya. c. Merehabilitasi kawasan ekosistem yang rusak dan pemulihan fungsi sumber daya alam. d. Meningkatkan manajemen perkotaan yang ramah lingkungan. e. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan peran serta semua pihak didalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. f. Meningkatkan kualitas dan akses informasi tentang sumber daya alam dan LH. 1

SASARAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP Memperhatikan adanya permasalahan mendasar, potensi, peluang, kebutuhan akan partisipasi semua pihak dan teknologi yang tersedia maka sasaran pengelolaan lingkungan hidup Jawa timur adalah sebagai berikut: a. Memperkuat instrumen peraturan perundang undangan lingkungan hidup serta meningkatkan upaya pentaatan dan penegakan hukum lingkungan secara konsisten. b. Memenuhi ketentuan lisensi bagi komisi penilai AMDAL Kabupaten/Kota c. Mewujudkan, melaksanakan dan mengawasi ketentuan perijinan lingkungan. d. Menurunkan beban pencemaran limbah cair, padat dan gas dari sumber pencemar dan meningkatkan pengelolaan limbah B3. e. Pengawasan eksplorasi dan eksploitasi pemanfaatan sumber daya alam dan pertambangan untuk menjamin pemanfaatan secara berkelanjutan. f. Mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan pengelolaan kawasan konservasi, pesisir dan laut serta menjaga keanekaragaman hayati. g. Meningkatkan kualitas pengelolaan persampahan dan daya dukung lingkungan hidup perkotaan. h. Meningkatkan kualitas udara perkotaan. i. Membangun kesadaran dan meningkatkan peran aktif masyarakat masyarakat atas hak dan kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan hidup. j. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan membangun koordinasi harmonis antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan lingkungan hidup. k. Menyediakan informasi lingkungan hidup yang berkualitas. Secara Umum, Sasaran Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup adalah Penurunan Pencemaran Air di DAS Brantas sebesar 4 % dari Tahun 2010 atau 12 % dari Kondisi awal Tahun 2010. Hasil pencapaian sasaran Pembangunan dimaksud dapat dilihat dalam tabel berikut: Parameter 2010 Target 2011 Pencapaian Dari 2010 BOD 5,12 4,50 4,41 13,87% COD 17,94 15,79 15,47 13,77% 2

KENDALA YANG DIHADAPI A. Internal Masih kurangnya koordinasi, kerjasama, sinkronisasi program serta adanya kecenderungan berpola fikir lama bahwa pelaksanaan program kegiatan hanya sebagai sarana untuk mempercepat penyerapan anggaran bukan pelaksanaan program sebagai sarana pendukung pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan ( sustainable development ). Masih adanya pelaksanaan program kegiatan pembangunan yang tidak berpijak pada akar rumput masalah ( analisa awal pencegahan ) namun lebih cenderung pada pelaksanaan program yang bersifat pemulihan setelah terjadinya bencana. Masih kurangnya sinergi antara stakeholder terkait dalam memberikan hal-hal yang bersifat informatif, komunikatif, sosialisasi, dan komitmen yang terus menerus sebagai usaha untuk memberikan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya fungsi lingkungan dalam setiap kegiatan/usaha pembangunan. Masih adanya kegiatan yang bersifat top down dan tidak konsisten dalam implementasi kegiatan. Masih adanya pengkotak kotakan peruntukan anggaran yang kurang sesuai dengan kebutuhan strategis. Keterbatasan Kualitas Sumberdaya Manusia Kelemahan yang nampak jelas dari kelembagaan BLH yaitu tidak tersedianya sumber daya manusia yang memadai dan relevan dengan kebutuhan pengelolaan lingkungan hidup. Lembaga yang handal adalah lembaga yang didukung sumberdaya manusia memadai. Tidak banyak ketersediaan sumberdaya manusia di daerah yang berlatar belakang ilmu lingkungan atau ilmu-ilmu yang mendukung pengelolaan lingkungan hidup. Sampai dengan tahun 2008, jumlah sumber daya manusia untuk pegawai yang telah memiliki sertifikat AMDAL penyusun sebanyak 14 orang, AMDAL penilai sebanyak 13 orang, tenaga ahli laboratorium 15 orang dan tenaga dibidang auditor lingkungan 6 orang. Dan sumber daya manusia yang tak kalah pentingnya adalah tenaga ahli dibidang hukum lingkungan yang disebut sebagai penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) lingkungan hidup. Saat ini hanya ada 6 orang di BLH Jatim sebagai pejabat pengawas lingkungan hidup daerah (PPLHD) dan 31 orang PPNS tersebar di Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 3

Dari sumberdaya manusia tersebut di atas sebagian besar berada di BLH Provinsi Jawa Timur dan beberapa Kabupaten/Kota yang berwenang di bidang lingkungan hidup. Meskipun telah mengalami penambahan sumberdaya manusia bidang lingkungan hidup namun jumlah dan penyebarannya belum sesuai dengan kebutuhan dan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup diseluruh Jawa Timur. B. Eksternal Laju kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi tidak sebanding dengan usaha pencegahan, pemulihan dan pengelolaan lingkungan yang dilakukan. Waktu kritis atau titik jenuh dari kemampuan alam dalam menampung/menghadapi laju kerusakan dan pencemaran lingkungan akan sangat berpengaruh pada perencanaan program yang akan semakin kompleks, biaya yang semakin tak terjangkau, lama dan kemampuan menanggulangi dampak yang terjadi. Adanya pola pemikiran (mindset) dari sebagian masyarakat baik dari kalangan industri maupun masyarakat umum untuk tetap menghalalkan segala cara serta mengabaikan aturan pengelolaan lingkungan hidup karena alasan desakan atau motif keuntungan ekonomi yang lebih besar. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kewajibannya untuk menjaga dan melestarikan fungsi lingkungan hidup. Jumlah penduduk yang semakin meningkat memicu peningkatan pencemaran dari sumber domestik dan emisi kendaraan bermotor. Jumlah beban pencemaran dari industri dan kegiatan usaha lain baik skala besar, menengah maupun kecil. Titik Jenuh / Waktu Kritis Kemampuan Alam Kemampuan Alam dalam menerima kondisi kerusakan yang dialaminya pada titik tertentu akan memiliki titik jenuh/waktu kritis dimana Alam sukar atau hampir mustahil untuk dipulihkan ke kondisi semula meskipun dengan waktu pemulihan yang sangat panjang. Hal ini bisa terjadi apabila laju kerusakan yang terjadi tidak sebanding dengan usaha pemulihan yang dilakukan. Dengan semakin banyaknya serta menyebarnya lokasi bencana ekologi yang ditimbulkan oleh ulah-polah manusia sedangkan dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan rencana program pemulihan yang sangat terbatas, maka dibeberapa tempat lokasi bencana ekologis yang belum sempat tertangani akan semakin parah menuju titik kritisnya. Hal ini 4

kedepan akan semakin menyulitkan BLH dalam menentukan kebijakan dalam penanganannya, dilain pihak dana yang dibutuhkan tentu akan semakin besar. Paradigma Pembangunan yang sempit Sebagian Kepala Daerah ataupun pejabat di daerah tidak jarang masih memandang bahwa otonomi adalah kesempatan pemanfaatan sumber-sumber daerah untuk dikelola semaksimal mungkin dan digunakan oleh daerahnya sendiri dengan mengabaikan faktor lingkungan sebagai pertimbangan utama. Egoisme yang berlatar belakang ekonomi tersebut dapat berakibat diabaikannya prinsif holistik pengelolaan lingkungan hidup. Dilain pihak ada pula dari sebagian masyarakat baik dari kalangan industri maupun masyarakat umum untuk tetap menghalalkan segala cara serta mengabaikan aturan pengelolaan lingkungan hidup karena alasan desakan atau motif keuntungan ekonomi yang lebih besar. Paradigma atau pemikiran-pemikiran yang keliru seperti ini meskipun dalam prosentase yang kecil dari kebijakan pemimpin daerah ataupun pelaku usaha sedikit banyak akan memberikan dampak yang tidak bisa diremehkan dalam kelancaran pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Padahal dalam mewujudkan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan tersebut semua aspek dan parameter pendukung seperti peningkatan kesadaran masyarakat, kerjasama antar sektor terkait, kebijakan dan aturan yang harus diterapkan harus didukung secara bulat oleh semua pihak yang berkepentingan. LANGKAH ANTISIPATIF UNTUK MENANGGULANGI KENDALA Langkah yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup di Provinsi Jawa Timur adalah dengan melakukan : 1. Memperkuat instrumen peraturan perundang undangan lingkungan hidup serta meningkatkan upaya pentaatan dan penegakan hukum lingkungan secara konsisten 2. Peningkatan kualitas penilai AMDAL Kab./Kota 3. Upaya Penruran Beban Pencemaran lingkungan melalui pemantauan dan pengawasan kualitas lingkungan air badan air 4. Melakukan Pendampingan akreditasi Laboratorium Kualitas lingkungan Kab./Kota 5. Pengembangan Laboratorium Uji Kualitas Lingkungan BLH 6. Pengembangan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan 7. Memfasilitasi kelompok tani tembakau untuk melaksanakan budidaya tanaman tembakau yang ramah lingkungan 5

8. Memberikan Sosialisasi tentang bahaya pencemaran udara akibat merokok dan Publikasi pengelolaannya 9. Membangun kesadaran dan meningkatkan peran aktif masyarakat masyarakat atas hak dan kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan hidup 10. Memfasilitasi pelaksanaan kewenangan ijin pembuangan air limbah di Kab./Kota 11. Upaya melakukan perlindungan Keanekaragaman Hayati dari Ancaman Kepunahan 12. Mengembangkan kemitraan dalam Perlindungan dan Pelestarian Sumber Daya Alam melalui Dewan Lingkungan Hidup 13. Pelaksanaan Program Menuju Indonesia Hijau dan Penilaian lomba GSP 14. Upaya rehabilitasi dan konservasi daerah hulu Brantas 15. Meningkatkan pemahaman masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan perumusan kebijakan oleh DLH 16. Menyediakan informasi lingkungan hidup yang berkualitas 17. Pengawasan terhadap industri dan kegiatan usaha lain dengan Patroli lingkungan 18. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya dikomunitas sekolah tentang pengelolaan lingkungan hidup 19. Meningkatnya kualitas kota sehat Adipura 20. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan membangun koordinasi harmonis antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan lingkungan hidup. 21. Melibatkan masyarakat dalam pengawasan lingkungan 22. Mengidentifikasi kinerja kegiatan hasil tembakau dalam pengelolaan lingkungan hidup 23. Memonitoring pelaksanaan pengelolaan lingkungan industri rokok dan perkebunan mengacu AMDAL dokumen UKL/UPL 6