HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR PADA WANITA PUS DENGAN KEIKUTSERTAAN KB SUNTIK DI DESA DUREN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KB IMPLAN DI DESA PAGERSARI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

HUBUNGAN USIA PARITAS DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DUSUN GETASAN KAB. SEMARANG TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS CIMANDALA KABUPATEN BOGOR

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

FAKTOR YANG MEMBEDAKAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICES

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKIKUTSERTAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNDATA BAJI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. VOLUME 5 Nomor 03 November 2014 Artikel Penelitian

DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (Husband s Support in Selecting Method of Long Term Contraception)

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

Transkripsi:

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR PADA WANITA PUS DENGAN KEIKUTSERTAAN KB SUNTIK DI DESA DUREN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Ryan Adiputra, Djoko Nugroho, Sri Winarni, Dharminto Bagian Biostatistika dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro Semarang ryanadiputra92@yahoo.com ABSTRACT In Duren Vilage, Sumowono District, Semarang amongst the woman who uses contraceptive the percentage of injectable contraceptive user is only 26%, the lowest compared to other village. The goal of this research is to analyze the correlation between the factors affecting the participations of injectable contraceptive usage. This is an Explanatory Research which uses Cross Sectional Study method. The population of fertile married woman is 109 person where 80 people are selected as samples using the purposive sampling method. 21 percent of the samples are injectable contraceptive participants. Data will be analyzed using univariat and bivariat method. The bivariat method uses chi square. This resaerch shows that there are no correlation between the predisposing factors {(parity (p=0,599), age (p=0,169), fertile woman attitude (p=0,052), family income (p=1,000)}, enabling factors {(the availability of injectible contraceptive (p=0,86)} and the reinforcing factors {(husband support (p=0,521), neighbour support (p=0,725), dan PLKB support (p=1,000)} with the participation of injectible contraceptive. There is a correlation the availability of information related to contraception (p=0,014) (enabling factor) with the the participations of injectable contraceptive. In conclusion, there are 1 factors which is related to the participations of injectable contraceptive amogst fertile married woman. It is adviced that the obstetrician work together with the volunteers to futher communicate the information related to injectable contraceptive. Keywords : Injectable contraceptive, Reinforcing factors amogst fertile married woman, Enabling factors amogst fertile married woman, Predisposing factors amogst fertile married woman PENDAHULUAN Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat dengan laju pertumbuhan yang tinggi. Menurut BKKBN 2012, Angka kelahiran total sebesar 2,3 per 1000 jumlah penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk 2,595 persen. Sebagaimana diketahui, perubahan angka pertumbuhan penduduk disebabkan oleh unsur unsur fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), serta migrasi (perpindahan). Kondisi ini menyebabkan tingginya laju pertumbuhan dan jumlah penduduk karena tingkat kelahiran merupakan faktor utama yang mempengaruhi 18

laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Di Jawa Tengah peserta KB Aktif tercapai 80,24 % atau hanya 153.185 peserta dari PUS domisili 190.901. KB suntik masih tertinggi yakni (53%) peserta, kemudian Pil (16%), Implan (11%), IUD (7%), MOW (7%), kondom (2%) dan MOP (1%). 11 Kota Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dengan akseptor KB Suntik terbanyak setelah kota Cilacap dan Pemalang, dengan jumlah akseptor suntik (57%), disusul akseptor pil sebanyak (14,1%) dan IUD sebanyak (8,79%). Di Kabupaten Semarang jumlah pasangan usia subur (pus) tahun 2010 di kabupaten semarang sejumlah 198.892 pasangan dengan 155.129 (81,65) diantaranya menjadi akseptor aktif keluarga berencana (kb). peserta kb aktif paling banyak adalah menggunakan kb suntik sebanyak 85.636 (55,20 persen), implan sebanyak 23.765 (15,32 persen), iud sebanyak 18.732 (12,08 persen), pil sebanyak 15.767 (10,16 persen, sedangkan sisanya sebesar 7,24 persen peserta kb mow, mop dan kondom. Kabupaten Semarang terdiri dari 19 kecamatan, diantara nya ada Kecamatan Sumowono. Dalam memilih kontrasepsi suntik, perilaku wanita PUS dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Lawrence Green (2000), perilaku ditentukan oleh tiga faktor, yaitu (1) Faktor predisposisi, yaitu faktor yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, faktor ini terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, dsb; (2) Faktor pemungkin (enabling), yaitu faktor yang memungkinkan suatu motivasi menjadi terlaksana, yang termasuk dalam faktor ini antara lain biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka dan ketrampilan petugas kesehatan; (3) Faktor pendorong, yaitu faktor penyerta, yang termasuk faktor ini antara lain keluarga, teman, petugas kesehatan, dsb. Kecamatan Sumowono merupakan salah satu kecamatan yang populer masyarakatnya menggunakan KB khususnya KB suntik karena KB suntik merupakan salah satu metode yang paling mudah penggunaannya.diketahui total jumlah peserta KB dari bulan Mei - Juli 2014 berjumlah sebanyak 5228 orang, kemudian yang menggunakan KB suntik dari keseluruhan 16 desa berjumlah 52%. KB suntik banyak digemari oleh masyarakat Desa Duren karena KB suntik merupakan salah satu metode KB yang paling mudah penggunaannya. KB suntik merupakan KB yang cukup ekonomis dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat karena tingkat ekonomi masyarakat di desa Duren hampir sebagian besar menengah kebawah. Cakupan PUS yang memakai KB sebanyak 109 wanita. Di desa Duren, peserta KB yang memakai KB suntik dari Pemerintah maupun yang non Pemerintah berjumlah 26% dan pengguna KB non suntik sebesar 74%, lebih rendah dari desa desa lainnya di Kecamatan Sumowono. Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di desa Duren Kecamatan Sumowono mengenai Hubungan beberapa faktor pada PUS dengan keikutsertaan KB suntik di Desa Duren Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. 19

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik (Explanatory Research) yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas yaitu jumlah anak hidup PUS, umur wanita PUS, sikap wanita PUS, pendapatan keluarga PUS, ketersediaan informasi KB, ketersediaan alat KB, dukungan suami, dukungan tetangga/teman, dan dukungan PLKB dengan variabel terikat yaitu keikutsertaan KB suntik.. Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu pengambilan data variabel dilakukan dalam waktu yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita PUS yang menggunakan KB suntik dan non KB suntik dari bulan Mei sampai Juli 2014 di desa Duren Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Sampel terdiri dari 80 responden yang ditentukan dengan menggunakan metode sampling purposive. Sumber data primer berupa jawaban responden yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. Sedangkan data sekunder berupa data data PUS di Desa Duren Kecamatan Sumowono periode Mei sampai Juli 2014 dan referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan uji chi-square. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat : Variabel f % Keikutsertaan Akseptor KB Suntik Akseptor non KB suntik Akseptor KB suntik Paritas PUS Paritas Risiko Paritas Berisiko Umur Wanita PUS Umur berisiko Umur tidak berisiko Sikap Wanita PUS Kurang baik Pendapatan PUS Rendah Tinggi Ketersediaan Informasi KB Kurang 59 21 15 65 35 45 23 57 38 42 45 35 73,8 26,2 18,8 81,2 43,8 56,3 28,8 71,3 47,5 52,5 56,3 43,8 Ketersediaan Alat KB Kurang 26 32,5 20

54 67,5 Suami Kurang 63 17 78,8 21,3 Tetangga Kurang PLKB Kurang B. Analisis Bivariat 45 35 42 38 56,3 43,8 52,5 47,5 Variabel Bebas Penelitian Keikutsertaan Akseptor KB Suntik Bukan Total Akseptor Akseptor KB Suntik KB Suntik f % f % f % Umur Risiko 29 66,7 6 33,3 35 100,0 Umur Tidak 30 82,9 15 17,1 45 100,0 Berisiko Paritas Risiko 11 73.3 4 26.7 15 100,0 Paritas Tidak 48 73.8 17 26.2 65 100,0 Berisiko Sikap Kurang 13 56,5 10 43,5 23 100,0 Sikap 46 80,7 11 19,3 57 100,0 Pendapatan 29 74,4 10 25,6 39 100,0 Rendah Pendapatan 30 73,2 11 26,8 41 100,0 Tinggi Ketersediaan Informasi KB Kurang 38 84,4 7 15,6 45 100,0 Ketersediaan Informasi KB Ketersediaan Alat KB Kurang Ketersediaan Alat KB Suami Kurang 21 60,0 14 40,0 35 100,0 20 76,9 6 23,1 26 100,0 39 72,2 15 27,8 54 100,0 46 73,0 17 27,0 63 100,0 21

Suami Tetangga Kurang Tetangga PLKB Kurang PLKB Wanita PUS yang merupakan akseptor KB suntik dengan paritas beresiko memiliki persentase lebih tinggi (26,7%), umur tidak beresiko (33,3%), sikap yang kurang baik (43,5%), pendapatan tinggi (26,8%), ketersediaan informasi KB yang baik (40,0%), ketersediaan alat KB yang baik (27,8%), dukungan suami yang kurang baik (27,0%), dukungan tetangga yang kurang baik (28,9%), dukungan PLKB yang baik (26,3%). bahwa tidak ada hubungan paritas Pasangan Usia Subur (PUS) dengan keikutsertaan akseptor KB suntik (p=0,599). Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa PUS dengan paritas beresiko lebih banyak menggunakan kontrasepsi suntik daripada PUS dengan paritas tidak beresiko. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki paritas beresiko cenderung sering mengalami kebobolan saat berhubungan walaupun sudah memakai kontrasepsi suntik dikarenakan efek kontrasepsi yang kurang kuat sehingga sebagian sebagian besar responden cenderung memiliki anak lebih dari 2. 13 76,5 4 23,5 17 100,0 32 71,1 13 28,9 45 100,0 27 77,1 8 22,9 35 100,0 31 73,8 11 26,2 42 100,0 28 73,7 10 26,3 38 100,0 bahwa tidak ada hubungan umur wanita PUS dengan keikutsertaan akseptor KB suntik (p = 0,169). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa responden dengan usia tidak beresiko lebih memilih alat kontrasepsi selain suntik. Hal ini karena KB suntik merupakan KB hormonal dan KB jangka pendek, sehingga biasanya memang digunakan oleh wanita dengan usia masih produktif, jadi jika suatu saat ingin memiliki anak lagi maka dapat langsung menghentikan KB yang digunakan. Namun responden dengan usia beresiko, kebanyakan menggunakan KB lainnya daripada KB suntik karena lebih memilih KB jangka panjang. bahwa tidak ada hubungan sikap wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dengan keikutsertaan akseptor KB suntik (p = 0,052). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa faktor sikap yang kurang baik disebabkan karena sebagian responden yang sebelumnya memakai kontrasepsi suntik mulai beralih menggunakan kontrasepsi implant dikarenakan ketidak cocokan pada saat 22

pemakaian kontrasepsi suntik sehingga mereka beralih memakai kontrasepsi hormonal lainnya namun sebagian responden memang masih ada yang memakai kontrasepsi suntik. bahwa tidak ada hubungan pendapatan keluarga Pasangan Usia Subur (PUS) dengan keikutsertaan akseptor KB suntik (p = 1,000). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, PUS memilih alat kontrasepsi bukan semata-mata berdasarkan tingkat pendapatan mereka, namun juga berdasarkan kepercayaan mereka terhadap jenis kontrasepsi tertentu. Juga dikarenakan, kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi yang cukup terjangkau, baik itu oleh PUS dengan pendapatan tinggi maupun oleh PUS dengan pendapatan yang lebih rendah. Hampir semua responden tidak merasa bermasalah untuk menggunakan KB suntik karena memang harganya masih terjangkau yang harganya 15.000 25.000 rupiah. bahwa ada hubungan ketersediaan informasi KB dengan keikutsertaan akseptor KB suntik (p = 0,027). Hal ini sesuai dengan penelitian Lili (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan informasi yang diterima oleh wanita PUS dengan pemilihan metode kontrasepsi. bahwa tidak ada hubungan ketersediaan alat KB dengan keikutsertaan akseptor KB suntik (p = 0,86). Dari hasil penelitian di lapangan, didapatkan bahwa PUS akseptor KB tidak memiliki kesulitan yang berarti dalam mendapatkan pelayanan KB suntik, karena meskipun ketersediaan alat KB suntik belum cukup memadai, namun mereka masih bisa mendapatkan pelayanan KB suntik tersebut di bidan, dokter terdekat maupun PLKB yang datang setiap bulannya. bahwa tidak ada hubungan dukungan suami wanita PUS dengan keikutsertaan akseptor KB sunti (p = 0,521). Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, didapatkan bahwa kurangnya dukungan suami terhadap keikutsertaan KB insti adalah karena kesibukan suami dalam bekerja. Sehingga, para suami lebih menyerahan keputusan memilik alat KB kepada istri, dan medukung apapun alat kontrasepsi yang ingin digunakan oleh istrinya. bahwa tidak ada hubungan dukungan tetangga wanita PUS dengan keikutsertaan akseptor KB suntiik (p = 0,725). Dari penelitian yang dilakukan dilapangan, sebagian besar wanita PUS merasa tabu untuk membicarakan mengenai alat kontrasepsi terhadap teman atau tetangga. Sehingga jarang ada tetangga atau teman yang memberikan dukungan untuk menggunakan alat kontrasepsi suntik terhadap responden. Sebagian besar responden memilih sendiri alat KB yang akan mereka gunakan, dan mencari informasi sendiri baik melalui media sosial, melalui bidan, maupun dari orangtua atau mertua responden. bahwa tidak ada hubungan dukungan PLKB dengan keikutsertaan akseptor KB suntik (p=1,000). 23

Dari hasil penelitian di lapangan, didapatkan bahwa memang dukungan petugas PLKB masih kurang. Hal ini dikarenakan akses menuju daerah penelitian yang masih tergolong agak sulit untuk mengadakan komunikasi interpersonal. Namun penyuluhan KESIMPULAN Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan faktor predisposing {(paritas PUS (p=0,599), umur wanita PUS (p=0,169), sikap wanita PUS (p=0,052), pendapatan keluarga PUS (p=1,000)}, faktor enabling {(ketersediaan alat KB (p=0,86}, faktor reinforcing {(dukungan suami (p=0,521), dukungan tetangga (p=0,725), dan dukungan PLKB (p=1,000)} dengan keikutsertaan akseptor KB suntik. Dan ada hubungan dan faktor enabling {(ketersediaan informasi KB (p=0,027)} dengan keikutsertaan akseptor KB suntik. SARAN Bagi PLKB Sumowono Kabupaten Semarang PLKB dapat mengadakan komunikasi interpersonal untuk meningkatkan informasi wanita PUS dalam ber KB di Kecamatan Sumowono khususnya di Desa Duren sehingga dapat meningkatkan keikutsertaan wanita PUS dalam pemakaian KB suntik. Bagi Bidan Desa Duren Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Bidan bekerja sama dengan kader dapat meningkatkan pemberian informasi mengenai alat kontrasepsi masih dapat dilakukan oleh bidan yang bekerja sama dengan kader pada saat posyandu, sehingga wanita PUS tetap mendapat informasi dan masukan mengenai alat kontrasepsi suntik. suntik yang akan digunakan oleh akseptor KB terutama pada wanita PUS yang sesuai dengan persyaratan yang dianjurkan, dan memberikan komunikasi interpersonal mengenai alat kontrasepsi khususnya kontrasepsi suntik kepada akseptor KB di desa Duren. DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta, 2013. 2. R.H. Pardoko, Kebijaksanaan Kependudukan Nasional, BKKBN, Jakarta; 1980. 3. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Kebijakan dan Strategi Program Kesehatan Reproduksi Tahun 2012. Balikpapan. 2012 4. Sri, R.S. Masalah Kependudukan di Negara Indonesia, Universitas Sumatera Utara; 2003 5. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri Jilid 2 edisi 2. Jakarta : EGC. 1998 6. Green, Lawrence W., Marshal W. Kreuter, Sigrid G. deds, Key B. Patridge. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik edisi terjemahan oleh Zulazmi Mamdy, Zarfil Tafal, Sudarti Kresno. Jakarta : FKM UI. Hlm 120, 1980 24

7. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013. 8. Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2007 9. Haryono Suyono, Makalah dan Paper KB dan Kependudukan, BKKBN, 2001-2002. 10. Noviyanti, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan KB Hormonal Jenis Pil dan Suntik pada Akseptor KB Hormonal Golongan Usia Resiko Tinggi di Puskesmas Cipageran Cimahi Utara Bulan Juli-Agustus 2010. Cimahi : Stikes Jendr.A.Yani, 2010. 11. Musdalifah, dkk. Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri di Wilayah Kerja Puskesmas Lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang 2013. Makasar : Bagian Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS, 2013. 12. Dahliana. Hubungan Antara Paritas Ibu dan Status Ekonomi Keluarga dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013. Poltekes Kemenkes Palembang : Kebidanan, 2013. BKKBN. Ingin Memiliki Kesehatan Reproduksi Prima Hindari Kehamilan 4 Terlalu. Jakarta : Direktorat Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak, 2007. 13. Waluyo, D.E. Karakteristik sosial ekonomi dan demografi. 2006. Di akses pada tanggal 24 September 2014 dari http://www.itbcentral liberary/2000/08/19/ karakterial sosial ekonomi.html. 25