PERANAN POLRI DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP. Oleh : Ferdricka Nggeboe

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipakai sebagai pengganti "strafbaar feit". Dalam perundang-undangan negara kita

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Peraturan perundang-undangan untuk mengatur jalannya

PUSANEV_BPHN PERANAN POLRI MEMELIHARA KAMTIBMAS DAN MENEGAKKAN HUKUM. Oleh: Kombes Pol. DR. W. Marbun, S.H.,M.Hum Analis Utama Divkum Polri.

BAB II PENGATURAN TENTANG PERAN POLISI DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN KELAPA SAWIT

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KEPOLISIAN. polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi setiap kejahatan. Hal ini dimaksudkan agar setiap tindakantindakan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1997 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*10218 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 28 TAHUN 1997 (28/1997) TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1997 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB II PENGATURAN ALAT BUKTI DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

Undang Undang No. 28 Tahun 1997 Tentang : Kepolisian Negara Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1997 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. di mana penilaian pribadi juga memegang peranan. Diskresi kepolisian adalah suatu

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN KEADILAN DAN KEDAMAIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PELARANGAN PENEBANGAN, PEREDARAN DAN PERDAGANGAN KAYU DOLKEN

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

KONSEP DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PROSES PIDANA

KONSEP DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PROSES PIDANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K E P E N D U D U K A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2001 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENERTIBAN TERNAK

Perda No. 12 / 2002 Tentang Penanggulangan Tuna Susila di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

BAB II PERANAN POLISI SEBAGAI PENYIDIK DALAM MELAKUKAN PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERLINDUNGAN HAK- HAK TERSANGKA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI TINGKAT KEPOLISIAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR 8 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BINJAI,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

Transkripsi:

PERANAN POLRI DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Ferdricka Nggeboe ABSTRAK Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sehingga masyarakat melalukan pengelolaan dan pengusaaan lahan hutan. Pengelolaan dan penguasaan hutan yang tidak mengikuti peraturan yang berlaku dapat mengakibatkan banjir dan kerusakan lingkungan hidup lainnya. Polri sebagai salah satu pengayom dan penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat diperlukan peranannya dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Tindak Pidana Lingkungan Hidup dimaksud. Kata Kunci: Lingkungan Hidup, Peranan Polri A. Pendahuluan Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasankawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Pengajar Program Magister Ilmu Hukum Unbari. 32

Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun dipegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman. Pengelolaan hutan Indonesia sebenarnya dulu merujuk pada sistem warisan Pemerintah Kolonial. Sistem pengelolaan warisan itu, lebih untuk menghasilkan keuntungan bagi negara dari penjualan hasil kayu. Hal tersebut, pada satu sisi, menjadikan pemerintah memiliki wewenang besar dalam mengatur dan mengendalikan peranan kemanfaatan hutan. Hanya pihak-pihak yang 33

diberikan izin oleh pemerintah boleh memasuki dan memanfaatkan hasil hutan. Biasanya, pihak- pihak tersebut terbatas pada perusahaan swasta atau perusahaan negara. Polri sebagai penegak hukum mempunyai peranan yang ideal sebagai mana yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (1) UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian yang rumusannya adalah : Kepolisisan Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak asasi rakyat dan hukum Negara. Sedangkan peranan yang seharusnya sebagaimana yang terdapat dalam pasal (2) yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, seharusnya disebut kepolisian Negara ialah alat Negara penegak hukum yang terutama bertugas memelihara kemanan di dalam Negara. Selanjutnya polisi di dalam menjalankan peranannya untuk melakukan penegakan hukum terhadap penyalahgunaan pengelolaan hukum khususnya pada masyarakat yaitu melakukan beberapa tindakan baik yang preventif dan represif terhadap tindakan preventif adalah membuat penyuluhan agar masayarakat mengetahui tentang hak dan kewajiban mereka serta mematuhi segala peraturan yang berlaku dilingkungan tinggal mereka. Sedangkan tindakan represif yaitu polisi melaksanakan tindakan tegas yang dimulai dari razia, kemudian diproses di kantor kepolisisan dan selanjutnya perkara akan diteruskan ke 34

tingkat penuntut dan kemudian mendapatkan putusan dari pengadilan apakah seseorang tersebut telah bersalah atau tidak. Berdasarkan keterangan di atas, maka selanjutnya akan dibahas tentang bagaimana peranan Polri Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Tindak Pidana di Lingkungan Hidup? B. Peranan Polri Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Tindak Pidana Lingkungan Hidup Tata Usaha Pemerintah menyepakati pentingnya disusun suatu kebijakan/aturan spesifik yang disusun bersama untuk memperkuat kerangka pengelolaan sumberdaya hutan di daerah yang nantinya dapat memperjelas peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan, berdasarkan potensi, masalah, pengalaman, dan harapan masyarakat. Dalam penyusunan kebijakan ini, juga diharapkan dapat dilakukan secara multipihak, untuk melakukan telaah yang menghasilkan naskah akademik dan menyusun/ merumuskan substansinya. Hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air. Namun pada prakteknya, masyarakat tidaklah mengelola hutan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Masyarakat mengelola kawasan hutan yang ada di daerah mereka dengan cara mereka sendiri. Masyarakat 35

memanfaatkan hutan untuk membuka ladang dan juga kebun. Mereka menggunakan kawasan hutan untuk memperluas lahan kebun, baik untuk menanam padi ataupun menanam karet. Cara masyarakat membuka hutan adalah dengan cara membakar kawasan hutan yang akan dijadikan ladang atau kebun. Setelah melakukan pembakaran, biasanya masyarakat akan menanam padi. Dan setelah kira-kira empat bulan, mereka akan mulai menanam karet. Jadi, saat padi telah dipanen, tanaman karet sudah tumbuh. Masyarakat disekitar kawasan hutan menggunakan hukum adat dalam mengelola kawasan hutan mereka. Jika ada orang yang mencuri di kawasan hutan yang sudah ada pemiliknya, maka orang tersebut akan dihukum secara adat. Jika dilihat dari pengelolaan hutan yang dilakukan masyarakat saat ini, maka pemerintah harus segera turun tangan agar kawasan hutan di daerah tersebut tidak semakin habis. Jika pemerintah masih diam saja, maka besar kemungkinan dalam waktu beberapa tahun ke depan, kawasan hutan akan punah. Pengelolaan hutan yang dilakukan masyarakat saat ini tidak bisa dikembangkan untuk kedepannya. Masyarakat sama sekali tidak mengetahui mengenai peraturan yang telah dibuat pemerintah akan hutan. Yang mereka tahu, hutan tersebut adalah sepenuhnya milik 36

mereka. Mereka terus membuka lahan sesuka hati mereka sesuai dengan yang diajarkan nenek moyang mereka dulu. Seharusnya pemerintah memberikan penyuluhan agar masyarakat mengerti bahwa kawasan hutan mereka adalah hutan lindung yang fungsinya untuk menjaga tatanan air dan bukan untuk ditebangi apalagi dibakar. Pemerintah harus bergerak cepat jika tidak ingin hutan di semakin habis tak bersisa. Polri dalam hal ini harus melaksanakan peranannya sebagaimana yang diperintah dalam UU No 2 Tahun 2002 tentunya tidak terlepas dari pembahasan mengenai bagaimana tugas dan wewenang polri. Secara yuridis tugas dan wewenang Polri telah diatur dalam konstitusi dan berbagai produk peraturan perundangundangan. Arahan yuridis sebagaimana termuat dalam Pasal 30 Ayat (4) UUD 1945, misalnya, secara tegas mengatur bahwa "Polri sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum". Hal senada diatur pula dalam Pasal 6 Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri, "Polri merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat". 37

Arahan yuridis tentang peran Polri yang demikian itu, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang Kepolisian, terutama dalam Pasal 5, Pasal 13 dan 14. Dari arahan yuridis tersebut tampak, bahwa lembaga kepolisian di Indonesia tidak hanya berperang sebagai bagian dari penegakan hukum yang terpola dalam sistem peradilan pidana (SPP), melainkan lebih jauh dari itu berperan juga sebagai lembaga penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Karakteristik peran yang dimainkan oleh lembaga kepolisian itu. ternyata jauh lebih luas dalam melakukan kontrol sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat pre-emprif, preventif maupun represif. Ketika lembaga kepolisian menjadi bagian dari sistem peradilan pidana maka tindakannyapun harus dapat dikembalikan ke dalam konteks sistem besar tersebut. Apa yang dapat dilakukan dan seberapa jauh aparat kepolisian dapat bertindak selalu ditentukan oleh tempatnya di dalam sistem tersebut. Singkat kata, aparat kepolisian harus bertanggung jawab terhadap proses bekerjanya hukum melalui sistem peradilan pidana sebagaimana diatur dalam KUHAP. Pada dasarnya tugas dan wewenang Polri sebagaimana ditetapkan secara yuridis dalam Undang-Undang Kepolisian itu bukan sesuatu yang baru, melainkan sudah pernah diatur dalam 38

produk hukum sebelumnya yang sudah tidak berlaku Iagi, terutama Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997. Tugas Polri yang ditetapkan dalam Undang-Undang Kepolisian adalah sebagai berikut: a. Tugas Polri sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat antara lain : Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan peinerintah sesuai kebutuhan; menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan; membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan. b. Tugas Polri sebagai penegak hukum antara lain : Turut serta dalam pembinaan hukum nasional; memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk keamanan swakarsa; melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, 39

laboratorium forensic dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian. c. Tugas polri sebagai pengayom dan pelayan masyarakat antara lain : Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia ; melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian. Untuk dapat melaksanakan tugas sebagaimana diuraikan di atas : a) Penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, maupun perlindungan, pengayom dan pelayan masyarakiat), Polri diberi wewenang menerima laporan dan/atau pengaduan; b) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menggangu ketertiban umum. c) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakitpenyakit masyarakat; d) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; 40

e) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administrative kepolisian. f) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagia bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan. g) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian. h) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i) Mencari keterangan dan barang bukti; j) Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional; k) Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat; l) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan msayarakat; dan m) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu; Secara khusus untuk menjalankan tugas dalam bidang proses pidana atau proses penegakan hukum, POLRI diberi wewenang sebagai berikut : 1) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan, melarang setiap orang meninggalakan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan; 2) Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; 41

3) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri, melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 4) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; 5) Mengadakan penghentian penyidikan; 6) Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindakan pidana. 7) Memberi petunjuk dan bangtuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan 8) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Sedangkan untuk dapat melaksanakan tugas-tugas lain menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, Polri diberi wewenang sebagai berikut : 1) Memberi izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya; 42

2) Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendarana bermotor; 3) Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor; 4) Menerima pemberitahuan tentang keggiatan politik; 5) Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senajata tajam; 6) Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha dibidang jasa pengamanan; 7) Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian; 8) Melakukan kerja sama dengan kepolisian Negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional; 9) Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadao orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; 10) Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional; 11) Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian. Sekalipun sudah ada arahan yuridis yang mengatur secara tegas tentang peran-peran yang harus dimainkan oleh kepolisian, namun tidak tertutup kemungkinan bagi mereka 43

untuk bertindak di luar arahan yuridis tersebut. Bahkan, Pasal 18 Ayat (I) U ndang-undang Kepolisian justru mcmberikan peluang bagi aparat kepolisian untuk bertindak seperti itu. Penegasan Pasal 18 Ayat (1) undang -undang Kepolisian sebagai berikut: "Untuk kepentingan umum pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri".19 Namun, peluang seperti itu "hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia" (Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang Kepolisian). Penegasan yang demikian itu hendak mengisyaratkan bahwa secara yuridis polisi diperbolehkan untuk melakukan diskresi. Diskresi di sini dimaknakan sebagai "kemerdekaan dan/atau kewenangan dalam membuat keputusan untuk mengambil tindakan yang dianggap tepat atau sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi secara bijaksana dan dengan memperhatikan segala pertimbangan maupun pilihan yang memungkinkan". Secara lebih spesifik, Thomas J. Aaron seperti dikutip oleh Erlyn Indarti mendefinisikan bahwa "diskresi kepolisian" sebagai "suatu wewenang bertindak yang diberikan kepada polisi untuk mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan sendiri dan dalam situasi tertentu 44

mengenai masalah moral, serta terletak dalam garis batas antara hukum dan moral". 1 Harus diakui bahwa sebenarnya diskresi terjadi pada ketiga peran yang dimainkan oleh kepolisian, baik dalam pemeliharaan ketertiban dan keamanan, penegakan hukum maupun dalam tugas pengayoman, perlindungan dan pelayanan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang Polri sebagaimana dikemukakan di atas, didasarkan pada tiga asas yakni asas legalitas, asas plichmatigheid, dan asas subsidiaritas 2. Asas Legalitas adalah asas di mana setiap tindakan polisi harus didasarkan kepada undang-undang/ peraturan perundang-undangan. Bilamana tidak didasarkan kepada undang-undang/peraturan perundang-undangan maka dikatakan bahwa tindakan polisi itu melawan hukum (onrechtmatig). 3 Asas plichmatigheid ialah asas di mana polisi sudah dianggap sah berdasarkan/sumber kepada kekuasaan atau kewenangan umum. Dengan demikian bilamana memang sudah ada kewajiban bagi polisi untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum, asas ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan tindakan. Polisi dapat bertindak menurut 1 Erlyn Indarti, Diskresi Polisi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2000, hal 13 2 Kelana Momo, Hukum Kepolisian (Edisi Ketiga Cetakan Keempat), Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, 1984, hal 98 3 ibid 45

penilaiannya sendiri untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum. 4 Asas subsidiaritas adalah asas yang menyatakan bahwa hukum pidana seyogyanya digunakan sebagai langkah akhir. Sebagai Abdi penegak hukum yang langsung terjun pada masyarakat sudah selayaknyalah polri juga sebisa mungkin menggunakan cara persuasif terlebih dahulu dalam menangani persoalan masyarakat terutama terkait masalah masalah yang bisa mengakibatkan konflik horisontal. Sedangkan penegakan melalui pidana adalah langkah akhir jika cara 1) asas legalitas 2) asas plichmatigheid 3 ) subsidiaritas, Persuasive gagal 5. Sebagaimana bahasan sebelumnya kita ketahui bahwa masyarakat mempunyai hak atas pengelolaan hhutan, namun dalam menggunakan hak tersebut saja masyarakat harus menjalankan kewajiban sebagaimana prosedur yang telah ditetapkan dalam aturan. Pembukaan lahan yang tidak sesuai dengan ketentuan akan merusak lingkungan hidup yang lainnya, makanya dengan cara membakar hutan yang tidak terkendali menimbulkan asap dan sebagaimana diketahui pula bahwa dampak dari banyaknya asap sangat besar dan banyak merugikan masyarakat, pemerintah dan Negara. Polisi dalam melakukan penegakan hukum, melakukan tindakan 4 Ibid 5 ibid 46

preventif senantiasa tidak henti-hentinya memberikan pengertian dan peringatan kepada masyarakat bahwa dalam mengelola hutan seharusnya mengikuti ketentuan yang berlaku. Penguasaan hutan yang dikelola jangan sampai ditinggalkan begitu saja, penebangan hutan secara liar dapat mengakibatkan banjir. Permasalahan pengelolaan dan penguasaan hutan oleh masyarakat dari hari kehari semakin konflik, baik antara masyarakat yang satu dengan yang lain maupun dengan pemerintah daerah setempat. Permasalahan ini adalah bukan ketidaktahuan masyarakat, nama perbuatan ini merupakan pelanggaran terhadap ketentuan lingkungan hidup atau dengan kata lain merupakan perbuatan pidana, sehingga penyelesaiannya harus melalui proses system peradilan pidana. Pelanggaran ini termasuk dalam tindak pidana khusus, sehingga menuntut penyidik dalam pelanggaran ini harus menguasai materi hukumnya. Sebagaimana dicantumkan Pasal 41 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, maka timbul berbagai pertanyaan yang harus dimengerti dan dipahami jawabannya, yakni diantaranya menyangkut pengertian : Barang siapa; Dengan sengaja; Karena kelalaiannya; Melakukan perbuatan yang menyebabkan rusaknya; Melakukan perbuatan yang menyebabkan tercemarnya; Lingkungan hidup; Yang diatur dalam Undang-undang ini atau Undang-undang lain. 47

Selanjutnya dalam pembuktian telah terjadi tindak pidana maka untuk keberhasilannya keberhasilan penyelidikan dan penyidikan perkara Koordinasi yang baik antar intansi yang terkait, Ketelitian di dalam mempelajari dan mendalami berbagai dukumen- dukumen sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Undang-undang dan Peraturan (AMDAL, Perizinan, Tata kelola lingkungan) pelaksanaannya, melaksanakan penyelidikan dan penyidikan lebih ditekankan didalam memenuhi tata cara pengambilan barang bukti baik secara prosedur (petunjuk teknis) dan prosedur teknis laboratorisnya. C. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Hutan memiliki fungsi sebagai daerah tangkapan air, pelanggararan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya masyarakat di sekitar kawasan hutan dalam pengelolaan dan penguasaan hutan tanpa disadari oleh mereka dapat menyebabkan banjir, dan kerusakan lingkungan lainnya. Polri diberikan tugas dan wewenang tugas dalam penegakan hukum bidang proses pidana atau proses penegakan hukum. Pelanggaran pengelolaan dan penguasaan lahan hutan maka diperlukan penegakan hukum baik represif, maupun preventif sehingga keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dilindungi dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia 48

D. Daftar Pustaka Erlyn Indarti, Diskresi Polisi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2000. Muladi. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. 1995. Kelana Momo, Hukum Kepolisian (Edisi Ketiga Cetakan Keempat), Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, 1984. Sudarto. Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat. Kajian Terhadap Pembaharuan Hukum Pidana. Bandung: Sinar Baru. 1983. Wibawa Samodra. Kebijakan Publik: Proses dan Analisis. Jakarta: Intermedia. 1994. 49