SIKAP KONSUMEN TERHADAP DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat

BAB VII ANALISIS MULTIATRIBUT FISHBEIN

VII ANALISIS MULTIATRIBUT FISHBEIN. Tabel 27. Penilaian Evaluasi (ei) dan Kepercayaan (bi) pada Atribut Tungku Sekam Evaluasi* Kepercayaan Atribut

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

PENDAHULUAN. bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

III. METODE PENELITIAN. Yogyakarta. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan

VI ANALISIS SIKAP KONSUMEN BERAS ORGANIK SAE

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat. Rumah makan yang dimaksud yaitu

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

TINJAUAN PUSTAKA. Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

Nama : Arindasari Npm : Kelas : 3EA01

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya. Waktu dilaksanakan

VI. ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN MINUMAN PROBIOTIK (YAKULT DAN VITACHARAM)

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. membeli ternak kerbau di Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng, Desa Ciwareng,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

PERBAIKAN MANAJEMEN PEMOTONGAN TERNAK UNTUK MENGHASILKAN DAGING SAPI LOKAL BERKUALITAS IMPOR

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

ANALISIS KINERJA KUALITAS PRODUK

IV. METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Ayam ras merupakan jenis ternak omnivora atau pemakan segala (baik

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

Data Dinas Peternakan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. menunjukkan bahwa konsumsi daging di DKI Jakarta pada tahun 2000

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode

PENDAHULUAN. Populasi ayam ras petelur di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke

ANALISIS DAYA SAING BUAH JERUK LOKAL TERHADAP BUAH JERUK IMPOR MELALUI SIKAP KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK 1) Sudiyarto 2) dan Nuhfil Hanani, 3)

BAB I. PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sehingga pengembangan industri

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

I. PENDAHULUAN. Pangan mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Peran pokok

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KOPI TUBRUK DAN KOPI INSTAN DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SUBSTITUSI DAGING SAPI DENGAN KULIT CAKAR AYAM TERHADAP DAYA IKAT AIR (DIA), RENDEMEN DAN KADAR ABU BAKSO SKRIPSI. Oleh:

persentase. Sedangkan analisis inferensial yaitu analisis yang mengacu pada hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA

Karakteristik mutu daging

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 63/Permentan/OT.140/5/2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah preferensi dan tingkat kepuasan peternak

DAYA SAING KETAHANAN PANGAN MELALUI IDENTIFIKASI SIKAP KEPERCAYAAN KONSUMEN REMAJA TERHADAP PRODUK MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD)

Analisis Preferensi, Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Terhadap Hidangan Steak Di Waroeng Steak And Shake Cabang Jatinangor Kabupaten Sumedang

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa akan lebih baik jika terdapat perbedaan tersendiri. sehingga dengan adanya keunggulan bersaing diharapkan mampu

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA STIMULASI LISTRIK. Disusun Oleh : Kelompok 3B. Akis Syarif Hidayatullah. Abdullah Naser Amirudi

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

ANALISIS SIKAP DAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PEMBELIAN PRODUK STUDI KASUS PRODUK SUSU KENTAL MANIS COKLAT INDOMILK PADA KONSUMEN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Harryara Sitanggang

Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis makanan merupakan aspek yang besar untuk mendapatkan. setiap manusia pasti membutuhkan makanan, khususnya makanan yang

VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

IV. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tengah keluarga, Kecap manis ABC Mantap meluncurkan desain kemasan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

Transkripsi:

VII. SIKAP KONSUMEN TERHADAP DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR 7.1. Sikap Konsumen terhadap Daging Sapi Lokal dengan Daging Sapi Impor Sikap konsumen terhadap atribut produk daging sapi lokal dan daging sapi impor dianalisis dengan menggunakan model multiatribut Fishbein. Dalam model ini penilaian sikap dilakukan dengan menganalisis masing-masing komponen kepercayaan konsumen terhadap atribut produk (bi) dan komponen evaluasi yang berhubungan dengan setiap atribut tersebut (ei). Sikap konsumen terhadap jenis daging sapi (daging sapi lokal atau impor) yang dipilih oleh responden diperoleh dari nilai rata-rata tingkat kepercayaan (bi) dan evaluasi atribut produk (ei) yang diberikan responden berdasarkan prioritas. Kemudian untuk total nilai sikap keseluruhan responden terhadap atribut produk pada kedua jenis daging diperoleh dengan menjumlahkan nilai sikap masingmasing responden terhadap atribut produk pada tiap-tiap jenis daging sapi. Analisis total nilai sikap konsumen terhadap atribut produk secara keseluruhan pada kedua jenis daging sapi bertujuan untuk mengetahui penilaian masingmasing konsumen terhadap jenis daging sapi yang mereka pilih. Penentuan sikap dilakukan dengan mengurutkan hasil skala interval dari yang dianggap sangat baik hingga sangat buruk berdasarkan jenis atributnya. Atribut daging sapi yang diuji sendiri terdiri dari sembilan atribut, yaitu atribut harga, kesegaran, sertifikasi, rasa, keempukan, lemak, kekenyalan, warna, dan tekstur daging sapi. 7.2. Komponen Evaluasi (Tingkat Kepentingan) Komponen evaluasi menunjukkan bobot kepentingan suatu atribut di mata konsumen. Kategori kepentingan diperoleh dari rentang skala interval, mulai dari 1-1,8 = sangat tidak penting, 1,9-2,6 = tidak penting, 2,6-3,4 = biasa, 3,5-4,2 = penting, 4,3-5 = sangat penting. Dari hasil analisis Multiatribut Fishbein diperoleh nilai kepentingan (nilai evaluasi) atribut daging sapi yang disajikan pada Tabel 23 berikut. 47

Tabel 23. Nilai Kepentingan (ei) dan Kategori Tingkat Kepentingan Atribut Daging Sapi ATRIBUT Evaluation Kategori Kepentingan Urutan ei Kesegaran 4,5 Sangat penting I Keempukan 4,4 Sangat penting II Sertifikasi 4,3 Sangat penting III Rasa 4,3 Sangat penting IV Lemak 4,3 Sangat penting V Warna 4 Penting VI Tekstur 4 Penting VII Harga 3,7 Penting VIII Kekenyalan 3,6 Penting IX Berdasarkan hasil evaluasi (ei) responden dapat dilihat bahwa responden menilai kesembilan atribut daging sapi tersebut penting karena semuanya bernilai positif. Namun diantara kesembilan atribut tersebut diperoleh lima atribut dominan yang dinilai sangat penting oleh responden karena memiliki nilai lebih besar dari 4,2. Kelima atribut tersebut adalah atribut kesegaran daging sapi, sertifikasi daging sapi, rasa, keempukan daging, serta lemak daging. Atribut-atribut yang dinilai sangat penting oleh responden tersebut memiliki informasi bagi para pelaku usaha daging sapi untuk dapat meningkatkan penjualan daging sapi mereka. Misalnya untuk atribut sertifikasi, para pedagang daging sapi dapat memasang sertifikasi halal ditempat yang strategis sehingga konsumen dapat dengan mudah melihat kehalalan daging sapi yang akan mereka beli. Atribut ini berada di urutan ketiga sebagai atribut yang paling dipertimbangkan konsumen ketika membeli daging sapi. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan daging merupakan hal yang paling diperhatikan konsumen dalam melakukan pembelian daging sapi sehingga para pelaku usaha sebaiknya lebih memperhatikan kondisi daging sapi yang mereka jual. Sementara untuk atribut rasa, lemak daging dan keempukan daging merupakan atribut-atribut yang dapat ditingkatkan kualitasnya melalui perbaikan pakan atau nutrisi untuk sapi potong serta perbaikan manajemen pemotongan, seperti pemilihan sapi yang akan dipotong serta penanganan sebelum dan sesudah pemotongan yang baik (Aulia 2005). Misalnya untuk atribut rasa dan lemak daging sapi yang dapat dipengaruhi oleh status nutrisi (pakan) dari ternak ketika masih hidup. Menurut Soeparno dalam Aulia (2005) sapi yang dibei pakan biji- 48

bijian menghasilkan rasa (flavor) yang lebih baik daripada daging dari sapi yang diberi pakan rumput. Sementara untuk atribut keempukan daging (kemudahan dalam mengunyah) dapat ditingkatkan salah satunya dengan perbaikan penanganan saat pemotongan sapi dan pelayuan (penyimpanan daging dalam alat pendingin). Lawrie dalam Aulia (2005) menyatakan bahwa penyebab utama kealotan daging adalah karena terjadi pemendekan otot pada saat proses rigor mortis (kontraksi dan pengerasan otot segera setelah ternak dipotong) sebagai akibat dari ternak yang terlalu banyak bergerak pada saat pemotongan. Sehingga untuk menghasilkan daging sapi yang empuk adalah dengan meminimalkan gerak sapi pada saat pemotongan. Empat atribut dinilai sebagai atribut yang penting untuk ada dalam sebuah daging sapi, baik lokal maupun impor karena memiliki nilai antara 3,5 hingga 4,2. Keempat atribut tersebut adalah harga, kekenyalan daging, warna daging serta tekstur daging. Atribut-atribut tersebut dinilai penting oleh responden karena mereka menggunakan atribut-atribut ini sebagai indikator dalam memilih daging sapi yang baik. Misalnya atribut harga, adanya perbedaan harga yang mencolok dapat menjadi faktor pembanding yang digunakan responden sebelum membeli daging. Hal ini dikarenakan daging sapi ilegal ataupun daging sapi yang tidak layak jual umumnya memiliki harga yang relatif murah dibandingkan daging sapi yang berkualitas. 7.3. Komponen Kepercayaan (Tingkat Pelaksanaan) Komponen pelaksanaan menunjukkan penilaian konsumen terhadap pelaksanaan atribut produk daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Kategori pelaksanaan terbagi dalam lima kelas, mulai dari 1-1,8 = sangat tidak baik, 1,9-2,6 = tidak baik, 2,6-3,4 = biasa, 3,5-4,2 = baik, 4,3-5 = sangat baik. Hasil nilai kepercayaan atribut daging sapi lokal dan daging sapi impor dapat dilihat pada Tabel 24. Dilihat dari hasil penilaian responden terhadap tingkat pelaksanaan atribut (belief) daging sapi lokal, responden memiliki keyakinan bahwa atribut lemak merupakan atribut yang paling baik diantara atribut-atribut lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata atribut yang paling tinggi yaitu 4 poin. 49

Sedangkan atribut harga daging sapi lokal merupakan atribut yang paling tidak disukai oleh responden karena memiliki nilai rata-rata yang paling rendah. Hal ini dikarenakan responden merasa bahwa dengan kualitas yang ada, harga daging sapi lokal dinilai masih relatif mahal. Tabel 24. Nilai Kepercayaan Atribut (bi) dan Tingkat Pelaksanaan Atribut Daging Sapi Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor ATRIBUT Kategori Kategori Belief Belief Pelaksanan Pelaksanan Harga 3 biasa 3,4 biasa Kesegaran 3,8 baik 3,3 biasa Sertifikasi 3,7 baik 3,2 biasa Rasa 3,7 baik 3,4 biasa Keempukan 3,5 baik 3,6 baik Lemak 4 baik 3,9 baik Kekenyalan 3,5 baik 3,4 biasa Warna 3,6 baik 3,4 biasa Tekstur 3,8 baik 3,7 baik Sedangkan untuk penilaian kinerja atribut (belief) daging sapi impor, responden memiliki keyakinan bahwa atribut lemak juga menjadi atribut yang paling baik kinerjanya meskipun nilainya sedikit di bawah daging sapi lokal. Hal ini menunjukkan bahwa atribut perlemakan daging, baik daging sapi lokal maupun impor, sudah sesuai dengan harapan responden, meskipun perlemakan daging sapi lokal sedikit lebih baik kinerjanya dibandingkan daging sapi impor. Sementara atribut yang mendapat nilai rata-rata kinerja terendah untuk daging sapi impor adalah sertifikasi. Hal ini mungkin dikarenakan belum banyak pedagang atau penjual daging sapi yang memasang sertifikat halal untuk daging sapi yang mereka jual di kios-kios mereka sehingga masih ada konsumen yang ragu-ragu dengan keamanan daging sapi impor tersebut. Ini dapat diantisipasi penjual daging dengan memasang sertifikasi halal untuk daging sapi yang mereka jual di tempat yang strategis sehingga konsumen yakin akan keamanan daging sapi tersebut. Membandingkan nilai kepercayaan untuk kedua jenis daging sapi dapat memberikan gambaran mengenai keunggulan masing-masing atribut daging sapi di mata konsumen. Hal ini penting terutama bagi pelaku usaha daging sapi 50

sebagai tuntunan untuk meningkatkan kepuasan konsumen dilihat dari atribut daging sapinya. Diantara sembilan atribut yang dibandingkan, ada dua atribut yang memiliki nilai kepercayaan yang lebih tinggi untuk daging sapi impor dibandingkan daging sapi lokal. Kedua atribut tersebut adalah harga dan keempukan. Dilihat dari atribut harga, daging sapi impor memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi lokal. Atribut harga untuk daging sapi lokal memiliki nilai sebesar tiga poin, sedangkan untuk daging sapi impor memiliki nilai sebesar 3,4 poin. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kualitas daging sapi yang ditawarkan, untuk daging sapi impor harga tersebut dinilai cukup sesuai dibandingkan daging sapi lokal. Meskipun begitu, kategori pelaksanaan dari kedua jenis daging sapi tersebut adalah biasa yang artinya perbedaan harga antara kedua jenis daging tidak begitu jauh. Atribut keempukan untuk daging sapi impor memiliki nilai kepercayaan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan daging sapi lokal. Nilai kepercayaan daging sapi lokal untuk atribut keempukan adalah 3,5 poin sedangkan untuk daging sapi impor adalah 3,6 poin. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menilai bahwa tingkat keempukan daging sapi impor lebih baik daripada daging sapi lokal. Namun, perbedaaan nilai yang hanya 0,1 poin ini menunjukkan bahwa daging sapi lokal juga memiliki tingkat keempukan yang sedikit di bawah daging sapi impor. Ini berarti para pelaku usaha daging sapi lokal memiliki kesempatan yang cukup besar untuk mengembangkan produknya sehingga dapat menyamai atau bahkan mengungguli daging sapi impor di atribut keempukan. Dilihat dari atribut kesegaran, daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan yang lebih tinggi daripada daging sapi impor. Daging sapi lokal memiliki nilai atribut kesegaran sebesar 3,8 poin sementara daging sapi impor hanya memiliki nilai sebesar 3,3 poin. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menilai daging sapi lokal lebih segar dibandingkan daging sapi impor. Nilai kesegaran yang tinggi untuk daging sapi lokal kemungkinan besar dikarenakan untuk daging sapi lokal pada umumnya sapi yang telah dipotong di RPH dagingnya langsung didistribusikan ke pasar-pasar untuk dijual. 51

Atribut sertifikasi untuk daging sapi lokal memiliki nilai yang lebih tinggi daripada daging sapi impor. Nilai atribut sertifikasi untuk daging sapi lokal adalah 3,7 poin sedangkan daging sapi impor nilainya sebesar 3,2 poin. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian masyarakat terkait sertifikasi untuk daging sapi lokal jauh lebih baik dibandingkan daging sapi impor. Atribut rasa untuk daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi impor. Nilai kepercayaan untuk daging sapi lokal adalah 3,7 poin sementara untuk daging sapi impor adalah 3,4 poin. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menilai rasa daging sapi lokal lebih enak dibandingkan daging sapi impor. Atribut lemak untuk daging sapi lokal memiliki nilai yang juga sedikit lebih tinggi dibandingkan daging sapi impor. Nilai kepercayaan untuk daging sapi lokal adalah empat poin, sedangkan nilai kepercayaan untuk daging sapi impor adalah 3,9 poin. Hal ini menunjukkan bahwa daging sapi lokal memiliki lemak yang lebih sedikit dibandingkan daging sapi impor. Atribut kekenyalan untuk daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan yang yang juga sedikit lebih tinggi daripada daging sapi impor. Untuk daging sapi lokal, nilai kepercayaannya adalah 3,5 poin sementara untuk daging sapi lokal nilai kepercayaannya adalah 3,4 poin. Perbedaan poin yang sedikit lebih tinggi untuk daging sapi lokal menunjukkan bahwa konsumen daging sapi di wilayah ini menilai bahwa kekenyalan daging sapi lokal lebih baik daripada daging sapi impor. Atribut warna untuk daging sapi lokal memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi impor. Daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan sebesar 3,6 poin sedangkan untuk daging sapi impor memiliki nilai kepercayaan sebesar 3,4 poin. Hal ini menunjukkan bahwa daging sapi lokal memiliki warna daging yang lebih segar dibandingkan daging sapi impor. Kesegaran warna untuk daging sapi lokal ini mungkin dikarenakan daging sapi lokal langsung didistribusikan ke pasar-pasar setelah dipotong. Sementara untuk daging sapi impor biasanya daging ini mengalami proses pembekuan terlebih dahulu sehingga umumnya warna daging sapi impor agak kecoklatan. 52

Tekstur daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan yang lebih tinggi daripada daging sapi impor. Atribut tekstur untuk daging sapi lokal memiliki nilai kepercayaan sebesar 3,8 poin sedangkan untuk daging sapi impor memiliki nilai kepercayaan sebesar 3,7 poin. Nilai ini menunjukkan bahwa tekstur daging sapi lokal lebih baik daripada daging sapi impor. 7.4. Sikap Responden terhadap Atribut Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor Nilai sikap konsumen untuk daging sapi lokal dan daging sapi impor didapatkan setelah mengalikan skor evaluasi kepentingan (ei) masing-masing atribut dengan skor kepercayaan (bi). Apabila nilai sikap untuk masing-masing atribut dijumlahkan maka akan didapat nilai sikap secara keseluruhan untuk daging sapi lokal dan daging sapi impor. Untuk lebih jelasnya hasil analisis sikap ini dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Analisis Sikap terhadap Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor ATRIBUT Daging Sapi Lokal Daging Sapi Impor Kepentingan (ei) Ao Ao bi bi (ei.bi) (ei.bi) Harga 3,7 3 11,1 3,4 12,6 Kesegaran 4,5 3,8 17,1 3,3 14,9 Sertifikasi 4,3 3,7 15,9 3,2 13,8 Rasa 4,3 3,7 15,9 3,4 14,6 Keempukan 4,4 3,5 15,4 3,6 15,8 Lemak 4,3 4 17,2 3,9 16,8 Kekenyalan 3,6 3,5 12,6 3,4 12,2 Warna 4 3,6 14,4 3,4 13,6 Tekstur 4 3,8 15,2 3,7 14,8 (ei.bi) 134,8 129,1 Penentuan interpretasi sikap terhadap daging sapi lokal dan daging sapi impor dibagi menjadi lima kategori, mulai dari 1-5,8 = sangat buruk, 5,9-10,6 = buruk, 10,7-15,4 = biasa, 15,5-20,2 = baik dan 20,3-25 = sangat baik. Berdasarkan kategori tersebut diketahui bahwa untuk daging sapi lokal stribut-atribut yang memiliki sikap baik atau positif adalah kesegaran (17,1), sertifikasi (15,91), rasa (15,91), dan lemak (17,2). Hal ini menunjukkan bahwa keempat atribut tersebut merupakan atribut yang disukai oleh responden untuk daging sapi lokal. Atribut-atribut ini juga dapat digunakan oleh pelaku usaha 53

untuk dapat menarik lebih banyak orang mengkonsumsi daging sapi lokal, misalnya dengan melakukan perbaikan penanganan sebelum dan sesudah pemotongan sapi yang baik sehingga didapat daging dengan kualitas yang lebih baik juga. Selain itu sikap yang memiliki nilai paling rendah untuk daging sapi lokal adalah atribut harga. Ini dikarenakan responden merasa bahwa dengan kualitas daging yang ditawarkan, harga daging sapi lokal relatif mahal dibandingkan yang lain. Sementara untuk daging sapi impor, atribut-atribut yang memiliki nilai sikap yang baik atau positif adalah keempukan (15,84) dan lemak daging (16,77). Hal ini menunjukkan bahwa keempukan daging sapi impor sudah sesuai dengan harapan responden sehingga apabila pelaku usaha daging sapi lokal ingin menarik responden daging sapi impor untuk membeli daging sapi lokal, atribut keempukan inilah yang harus diperbaiki. Sementara atribut daging sapi impor yang memiliki nilai sikap yang paling rendah adalah kekenyalan (12,24). Ketika membandingkan nilai sikap antara daging sapi lokal dengan daging sapi impor didapatkan hasil bahwa daging sapi impor unggul di atribut harga dan atribut keempukan. Hasil ini sesuai dengan hasil pada bagian nilai kepercayaan yang juga menunjukkan keunggulan di dua atribut tersebut. Atribut harga memiliki nilai sikap untuk daging sapi lokal sebesar 11,1 poin sementara daging sapi impor memiliki nilai sikap sebesar 12,58 poin. Sedangkan untuk atribut keempukan, daging sapi lokal memiliki nilai sikap sebesar 15,4 poin dan daging sapi impor memiliki nilai sikap sebesar 15,84 poin. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai daging sapi impor terutama jika dilihat dari atribut harga dan keempukannya. Hal ini perlu diperhatikan oleh para pelaku usaha mengingat konsumen menilai bahwa atribut keempukan merupakan salah satu atribut yang sangat dipertimbangkan konsumen dalam daging sapi. Begitu juga dengan atribut harga karena atribut ini, meskipun urutan kepentingannya ada di nomor kedelapan, termasuk kedalam kategori atribut yang dipertimbangkan dalam daging sapi. Meskipun begitu, untuk atribut-atribut lainnya daging sapi lokal memiliki nilai sikap yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi impor. Atribut-atribut yang 54

unggul tersebut adalah atribut kesegaran, sertifikasi, rasa, lemak, kekenyalan, warna, dan tekstur. Atribut kesegaran untuk daging sapi lokal memiliki nilai sikap sebesar 17,1 poin sementara untuk daging sapi impor memiliki nilai sikap sebesar 14,85 poin. Hal ini menunjukkan konsumen lebih menyukai kesegaran daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor. Ini juga terjadi untuk atribut sertifikasi daging. Atribut sertifikasi daging sapi lokal memiliki nilai sikap sebesar 15,91 poin sementara nilai sikap untuk daging sapi impor adalah 13,76 poin. Nilai sikap daging sapi lokal yang lebih besar dibandingkan daging sapi impor menunjukkan bahwa sertifikasi daging sapi lokal lebih baik. Atribut rasa dan lemak daging sapi lokal juga memiliki nilai sikap yang lebih besar dibandingkan daging sapi impor. untuk atribut rasa daging sapi lokal nilai sikapnya sebesar 15,91 poin sementara daging sapi impor memiliki nilai sikap sebesar 14,62 poin. Sedangkan untuk atribut lemak daging sapi lokal nilai sikapnya sebesar 17,2 poin sementara untuk daging sapi impor nilai sikapnya sebesar 16,77 poin. Hal ini menunjukkan bahwa rasa dan lemak daging sapi lokal lebih disukai konsumen dibandingkan daging sapi impor. Atribut kekenyalan, warna, dan tekstur daging sapi lokal juga memiliki nilai sikap yang lebih tinggi daripada daging sapi impor. Ini menunjukkan bahwa ketiga atribut daging sapi lokal tersebut lebih disukai. Berdasarkan hasil nilai sikap responden, diketahui bahwa secara keseluruhan, daging sapi lokal memiliki nilai sikap sebesar 150,8 sedangkan daging sapi impor memiliki nilai sikap sebesar 143,9. Dengan demikian secara keseluruhan responden memiliki sikap yang lebih positif tehadap daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor karena responden menilai semua atribut daging sapi lokal lebih baik daripada atribut daging sapi impor. 55