FISIKA SUNGAI CURAM DI PULAU AMBON

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

MENGUBAH BENCANA MENJADI BERKAH (Studi Kasus Pengendalian dan Pemanfaatan Banjir di Ambon)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

3.1 Metode Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

FISIKA PENAMBANGAN BAHAN GALIAN C

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

Transkripsi:

FISIKA SUNGAI CURAM DI PULAU AMBON Sanny Virginia Aponno 1, Lilik Hendrajaya 2 1 Prodi Magister Pengajaran Fisika FMIPA ITB, Jl. Ganesha No.10, Bandung 40132 2 Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No.10, Bandung 40132 E-mail korespondensi: sanny.aponno@gmail.com Abstrak: Pulau Ambon sebagai bagian dari kepulaun Maluku merupakan pulau busur vulkanis yang secara umum sebagian besar wilayahnya terdiri atas daerah berbukit dan berlereng terjal Dengan keadaan topografi wilayah yang demikian, pulau besar ini mempunyai banyak sungai yang mengalir umumnya tidak panjang. Sungai curam dengan aliran langgeng dan endapan delta yang terbentuk di laut teluk Ambon mengandung potensi mineral. Praktikum fisika alam terkait sungai curam seperti: pengukuran total aliran sungai, menentukan distribusi kecepatan di seluruh penampang sungai, menghitung jari-jari hidrolis sungai, menentukan kecepatan aliran sungai, pengukuran viskositas fluida yang dapat dikembangkan menuju rekayasa pengelolaan sumberdaya alam di Pulau Ambon. Penelitian ini merupakan studi tentang bagaimana belajar fisika dari sungai curam di Pulau Ambon dengan metode konstruksi alur pikir. Memahami fenomena dan bentuknya, identifikasi fisika dan prosesnya, kajian kurikuler menurut struktur mata kuliah dan penerapannya dalam kurikulum mata pelajaran fisika di sekolah. Kata Kunci: sungai curam, pulau Ambon, praktikum fisika, fisika kontekstual, modul praktikum. PENDAHULUAN Salah satu unsur alam yang memiliki peran penting di dalam pembentukan corak kebudayaan suatu bangsa adalah sungai. Potensi sebuah sungai dikatakan dapat memenuhi kebutuhan hidup warga disekitarnya sebagai unsur alam dengan dua fungsi utama yaitu (Mulyanto, 2007) : a. Mengalirkan air b. Mengangkut sedimen hasil erosi pada das dan alurnya, yang keduanya berlangsung secara bersamaan dan saling mempengaruhi. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2011, sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Kota Ambon dengan luas wilayah 377 km 2 atau 2/5 dari luas wilayah pulau Ambon, memiliki sungaisungai yang mengalir umumnya tidak panjang (PP No.13 Tahun 1979). Keadaan topografi wilayah kota Ambon yang dapat dikategorikan berlereng terjal dan memiliki daratan yang landai turut mempengaruhi keberadaan sungai-sungai dimaksud. Sungai-sungai ini memiliki pola aliran paralel yang mengalir sepanjang wilayah pemukiman, dan umumnya akan bermuara ke laut Teluk Ambon membentuk endapan. Pengalihan daerah aliran sungai sebagai draerah pemukiman serta tingginya curah hujan berpotensi terhadap rentetan perubahan sungai misalnya pembentukan meander sungai akan ditemukan pada sungai curam di pulau Ambon. Aliran sebuah sungai dengan setiap perubahannya terus akan berulang dan berkembang dalam sebuah siklus aliran dari huluhilir-muara disertai dengan dampaknya bagi keberadaan sungai ini. Bila dikaji tentunya banyak proses fisika yang dapat ditinjau dan selanjutnya diberdayakan sebagai media pembelajaran. Bentuk pola aliran sungai dengan daerah aliran sungai (DAS) yang sempit tentunya memberi ciri khusus pada sungai curam seperti debit aliran, distribusi kecepatan aliran yang berbeda di seluruh penampang sungai, kedalaman aliran dan kecepatan aliran sungai di permukaan sungai tersebut yang berbeda pada masing-masing wilayah daerah aliran sungai (DAS). Debit aliran sungai dapat dinyatakan melalui persamaan (1) ini, (1) dimana Q merupakan debit aliran sungai tiap segmen sungai bergantung terhadap luas penampang sungai (A) dan sebanding dengan kecepatan rata-rata sungai (v r). Selanjutnya kecepatan aliran dapat dinyatakan melalui persaman (2), (2). ssssssss 281

Sungai sebagai saluran terbuka memiliki jenis aliran yang dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja dan dapat dinyatakan melalui kecepatan permukaan aliran sungai dengan perbandingan antara jarak tempuh (s) terhadap waktu yang dibutuhkan oleh aliran sungai untuk merengangkan tali dan bola terapung (t). (3) Sungai dibagi dalam beberapa segmen dalam proses pengamatan, pengukuran dan penjelasan secara keseluruhan sungai dimaksud (lihat Gambar 1). Sungai curam sebagai bagian dari upaya inovasi pembelajaran yang berdampak panjang terhadap lingkungan hidup nantinya. Pembelajaran fisika dengan memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar adalah pembelajaran fisika kontekstual (Jumadi, 2003). Potensi sungai curam dimanfaatkan sebagai media pembelajaran tentunya wajah baru pengembangan metode pembelajaran fisika menjadi lebih mudah dipahami. Selain itu, pendidikan moral akan sikap peduli terhadap lingkungannya turut tercipta dalam pembelajaran fisika ini. Penelitian ini ditujukan untuk (1) meninjau dan menganalisis proses mekanika sungai Wae Tomu Kota Ambon berdasarkan tinjauan fisika, (2) menyusun bahan ajar fisika kontekstual berbasis Energi dan Sumber Daya Mineral (Fisika ESDM). METODE PENELITIAN Adapun metode konstruksi alur pikir akan diterapkan untuk menganalisis proses fisika sungai Wae Tomu- Kota Ambon (lihat Gambar 2) yang mendiskripsikan tentang bagaimana belajar fisika dari sumberdaya alam dengan beberapa tahapan penelitian sekunder dan penilitian primer sehingga,akan dihasilkan bahan ajar atau modul praktikum. 1. Studi Literatur Studi tentang daerah penelitian dengan sumber kepustakaan berupa buku-buku, jurnal, makalah ilmah, katalog, majalah, data statistik lembaga terkait bahan dokumentasi lainnya yang mendukung obyek penelitian. Bahan kepustakaan ini dapat juga berupa data sekunder meliputi informasi geografis, keadaan umum (seperti iklim dan curah hujan) lokasi penelitian, 2. Penyelidikan Lapangan Pengamatan langsung dan pengumpulan data-data keadaan lokasi lainnya merupakan bagian dari langkah ini. 3. Analisa Langkah ini dilakukan dengan mempelajari, mengolah dan menganilisis data-data dari hasil studi literatur dan penyelidikan lapangan yang kemudian dirangkum dalam sebuah bahan ajar atau modul praktikum yang berbasis kontekstual Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan metode yang dikembangkan maka diperoleh bahwa, belajar fisika dari sungai curam di pulau Ambon dan fenomena fisika dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. pahami sumberdaya alam sungai (sifat dan proses yang ada padanya). 2. identifikasi adanya proses fisika pada sungai tersebut. mengacuh pada langkah yang diterapkan pada sungai Wae Tomu diperoleh beberapa identifikasi fisika sungai curam yaitu profil ketinggian sungai, ukur kecepatan alir, profil dan dan luas penampang sungai dan debit, sungai yang menyatu dapat hitung masing-masing debit sungai, daerah erosi, hitung kandungan padat air sungai, daerah sedimentasi, di muara lakukan pengamatan dan pengukuran, apa saja dan seretan atau pencarian tanah oleh air hujan sehingga longsor. Keberadaan hasil pengidentifikasikan segala proses fisika pada sungai Wae Tomu tentunya berkaitan dengan peranan fungsi ini. Pemelajaraan dengan menggunakan sungai tersebut sebgai media pembelajaran merupakan sebuah dorongan pengembangan metode pembelajaran yang kaku terhadap batasan kurikulum. Ilmu fisika bukan lagi berdiri sendiri namun berkesinambungan dengan disiplin ilmu lainnya yang memberi stimulan bagi manusia di sekitarnya. 282 Isu-Isu Kontemporer Sains, Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya

Modul praktikum fisika dengan ilustrasi fenomena dan sumberdaya alam sebagai media pembelajaran dikembangkan dengan berorientasi pada pemberdayaan sungai Wae Tomu sebagai sungai curam di teluk Ambon dengan tatanan geospasialnya. Adapun beberapa modul praktikum yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah ; 1. Menentukan Profil Ketinggian, LuasPenampang Sungai. Ketinggian Profil Sungai dapat diukur dengan menancap beberapa batang tiang pada beberapa titik di sungai. Catat jarak tiap tiang dan kedalaman nya maka dapat diukur luas penampang sungai dan dapat juga diprediksi profil ketinggian sungai berdasarkan data. 2. Mengukur Kecepatan Alir dan Debit Sungai. Dengan menggunakan pendulum se derhana yang dicelupkan kedalam air dapat diukur kecepatan aliran. Ukur sudut yang terbentuk dengan kerangka acuan. Gunakan persamaan (1) untuk menentukan kecepatan alir air sungai. Data yang diperoleh digunakan untuk menghitung debit sungai. 3. Mengukur kecepatan permukaan aliran sungai. Mengukur kecepatan aliran di permukaan menggunakan tali sepanjang 1,5 cm dengan bola terapung di ujungnya. Hitung waktu yang dibutuhkan oleh aliran sungai untuk merengangkan tali dan bola terapung. 4. Mengukur debit masing-masing sungai pada sungai menyatu. Mengacuh pada modul 1 dan persamaan (2), selanjutnya mengukur debit aliran sungai di titik pertemuan. 5. Mengukur kecepatan permukaan aliran sungai. Mengukur kecepatan aliran di permukaan menggunakan tali sepanjang 1,5 cm dengan bola terapung di ujungnya. Hitung waktu yang dibutuhkan oleh aliran sungai untuk merengangkan tali dan bola terapung. 6. Mengukur debit masing-masing sungai pada sungai menyatu. Mengacuh pada modul 1 dan persamaan (2), selanjutnya mengukur debit aliran sungai di titik pertemuan. 7. Menghitung kandungan padat air sungai. Ukur daya resapan air pada padatan sedimentasi mm/bahan. Paramater Terukur Rata-rata besar aliran m 3 /det Tabel 1. Data Tahunan Muka Air dan Debit Sungai Wae Tomu di Kota Ambon Tahun 2010-2015 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Tinggi aliran mm 1876 1577 1460 1714 1909 Panjang aliran km 2 71,2 49,9 46,2 54,2 60,4 Debit aliran m 3 4 x 10 6 3 x 10 6 3 x 10 6 3 x 10 6 4 x 10 6 Muka air m 0,2975 0,3629 0,2940 0,1936 0,1248 Sumber : Balai Wilayah Sungai Maluku ssssssss 283

Gambar 1. Sketsa pembagian segmen pada sungai Waitomu-Kota Ambon Pahami Fenomena dan Proses Identifikasi Fisika dan Proses Kajian Kurikuler Menurut Kurikulum Fisika dan Pendidikan Bahan Ajar Mata Kuliah Fisika Kontekstual Sungai Fisika Dasar Fisika Matematika Mekanika Fluida Gelombang Fisika Material Fisika Bumi Proses Sungai dalam Bahasa Fisika Fisika Siklus Mekanika Sungai Fisika Sedimentasi Praktikum Fisika Alam terkait Praktikum Dasar Pendukung, dan Pelengkap Gambar 2. Konstruksi alur pikir penyusunan bahan ajar fisika kontekstual sungai di pulau Ambon. 284 Isu-Isu Kontemporer Sains, Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya

SIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI Ilmu fisika hendaknya menjadi lebih mudah dipahami dalam proses pembelajarannya. Selanjutnya, dengan alam sebagai media pembelajaran memberi suasana baru bagi pengembangan metode fisika. Fisika kontekstual sumberdaya alam dan energi sumberdaya mineral merupakan pendekatan edukatif yang mem-bumikan mahasiswa. Sungai Wae Tomu-Kota Ambon memiliki potensi sumberdaya alam dan mineral yang digunakan bagi kesejahteraan masyarakatnya asalkan sumberdaya manusia daerah setempat memahami dan memanfaatkan potensi ini. Sekolah dan kampus menjadi fasilitator melalui kurikulum berbasis kontekstual dengan dukungan pelatihan-pelatihan diharapkan mampu menutun dan memperlengkapi anak didik dengan persiapan menjadi pribadi yang siap bekerja. Modul praktikum fisika yang dikembangkan memberi kontribusi dalam bidang pendidikan, bidang lingkungan, dan bidang mitigasi bencana. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2012. Peta Lokasi Banjir, Longsor dan Pengungsian Kota Ambon, Provinsi Maluku. www.bnpb.com [diakses 11 September 2015 Pukul 20.16 WIB]. 2. Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012. Pemerintah Daerah Kota Ambon. 3. Jumadi, 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya. Makalah disampaikan pada Workshop Sosialisasi dan Implementasi KUrikulum 2004 Madrayah Aliyah DIY, Jateng,Kalsel di FMIPA UNY. 4. Mulyanto, H.R., 2007, Sungai Fungsi & Sifat-Sifatnya, Yogyakarta : Graha Ilmu. 5. Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1979 Tentang Wilayah Sungai Kota Ambon. infopublik20151022133006.pdf [diakses 04 Desember 2015]. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.38 Tahun 2011 Tentang Sungai. www.hukumonline.com [diakses 12 Desember 2015 Pukul 12.16 WIB]. 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia No.28 Tahun 2015. infopublik20151022133006.pdf [diakses 04 Desember 2015]. 8. Pieter Th Berhitu, 2011. Pemanfaatan Citra Pengindraan Jauh Untuk PengelolaanWilayah Pesisir Pantai Kota Ambon Sebagai Kota Pantai. Jurnal Teknologi Volume 8 No. 2, 2011; 948-957. ssssssss 285