BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA WACANA KHOTBAH SALAT TARAWIH DI DESA TLOBONG KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MASA JABATAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Indonesia. Bahasa tidak terpisahkan setiap kegiatannya.

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

PEMAKAIAN TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM KHUTBAH JUMAT DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MATERI AJAR PEMBELAJARAN PRAGMATIK

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penggunaan bahasa merupakan realitas interaksi komunikasi antara penutur

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum merupakan alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Salah satu wujud bahasa adalah tindak tutur. Tindak tutur digunakan penutur untuk menyampaikan keinginan atau maksud kepada mitra tutur. Bahasa selain sebagai alat komunikasi antar suku dan antarbudaya yang berbeda, juga memiliki fungsi yakni sebagai alat interaksi sosial, mengungkapkan ide, dan bereskpresi. Peristiwa tutur yang terdapat dalam tindak tutur dilakukan penutur kepada mitra tutur untuk menyampaikan informasi. Peristiwa tutur dapat diartikan sebagai sebuah rangkaian tuturan yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tindak tutur atau penuturan atau speech art, speech event (istilah Kridalaksana) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara dapat diketahui oleh pendengar. Tindak tutur merupakan gejala yang bersifat individual, psikologi, dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur direktif merupakan salah satu jenis tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan apa yang disebuttkan di dalam tuturannya. Tindak tutur direktif disebut juga tindak tutur imposif. Menurut Yule (2006: 92) tindak tutur direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi: memohon, meminta, memerintah, memesan, dan memberi saran. Pada waktu menggunakan tindak tutur direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat pendengar). Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari tindak tutur dalam berbagai situasi. Sebagai makhluk sosial manusia selalu berhubungan dengan orang lain dan melakukan tindakan-tindakan yang salah 1

2 satunya diungkapkan melalui tuturan. Seluruh sisi kehidupan manusia yang melibatkan interaksi dengan orang lain hampir selalu melibatkan peran tindak tutur dalam berbagai wujud dan cara penyampaiannya. Cara seseorang memerintah, berjanji, memohon, meminta maaf, atau mengundang dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia, jabatan, kedekatan penutur dengan mitra tutur, suasana tuturan (formal/informal), tujuan tuturan, dan latar belakang penutur serta mitra tutur. Situasi tutur yang berbeda akan menunjukkan penggunaan tindak tutur yang berbeda pula. Salah satu situasi tutur yang dapat memberikan gambaran mengenai penggunaan tindak tutur yang mempunyai ciri khas tertentu adalah kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan situasi tutur yang lain, yakni (1) memiliki tujuan yang jelas, yaitu membantu siswa dalam suatu perkembangan tertentu dengan memusatkan perhatian pada siswa, (2) ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (3) ditandai dengan satu penggarapan materi khusus,(4) ditandai dengan adanya aktivitas siswa, (5) guru berperan sebagai pembimbing, (6) ada pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang harus ditaati oleh semua pihak, baik guru maupun murid, dan (7) ada batas waktu untuk mencapai tujuan (Sunardi dalam Mulyani, 2011: 22). Berdasarkan ciri tersebut, tampak peran guru sangat besar dalam proses belajar mengajar yakni menjadi pembimbing dan pengatur kegiatan belajar dan pola tingkah laku. Sebagai seseorang yang menjadi pembimbing dan bertanggung jawab atas kegiatan belajar mengajar, seorang guru mempunyai wewenang untuk memberikan perintah, nasehat, petunjuk kerja, maupun larangan pada siswa dalam rangka menjalankan kegiatan belajar mengajar. Perintah, nasehat, petunjuk kerja, atau larangan tersebut umumnya diwujudkan dalam tindak tutur direktif, yakni tindak tutur yang dimaksudkan agar mitra tutur melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur. Tindak tutur direktif dapat direalisasikan kedalam berbagai jenis dan strategi tuturan yang

3 dimaksudkan agar siswa melakukan tindakan sesuai dengan keinginan guru. Seorang guru perlu memilih bahasa yang sesuai dalam bertutur sehingga maksud tuturan dapat diterima dengan baik dan menumbuhkan kepercayaan siswa. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh David (2004) dalam Lavalle- Alcudia (tanpa tahun) bahwa pemilihan dan kesesuaian bahasa yang digunakan oleh guru di dalam kelas akan meningkatkan kepercayaan siswa. Cara guru mengungkapkan tuturan direktif dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya tahap pembelajaran, materi pelajaran, bahasa yang digunakan, hingga tingkat kedekatan guru dengan siswa. Tindak tutur direktif pada saat membuka pelajaran berbeda dengan tindak tutur direktif yang digunakan pada saat melaksanakan aktivitas inti pembelajaran. Sebagai contoh, pada tahap apersepsi, guru umumnya menggunakan tindak tutur direktif mengajak, sedangkan pada saat mengevaluasi hasil tugas guru menggunakan tindak tutur direktif suruhan (Etikasari, 2012: 6). Selain itu, faktor mata pelajaran atau materi ajar juga membedakan jenis tindak tutur direktif yang digunakan. Guru yang mengajar mata pelajaran yang bersifat praktek misalnya bahasa Inggris (untuk keterampilan berbicara) atau fisika (pada saat praktikum) lebih banyak menggunakan tuturan direktif dibanding guru yang memberikan ceramah pada mata pelajaran agama atau kewarganegaraan. Bahasa pengantar juga dapat membedakan jenis tindak tutur yang dipakai dikarenakan adanya faktor budaya yang melekat pada setiap bahasa sehingga membedakannya dengan bahasa lain. Penggunaan tindak tutur dapat merefleksikan pola hubungan masyarakat penuturnya berdasarkan status sosial, jarak sosial, usia, dan faktor-faktor lainnya yang terikat dengan budaya. Sebagai contoh, Falsgraf dan Majors (dalam Dalton-Puffer (2004: 5) dalam penelitiannya menemukan adanya perbedaan signifikan antara penggunaan bahasa Jepang dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pengajaran di sekolah dasar di Jepang. Guru yang menggunakan bahasa Jepang lebih cenderung menggunakan tuturan direktif langsung dibanding mereka yang mengajar dalam bahasa Inggris. Falsgraf dan Majors

4 menyimpulkan bahwa tingkat kelangsungan tuturan menunjukkan perbedaan status antara guru dan siswa sekaligus menunjukkan pola hubungan antara guru dan siswa yang cenderung dekat dan informal. Salah satu pemakaian bahasa untuk menyampaikan pesan kepada orang lain yaitu dengan khotbah. Wacana khotbah merupakan wacana pidato yang berisi tentang masalah keagamaan. Wacana ini sering ditemui di antaranya dalam acara pengajian, salat jumat, salat Idulfitri, salat Iduladha, dan upacara keagamaan lainnya. Wacana ini biasanya berisi nasihat yang dituturkan oleh seorang dai atau ulama kepada mayarakat. Sasaran wacana khotbah adalah jamaah shalat Jumat. Wacana khotbah ini biasanya berisi nasihat kepada mitra tutur. Jadi, wacana ini mempunyai efek terhadap mitra tutur. Wacana ini teridentifikasi menggunakan beberapa jenis tindak tutur. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengkaji peristiwa tutur yang disampaikan oleh khotib pada khutbah Jumat. Tindak tutur direktif dipilih karena jenis tindak tutur ini banyak digunakan oleh khotib dalam menyampaikan khutbah. Data yang diambil sebagai objek penelitian tersebut didasarkan atas apa yang disampaikan oleh khotib selama proses khutbah berlangsung. Sehubungan dengan proses khutbah yang terjadi, tuturantuturan yang disampaikan oleh khotib termasuk jenis tindak tutur direktif. B. Pembatasan masalah Penelitian mengenai tindak tutur pada khotbah jumat ini akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Agar tidak meluas, maka aspek pragmatik yang dibahas dalam penelitian ini terbatas pada bentuk tindak tutur direktif pada khotbah jumat dan implementasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada dua masalah yang perlu dibahas di penelitian ini. a. Bagaimanakah pemakaian tindak tuturdirektif dalam khutbah Jumat? b. Bagaimana implementasi pada pembelajaran pragmatik?

5 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah di atas, ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. a. Menemukan dan mendeskripsikan tindak tuturdirektif dalam khutbah Jumat. b. Mendeskipsikan implementasinya pada pembelajaran pragmatik. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik manfaat teoritik maupun manfaat praktis. a. Manfaat teoritik Secara teoritik penelitian ini berguna untuk menambah khasanah ilmu terhadap pemakaian bahasa lisan dan bahasa tulis melalui pendekatan pragmatik dan menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya. Selain itu, untuk menambah wawasan pengetahuan dalam bidang linguistik, karena dengan menganalisis tuturan yang teerdapat pada khutbah shalat Jumat, maka akan diketahui bagaimana tuturan direktif dan realisasi pada pembelajaran yang digunakan penutur untuk menyampaikan maksud dalam tuturan khutbah shalat Jum at. b. Manfaat praktis Manfaat praktis penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan atau referensi dalam memberikan gambaran mengenai tuturan direktif. 2. Bagi pengajar bahasa Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan pengajaran, khususnya dalam pengajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif F. Sistematika Penulisan Penulis dalam penelitian ini dikelompokkan dari bab pertama hingga bab terakhir akan membicarakan masalah-masalah yang berbeda, tetapi masih dalam satu kaitan permasalahan.

6 Bab pertama merupakan pendahuluan dari penulisan ini, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta dikemukakan mengenai sitematika penulisan. Bab kedua kajian teoretik, berisi tentang teori-teori dan pengertian pokok yang meliputi tentang pengertian pragmatik, tindak tutur, tindak tutur direktif, dan pengertian khutbah. Bab ketiga merupakan inti dari penulisan ini, dikemukakan asal data diperoleh, bagaimana mencarinya, cara mengklasifikasi data serta cara pengolahan data, sehingga pengolahan hasil data dapat diketahui. Bab keempat analisis data, berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan klasifikasi pemakaian tindak tutur direktif dalam khutbah Jumat, implementasinya pada pembelajaran pragmatik. Bab kelima Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran sesuai dengan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian.