BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. World Health Organization (WHO) dan American Diabetes Association

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (Wild et.al., 2004). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah. daerah rural (Pusat Data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,


BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) dan American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan diabetes mellitus (DM) adalah suatu keadaan dimana tingkat glukosa plasma 126 mg/dl (7 mmol/l) atau lebih (Eckardstein, 2004). Pada tahun 2004 WHO menyatakan bahwa 64 juta orang didunia mengalami DM dan jumlah ini akan meningkat setiap tahun, dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita DM mencapai 300 juta orang (Tripathy, 2008). Menurut Health Situation in The South-East Asean Region 2001-2007, tipe diabetes yang paling umum adalah diabetes tipe 2. DM tipe 2 merupakan 85-95% dari semua kasus diabetes dan merupakan masalah kesehatan utama secara global. Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14.7%. Di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5.8%. Prevalensi DM di Indonesia diperkirakan mencapai 21.3 juta orang di tahun 2030. Riskesdas Yogyakarta juga menyatakan pada tahun 2007 diagnosa oleh tenaga kesehatan didapatkan hasil bahwa sebanyak 1.1% penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di diagnosa menderita penyakit DM dan dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia 0.7% masyarakat DIY menderita DM serta menduduki urutan ke 32 di Indonesia. Selain itu, penduduk DIY yang terdiagnosa

dengan gejala DM sekitar 1.6% sedangkan dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia, sebanyak 1.1% penduduk DIY terdiagnosa dengan gejala DM serta menduduki urutan ke 29 di Indonesia. Jadi jumlah penderita DM dengan diagnosa gejala DM di Yogyakarta lebih tinggi daripada orang-orang yang sudah didiagnosa DM. Diabetes Mellitus (DM ) merupakan penyakit kronis yang membutuhkan perawatan kompleks dan berkelanjutan, yang teridiri dari 4 pilar, yaitu pengobatan, latihan, diit, dan edukasi. Pengobatan pada pasien DM sangat penting dilakukan untuk lebih mengontrol metabolisme dalam tubuh (Davey, 2005). Selain pengobatan, pasien dengan DM juga perlu melakukan olahraga yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh. Olahraga yang dilakukan secara tepat, benar, terukur, dan teratur dapat membantu untuk mengendalikan kadar gula darah dalam tubuh. Olahraga pasien DM sebaiknya dilakukan 3 sampai 5 kali seminggu (Dewani, 2006). Pasien DM perlu mengontrol glukosa darah dengan melakukan diet dengan ketentuan, (1) makan secara teratur (tiga kali makanan pokok dan tiga kali cemilan /hari dengan waktu yang sama), (2) memakan makanan dengan jumlah kalori yang adekuat, (3) membatasi asupan lemak, (4) membatasi asupan gula, (5) meningkatkan asupan serat hingga 25 gram/hari, (6) pertahankan berat badan ideal, (7) melakukan olahraga 1 jam sebelum makan. Tujuan diet untuk DM tipe 2 untuk menurunkan dan/atau mengendalikan berat badan, mengendalikan kadar gula dan kolesterol (Andry, 2006). Edukasi tentang DM terutama pada orang yang

baru mengetahui bahwa dirinya mengidap DM sangat penting dilakukan agar penderita DM (pasien) dapat mengontrol dan mengurangi resiko DM (Fox, 2010). Kompleksitas dan keberlanjutan penangan DM ini membutuhkan keterampilan pasien dalam mengintegrasikan penanganan DM secara mandiri dan berkelanjutan, sehingga perlu dilakukan Diabetes Self Management Education (DSME) pada pasien diabetes. Diabetes Self Management (DSM) muncul karena adanya asumsi dari masyarakat bahwa gaya hidup yang sehat akan menghasilkan kontol metabolik diabetes yang baik, yang akan membantu dalam menghindari komplikasi akut dan jangka panjang dari penyakit (Bradley, 1994). Diabetes Self Management Education (DSME) merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk pasien diabetes agar membantu pasien dalam membuat keputusan serta mengelola penyakit diabetes mereka secara efektif guna memperoleh kesembuhan. Pasien dengan diabetes perlu mendapat dukungan untuk mengikuti pembelajaran manajemen DM agar mencapai hasil yang lebih baik (Funnell & Anderson, 2004). Menurut Zaza, Briss, & Harris (2005), tujuan dari DSME adalah mencapai kontrol metabolik yang optimal dan memperoleh kualitas kehidupan yang lebih baik serta untuk mencegah penyakit akut dan komplikasi kronik lainnya. Dukungan dari teman sebaya (Peer Support) merupakan suatu sistem memberi dan menerima bantuan dengan prinsip rasa hormat, tanggung jawab bersama, dan kesepakatan bersama tentang hal-hal yang membantu. Peer group berupa empati dimana teman dapat menjadi satu atau merasakan keadaan pasien dari pengalaman yang sama dan pernah dialami (what is peer support, 2011 cit

(Mead, 2001)). Menurut Smith et al. (2011), peer support juga didefinisikan sebagai penyediaan dukungan dari seorang individu dengan berbagai pengalaman hidup yang serupa. Peer support menurut WHO merupakan suatu pendekatan yang menjanjikan untuk perawatan pasien diabetes karena memanfaatkan kemampuan pasien diabetes untuk saling mendukung dalam mengelola kehidupan sehari-hari. Perilaku yang dilakukan oleh orang-orang dengan atau berisiko diabetes untuk mengelola penyakit tersebut dalam kehidupan sehari-hari disebut Diabetes Self-Care Activities. Terdapat tujuh hal penting dalam perilaku pasien diabetes untuk memprediksi hasil yang baik, yaitu pola makan, aktif secara fisik, pemantauan gula darah, menerima obat biasa, keterampilan dalam memcahkan masalah yang baik, keterampilan mengatasi kesehatan dan pengurangan risiko perilaku (Gopichandran et al., 2012). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, Bagaimana efektivitas Face to Face Peer Group Diabetes Self Management Education Program (DSMEP) terhadap peningkatan diabetes Self Care Activities pada pasien DM type 2 di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas Face to Face Peer Group Diabetes Self Management Education Program (DSMEP) terhadap

peningkatan diabetes Self Care Activities pada pasien DM type 2 di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, kajian pustaka dan bahan bacaan bagi peneliti lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada efektivitas Face to Face Peer Group Diabetes Self Management Education Program (DSMEP) terhadap peningkatan diabetes Self Care Activities pada pasien DM type 2 di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. 2. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan kepada mahasiswa agar menjadi pelajaran terkait dengan Face to Face Peer Group Diabetes Self Management Education Program (DSMEP) terhadap self activities pada pasien diabetes dan dapat melakukan penelitian yang lebih jauh tentang self activities pasien diabetes mellitus. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai efektivitas Face to Face Peer Group Diabetes Self Management Education Program (DSMEP) terhadap peningkatan diabetes Self Care Activities pada pasien DM type 2 di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, sejauh yang penulis ketahui belum terdapat penelitian yang sejenis. Namun penelitian yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian dari Kamlesh Khunti et al. (2012), Effectiveness of a Diabetes Education and Self Management Programme (DESMOND) for People with Newly Diagnosed Type 2 Diabetes Mellitus: Three Year Follow-upof a Cluster Randomised Controlled Trial in Primary Care. Penelitian ini dilakukan di Inggris dan Skotlandia dan dilakukan untuk melihat keefektivan program self management education di 13 tempat perawatan umum (207 praktek). Ditujukan untuk individu yang didiagnosis dalam waktu enam minggu dan dikecualikan untuk pasien yang berumur dibawah 18 tahun. Dilakukan dengan uji acak terkendali yang dilakukan pada tingkat praktek. Pada orang dewasa dengan diagnosis DM tipe 2, program enam jam menejemen diri tidak memberikan manfaat yang berkelanjutan dari segi biomedis dan gaya hidup selama tiga tahun, tetapi masih diyakini bahwa terjadi perubahan penyakit. Dukungan dari orang terdekat meningkat untuk pasien dengan DM tipe 2. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini membahas tentang efektivitas Face to Face Peer Group Diabetes Self Management Education Program (DSMEP) terhadap peningkatan diabetes Self Care Activities pada pasien DM type 2 di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dengan sampel sebanyak 30 yang dibagi menjadi dua yaitu 15 pasien dimasukkan kedalam kelompok control dan 15 pasien sebagai pasien tergabung dalam kelompok intervensi. Pasien DM yang dipilih memiliki kriteria yaitu terdiagnosis DM khusunya DM tipe 2 dan

mengukur diabetes self care activities setelah mendapatkan pendidikan tentang diabetes. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan DM pada pasien. 2. Penelitian dari Aslak Steinsbekk et al. (2012), Group Based Diabetes Self- Management Education Compared to Routine Treatment for People with Type 2 Diabetes Mellitus. A Systematic Review with Metaanalysis. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai efek dari DSME berbasis kelompok dibandingkan dengan pengobatan rutin pada klinik, gaya hidup, dan psikososial dari pasien DM tipe 2. Merupakan sistematis review dengan metaanalisis randomised controlled trials (RCT s). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Peer Group Diabetes Self-Management Education dan variabel terikat Routine Treatment for People with Type 2 Diabetes Mellitus. Penelitian ini dilakukan pada orang dewasa yang terdiagnosis mengalami DM tipe 2. Waktu penelitian dibagi menjadi jangka pendek (6 bulan kisaran 4-8 bulan) dan jangka panjang (12 bulan kisaran 9-16 bulan) dan 2 tahun atau lebih (mulai 17 bulan atau lebih). Hasil yang diperoleh adalah terdapat indikasi bahwa intervensi yang diberikan dari pendidik tunggal, disampaikan dalam waktu kurang dari 10 bulan, dengan lebih dari 12 jam dan antara 6 dan 10 sesi memberikan hasil terbaik. Kelompok berbasis DSME pada orang dengan DM tipe 2 menghasilkan perbaikan secara klinis, gaya hidup, dan hasil psikososial.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis pre-eksperimental dan rancangan yang digunakan one group pre-test-post-test design dengan komparison group dan bukan merupakan sistematis review dengan metaanalisis randomised controlled trials (RCT s). Selain itu, penelitian ini melihat tentang Diabetes Self-care activities pada pasien DM tipe 2 di RSUP Dr.Sardjito di poli klinik endokrin. Variabel bebas pada penelitian ini adalah efektivitas face to face Peer Group Diabetes Self Management Education Program (DSMEP) dan variabel terikat adalah diabetes self care activities. 3. Penelitian dari Tam Van Vu et al. (2012), Peer support and improved quality of life among persons living with HIV on antiretroviral treatment: A randomised controlled trial from north-eastern Vietnam. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek dari peer support pada kualitas hidup pasie dan stigma orang dengan human immunodeficiency virus (ODHA) setelah 12 bulan memakai Antiretroviral Therapy (ART) yang dilakukan di Quang Ninh Vietnam antara Oktober 2008 dan November 2010 dengan sub-sampel study uji acak terkontrol. Peserta berjumlah 119 orang menerima dukungan dari peer support yang mengunjungi peserta di rumah setiap dua minggu selama dua bulan pertama kemudian mingguan. Pada kelompok kontrol 109 pasien dirawat sesuai dengan pedoman standar termasuk konseling, pemeriksaan kesehatan setiap bulan dan kepatuhan minum obat. Quality of Live (QOL) dan stigma internal diukur menggunakan Worlds Health Organization Quality of Live-HIVBREF dan instrumen stigma AIDS skala internal normal dan 12

bulan. T-test digunakan untuk mendeteksi perbedaan antara nilai rata-rata multilevel regressions linier untuk menentukan faktor yang menentukan quality of live. Didapatkan hasil bahwa peer support memberikan dampak peningkatan QOL pada pasien dengan kondisi immunosuppressed (klinisi tahap 3 dan 4) tetapi tidak memberikan dampak pada pasien dengan gejalan ringan atau tidak klinis (klinisi tahap 1 dan 2). Perbedaannya adalah penelitian ini melihat tentang peer group atau peer support pada pasien DM yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito di Yogyakarta sedangkan penelitian dari Tam Van Vu [et al.] 2012 meneliti tentang pengaruh peer support terhadap QOL pasien HIV yang berada di Quang Ninh Vietnam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis pre-eksperimental dan rancangan yang digunakan one group pre-test-post-test design dengan komparispon group. Selain itu, penelitian ini melihat tentang Diabetes Self-care activities pada pasien DM tipe 2 di RSUP Dr.Sardjito di poli klinik endokrin. Variabel bebas pada penelitian ini adalah efektivitas face to face peer Group Diabetes Self Management Education Program (DSMEP) dan variabel terikat adalah diabetes self care activities, sedangkan pada penelitian Tam Van Vu [et al.] variabel bebas adalah peer support and improved quality of live dan variabel terikat adalah persons living with HIV. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 35 orang. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang efektifitas peer support terhadap pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Diabetes Melitus Suatu penyakit yang ditandai oleh hiperglikemia kronis dalam waktu jangka panjang merupakan penyakit DM. Insulin yang menurun dalam tubuh adalah suatu bentuk dari DM (Winter, 2002). Smeltzer dan Brenda (2002) juga menjelaskan bahwa DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan hiperglikemia atau kenaikan kadar glukosa dalam darah. Glukosa yang normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah dan glukosa ini dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin merupakan hormon yang di produksi di pankreas, yang mengendalikan kadar glukosa darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Menurut World Health Organization (WHO) dan American Diabetes Association (ADA), DM diklasifikasikan menjadi dua, yaitu diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)) dan diabetes tipe 2 (Non- Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)) (Levene & Donnelly, 2011). Menurut Jacobsen (2012), DM tipe 2 adalah gangguan metabolik yang dicirikan dengan glukosa darah yang tinggi dalam arti resistensi insulin dan relatif kekurangan insulin. Corwin (2009) menyatakan pada diabetes tipe 2, terjadi ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin