ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

HUBUNGAN POLA NUTRISI PADA IBU NIFAS DENGAN KECUKUPAN ASI PADA BAYI DI DESA MEJASEM TIMUR KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

Nisa khoiriah INTISARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI BALITA TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU DEWI SRI I KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam tumbuh kembang, karena terbukti memiliki manfaat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PAOMAN KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

SURYA 51 VOL 2, NO.3, AGUSTUS 2009

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

Disusun Oleh: Wiwiningsih

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SINDANGLAUT KECAMATAN LEMAHABANG KABUPATEN CIREBON

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI MENGGUNAKAN DOT DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMASDANUREJAN I YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

DETERMINAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPALAGIAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN 2011

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

HUBUNGAN PELAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI DI RB GRIYA HUSADA NGARAN, POLANHARJO, KLATEN

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Program Studi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

Kata Kunci : Faktor Predisposisi, Pendukung, ASI Eksklusif

Transkripsi:

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015 Usmiyati 1, Iroma Maulida 2 Email : iroma.maulida@yahoo.co.id 12 DIII Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Kota Tegal 52142 Telp/Fax (0283)352000 Abstrak Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( MP-ASI ) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. 1 Pertumbuhan bayi yang optimal dapat dicapai salah satunya dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan. Di Kota Tegal khususnya Puskesmas Margadana dari laporan bulanan diketahui bahwa pada tahun 2013 terdapat 50 dari 134 bayi yang telah mendapat ASI esklusif sampai 6 bulan. Jadi terdapat sekitar 62,7 % bayi yang mendapatkan MP-ASI terlalu dini/kurang dari 6 bulan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemberian makanan MP-ASI pada bayi di Puskesmas Margadana pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional pada bayi usia 0 6 sebanyak 57 bayi di Puskesmas Margadana sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 57 bayi sebagai sampel maka terdapat 86 % (49 bayi) yang telah mendapatkan MP-ASI secara dini/kurang dari 6 bulan. Setelah dilakukan uji bivariat dengan taraf kesalahan 5 % dan uji chi square maka dapat diketahui tidak ada hubungan antara masing-masing faktor penyebab tersebut dengan perilaku pemberian MP-ASI secara dini ( p-value) < 0,05. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tidak cukup bukti untuk dilakukan uji hubungan atas hipotesis tersebut karena jumlah sampel yang terlalu kecil, khususnya adalah jumlah ibu yang berperilaku baik / memberikan MP-ASI 6 bulan. Perlu diteliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian MP-ASI secara dini dengan mempertimbangkan jumlah sampel yang besar, menggunakan disain yang lebih baik ( kasus control) dan menambah variabel yang diteliti se perti persepsi ibu tentang ketidakcukupan ASI yang dimilikinya. Kata Kunci :MP-ASI, Analisis Perilaku Factor Penyebab. 1. Pendahuluan ASI menjamin status gizi bayi menjadi baik karena di dalamnya mengandung kekebalan dan zat gizi yang lengkap bagi bayi sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan maka bayi membutuhkan tambahan asupan makanan yang bisa didapatkan dalam MP- ASI dengan tetap memberikan ASI sampai usia 24 bulan. Sementara itu, berdasarkan laporan dinas kesehatan propinsi, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 54,3 % pada tahun 2013. 2 WHO/UNICEF, merekomendasikan empat hal penting yang harus diperhatikan untuk mencapai tumbuh kembang optimal pada bayi dalam global strategy for infant and young child feeding, yaitu: memberikan Air susu ibu kepada bayi segera dalam 30 menit setelah bayi lahir, memberikan air susu ibu ( ASI ) saja atau pemberian Asi secara esklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping Air susu ibu (MP- ASI) sejak bayi berusia 6-24 bulan serta meneruskan pemberian Asi sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Disamping itu juga MP-ASI disediakan berdasarkan bahan lokal bila memungkinkan MP-ASI harus mudah dicerna, harus disesuaikan dengn umur dan kebutuhan bayi dan MP-ASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup.(depkes,2010). Pemberian MP- ASI dini sama saja dengan membuka gerbang bagi masuknya penyakit. Menurut Williams, L dan Wilkin, 2016 hasil riset menunjukkan bahwa bayi yang mendapat 176

MP-ASI sebelum berusia 6 bulan lebih sering terkena diare, batuk,pilek, panas, sembelit dibandingkan bayi yang mendapat MP ASI 6 bulan. Pudjiadi,2005 dalam Jumiyati menjelaskan bahwa risiko pemberian MP ASI sebelum usia enam bulan adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat (risiko obesitas), alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut, mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan. Asupan makanan / minuman selain ASI kepada bayi sebelum usia 6 bulan juga dapat mengakibatkan bayi sering sakit dan memacu timbulnya alergi karena imunitas yang menurun. Akibat - akibat tersebut dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi. 3 Menurut Lawrence Green (2007) bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor, yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor : faktor predisposisi (predisposing factors)yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya; faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana; faktor pendorong (reinforcing factors) yng terwujud dalam sikap dan perilaku petugas yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 4 Pada penelitian ini ingin diketahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemberian MP-ASI terlalu dini pada bayi 0 6 bulan di Puskesmas Margadana Kecamatan Margadana Kota Tegal pada tahun 2015. Faktor tersebut adalah faktor usia ibu, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, paritas, faktor budaya dan pengaruh keluarga. 2. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan disain cross sectional. Sebagai populasi ditetapkan ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang datang ke Puskesmas pada tahun 2014 sebanyak 163 orang dan diambil sebagai sampel sebanyak 57 orang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei Tahun 2015 dan data dikumpulkan dengan cara wawancara kepada responden penelitian meggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kemudian dilakukan analisis univariat untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi menurut masing-masing variabel. Uji bivariat juga dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, faktor budaya dan pengaruh keluarga dengan perilaku pemberian makanan MP-ASI terlalu dini dengan uji Chi Kuadrat dan taraf kesalahan 5 %. Hubungan dikatakan signifikan / bermakna bila p-value < 0,05. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 57 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Margadana Kota Tegal, 86 % (49 orang) memberikan MP-ASI secara dini/ kurang dari 6 bulan. Sebagian besar ibu berumur 20-35 tahun (94,7 %), berpendidikan SD-SMP (63,2%), tidak bekerja (64,9%), primipara (56,1 %), mendapat pengaruh dari keluarga (89,5 %) dan dipengaruhi faktor budaya setempat (70,2 %). Secara rinci gambaran univariat atas faktor-faktor yang diteliti dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Distribusi frekuensi perilaku pemberian MP-ASI secara dini dan faktor-faktor penyebabnya. Karakteristik Jumlah Persen Responden Perilaku Pemberian MP-ASI Baik ( 6 bulan) 8 14,0% Kurang (< 6 bulan) 49 86,0% Umur 20-35 tahun 54 94,7% >35 tahun 3 5,3% Pendidikan Rendah (lulus SD) 36 63,2% Sedang (>lulus SD) 21 36,8% Pekerjaan Tidakbekerja 37 64,9% Bekerja 20 35,1% Pengaruh keluarga 177

Ya 51 89,5% Tidak 6 10,5% Pengetahuan Ya 39 68,4% Tidak 18 31.6 % Budaya Ya 40 70,2% Tidak 17 29,8% Paritas Primipara 32 56,1% Multipara 25 43,9% Adapun setelah dilakukan uji bivariat antara faktor-faktor penyebab dengan perilaku pemberian MP-ASI maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 2. Hubungan Perilaku Pemberian MP-ASI Dini dengan Faktor Penyebabnya. Faktor Risiko Perilaku Pemberian ρ MP ASI Baik n= 8 Tidak Baik (Dini) n= 49 Umur 20-35 th 7 47 > 35 th 1 2 Paritas Multipara 4 21 Primipara 4 28 Pekerjaan Tidak bekerja 4 33 Bekerja 4 16 Pendidikan Sedang 5 16 Rendah 3 33 Pengetahuan Baik 5 34 Kurang 3 15 Pengaruh Keluarga Ya 8 43 Tidak 0 6 Pengaruh Budaya Ya 6 34 Tidak 2 15 0,37 0,720 0,432 0,05 0,698 0,58 1 Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan perilaku pemberian MP- ASI secara dini yang ditunjukkan dengan nilai p < 0,05, yaitu 0,3. Karakteristik umur mencerminkan kemampuan seseorang dalam berperilaku. Wawan (2010) menyebutkan bahwa semakin banyak umur seseorang maka semakin matang dalam berpikir sehingga semakin bertambahnya umur maka tingkat pengetahuan yang didapatkannya juga pegalaman yang dialami lebih banyak. Pengetahuan akan memudahkan seseorang melakukan sesuatu. 4 Namun hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku pemberian MP-ASI sehingga responden dengan usia < 36 tahun pun banyak yang telah memberikan MP- ASI dengan baik Hal ini dapat terjadi dikarenakan semakin berkembang dan menariknya media massa sehingga masyarakat telah terpapar informasi lebih banyak walaupun belum berpegalaman. 5 Berdasarkan paritas, sebagian besar responden yang berperilaku baik terdapat pada multipara sebanyak 4 responden (16,0%) sebaliknya perilaku pemberian MP- ASI tidak baik terdapat pada primipara sebanyak 28 responden (87,5%) tetapi dari hasil uji stasistik didapat nilai P value (0,720) > P value (0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI di Puskesmas Margadana Kota Tegal Tahun 2015. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Wawan (2010) bahwa pengalaman merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan. 8 Pengetahuan merupakan faktor yang memudahkan seseorang berperilaku. Sehingga semestinya seorang wanita yang memiliki anak lebih banyak maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Akan tetapi adanya kemajuan teknologi menyebabkan pengetahuan tidak hanya dapat diperoleh melalui pengalaman tetapi dapat diperoleh melalui paparan media yang bervariasi yang berdampak pada terjadinya perubahan perilaku. Astama (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dengan pemberian pendidikan informasi melalui 178

media yang bervariasi membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga masyarakat mau mengubah perilakunya menjadi lebih baik. 6 Dari tabel 2 di atas juga dapat diketahui bahwa menurut pekerjaan, sebagian besar perilaku baik pada pemberian MP-ASI terdapat pada ibu yang bekerja sebanyak 4 responden (20,0%), sebaliknya perilaku pemberian MP-ASI yang tidak baik lebih banyak terdapat pada ibu yang tidak bekerja sebanyak 33 responden (89,2%). Tetapi berdasarkan hasil uji analitik didapatkan hasil nilai P value (0,432) > (0,05), sehingga Ha ditolak dan Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara perilaku pemberian MP-ASI dengan pekerjaan. Menurut Depkes (2000) bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan ASI eksklusif atau pemberian MP-ASI dini adalah terhentinya pemberian ASI secara dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang manajemen laktasi. 7 Pemberian makanan pendamping dan susu formula untuk jalan alternatif dengan anggapan anak tetap mendapat asupan nutrisi yang cukup merupakan jalan yang ditempuh oleh ibu yang sedang bekerja. Akan tetapi, dengan semakin baiknya sarana prasarana yang menunjang ibu bekerja untuk memberikan ASI ekskluif serta berbagai informasi mengenai manajemen laktasi, baik melalui media maupun kelas ibu hamil dapat memudahkan Ibu bekerja untuk melaksanakan ASI eksklusif atau tidak memberikan MP-ASI secara dini. Sarana prasarana tersebut antara lain tas khusus untuk menyimpan ASI saat bekerja, alat pemerah ASI elektrik, pojok/ruang laktasi di tempat kerja untuk menyusui / memerah ASI, dan lain-lain. Menurut pendidikan, sebagian besar perilaku pemberian MP-ASI yang baik terdapat pada ibu dengan pendidikan sedang (lulus SMP/SMA) yaitu sebanyak 5 responden (23,8%). Sedangkan sebaliknya perilaku pemberian MP-ASI yang tidak baik banyak terdapat pada pendidikan rendah (SD/tidak tamat SD) 33 responden (91,7%). Tetapi ternyata setelah dilakukan uji statistik didapatkan hasil nilai P value lebih besar dari 0,05, yaitu 0,130. Ini berarti tidak ada kaitan antara perilaku pemberian MP - ASI dengan pendidikan. Responden dengan pendidikan SMP / SMA memiliki perilaku pemberian MP-ASI yang sama dengan responden dengan pendidikan SD/tidak tamat SD. Halini tidak sesuai dengan pendapat Wawan (2010) yang menjelaskan bahwa pendidikan mempengaruhi perilaku. 8. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi.sehingga pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi dan menyebabkan bertambahnya pengetahuan seseorang. Namun dengan kemajuan teknologi dan bervariasinya media komunikasi maka pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan. Oleh karena itu pendidikan rendahpun dapat memiliki pengetahuan yang luas bila terpapar informasi media dan akan berdampak pada perilaku. Menurut pengetahuan, sebagian besar perilaku baik pada pemberian MP-ASI justru terdapat pada ibu dengan pengetahuan kurang 3 responden (16,7%), sebaliknya perilaku pemberian MP-ASI tidak baik banyak terdapat pada ibu dengan pengetahuan baik sebanyak 34 (87,2%). Ketika dilakukan uji analitik didapatkan hasil nilai P value 0,698(lebih dari 0,05), sehingga Ha ditolak. Ini berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemberian MP-ASI. Sebagaimana disampaikan L.Green bahwa perilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi pengetahuan sebagai predisposing faktor, tetapi perilaku juga dipengaruhi oleh faktorfaktor yang lain, yaitu faktor enabling dan faktor reinforcing. 4 Faktor Enabling adalah sarana dan prasarana yang mendukung seseorang berperilaku sehat, seperti jumlah fasilitas yang ada termasuk jarak dari rumah warga ke fasilitas kesehatan tersebut. Adapun reinforcing faktor adalah faktor pendorong meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan, sikap dan perilaku orang tua, guru dan teman sebaya. L.Green menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku. Sedangkan perilaku dipengaruhi oleh faktor internal / dalam diri seseorang dan faktor eksternal. Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil 179

penelitian ini, dimana dari 57 responden sebagian besar responden, yaitu 51 orang (89,5 %) mengaku mendapatkan pengaruh keluarga dalam pemberian MP-ASI dini dan sebanyak 40 orang (70,2 %) mengaku mendapatkan pengaruh budaya, dalam hal ini kebiasaan masyarakat di sekitar responden dalam memberikan MP-ASI dini. Akan tetapi ketika dilakukan uji statistic didapatkan hasil p value < 0,05. Ini berarti menunjukkan tidak ada hubungan antara pengaruh keluarga terhadap perilaku MP- ASI.maupun hubungan antara pengaruh budaya terhadap perilaku MP-ASI. Tidak signifikannya hubungan ini kemungkinan disebabkan karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pemberian MP-ASI dini, antara lain faktor persepsi ibu/ responden tentang ketidakcukupan ASI bagi bayinya. 4. Kesimpulan Sebagian besar responden pada penelitian ini berumur 20-35 tahun yaitu 54 responden (94,7%), berpendidikan rendah (SD/Tidak sekolah) sebanyak 36 responden (63,2%), primipara sebanyak 32 responden (56,1%), dan ibu memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 39 responden ( 64,8%). Akan tetapi dari hasil uji Chi kuadrat menunjukkan tidak adanya hubungan antara faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pengaruh keluarga, pengaruh budaya dan paritas terhadap perilaku pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Margadana Kota Tegal. Walaupun demikian, masih banyak responden yang mengaku bahwa keluarga dan budaya setempat mempengaruhi perilakunya dalam pemberian MP-ASI dini, sehingga masih perlu dioptimalkan peningkatan pengetahuan keluarga ibu menyusui dan masyarakat tentang pentingnya pemberian MP-ASI dengan tepat. Selain itu perlu diteliti kembali faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi perlaku pemberian MP-ASI yang tidak ada dalam penelitian ini. Faktor tersebut antara lain adalah faktor persepsi ibu terhadap kecukupan ASInya bagi bayi. 5. Daftar Pustaka [1] Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) lokal tahun 2006. Jakarta, 2006 [2] Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Infodatin Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta. 2014 [3] Jumiyati. Pemberian MP-ASI setelah Anak Usia 6 Bulan. Diakses tanggal 25 Juni 2016 di http://180.250.43.170:1782/poltekkes/ files/mpasi.pdf [4] Notoatmodjo,S.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta:Rineka Cipta. 200 [5] Armandhani, H. dan Sukaatmadja, I., 2014. Analisis Perbandingan Brand Equity Produk Obat Anti Nyamuk Oles Merek Autan dengan Merek Soffel di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 3(1). [6] Astama,D. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan pada Ibu-ibu Kader Pemberdayaan Keluarga dan Kemasyarakatan (PKK) dalam Mengubah Pengetahuan dan Sikap tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Desa Pucangan Kartasura. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta [7] Setiawan. Pemberian MP-ASI Dini dan Hubungannya dengan Kejadian Infeksi pada Bayi 0-6 bulan di wilayah Kerja Puskesmas Cipayung, Depok, Skripsi. UI. 2009. Diakses di S-5801-Pemberian-MP-ASI- Literatur.pdf-Perpus.lib.ui.ac.id tanggal 25 Juni 2016 [8] Wawan (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika: Yogyakarta. 180