MEDIA MEDIKA INDONESIANA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA PASIEN SEPSIS DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA KEPEKAAN ANTIBIOTIK BAKTERI EXTENDED SPECTRUM BETA LAKTAMASES-PRODUCING ESCHERICHIA COLI

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif. yang normalnya hidup sebagai flora normal di sistem

: NATALIA RASTA MALEM

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

ANGKA KEJADIAN KLEBSIELLA PNEUMONIAE PENYANDI KLEBSIELLA PNEUMONIAE CARBAPENEMASE PADA PASIEN INFEKSI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

PORGRAM NASIONAL STANDAR 4 PENYELENGARAAN PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

POLA KUMAN DAN MANFAATNYA DALAM PELAKSANAAN ANTIMICROBIAL STEWARDSHIP BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN BAKTERI YANG TERDAPAT DI TOILET UMUM DI DUA PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI KOTA MEDAN DAN POLA KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIK OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PADA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS DI RUANG INTENSIVECARE UNIT (ICU) DAN RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

DISTRIBUSI DAN POLA KEPEKAANENTEROBACTERIACEAE DARI SPESIMEN URIN DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PERIODE JANUARI JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN POPULASI BAKTERI PADA CHEST PIECE STETOSKOP DI RUANGAN ICU DAN HCU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP MEROPENEM

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram. positif yang dapat menyebabkan penyakit dengan

POLA KUMAN PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG RAWAT INTENSIF. RSUP Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Enterobacteriaceae merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA SEPSIS BAYI DI RUANG PICU DAN NICU RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013-AGUSTUS 2015

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT

Uropathogen and Antibiotics Resistant Pattern of Bacteria Isolated from Urine of Uranary Tract Infection Patients in RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Resistensi Kuman Terhadap Antibiotika pada Kasus Infeksi Anak

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR RISIKO TERKAIT PERAWATAN MEDIS INFEKSI OLEH BAKTERI PENGHASIL EXTENDED-SPECTRUM BETA-LACTAMASE (ESBL) DI RSUP DR.

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAK SESUAIAN PENGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN UJI KEPEKAAN DI RUANG INTENSIF RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN SENSITIVITAS ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI Escherichia coli Di RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Antibiotik merupakan pengobatan utama dalam. manajemen penyakit infeksi. Namun, akibat penggunaan

Transkripsi:

Artikel Asli Auditing Peta Medan Kuman dan M Antibiogram Med Indones MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Cipta 2008 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah Auditing Peta Medan Kuman dan Antibiogram sebagai Penanganan Penyakit Infeksi Educated-guess Hendro Wahjono*, Tri Nur Kristina* ABSTRACT Bacterial mapping and antibiogran as an educated quess in the management of infectious diseases Background: Facing infectious disease problems, rational diagnosis is needed using a foundation of theoretical and concept of clinical microbiology. Surveillance of bacterial mapping and susceptibility of antibiotics should be done routinely and reported as educated-guess. Methods: This was a descriptive study using secondary data from medical record of blood culture and sensitivity test from intensive care units Dr. Kariadi hospital, Semarang in 2005 and 2006. Results: There were several chages in bacterial mapping of blood culture from year 2005 and 2006. Bacterial mapping in ICU and PICU, which in 2005 was dominated by Gram (-) rods changed to Gram (+) cocci in 2006. This study also showed the decreasing effectivity of third and fourth generation of ceholosporin, and carbapenem that offenly used in intensive care units. Conclusion: Changes of bacterial mapping and antibiotic resistance can be caused by overuse and/or misuse of antibiotics therapy or prophylaxis. There should be a better coordination among members of the infectious desease control. Key Words: Bacterial mapping, sensitivity, antibiotics. ABSTRAK Latar belakang: Diagnosis rasional dengan menggunakan landasan teori dan konsep mikrobiologi klinik sangat diperlukan dalam menghadapi masalah medis yang berhubungan dengan infeksi. Survei peta medan kuman dan kepekaan antibiotik yang sering digunakan di RS perlu dilaksanakan secara rutin agar klinisi mempunyai pedoman dalam merancang alternatif tindakan dan terapi antibiotik pilihan. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan data skunder dari catatan medik pemeriksaan kultur darah dan tes sensitiviti dari pasien rawat inap di unit perawatan intensif RS Dr Kariadi Semarang pada tahun 2005 dan 2006. Hasil: Gambaran peta medan kuman dari material klinik darah menunjukkan perubahan rangking populasi kuman dari tahun 2005 dan 2006. Peta medan kuman di ICU dan PICU yang pada tahun 2005 didominasi oleh kuman batang Gram (-), pada tahun 2006 berubah menjadi kuman coccus Gram (+). Hasil antibiogram tahun 2006 dari ICU menunjukkan terjadinya penurunan efektifitas antibiotika cephalosporin generasi III, IV, dan carbapenem yang lazim digunakan di unit-unit perawatan intensif. Simpulan dan Saran: Perubahan peta medan kuman dan turunnya efektifitas berbagai antibiotik kemungkinan diakibatkan oleh pemberian terapi atau profilaksis antibiotik yang kurang tepat atau bahkan berlebihan dalam penggunaannya. Perlu peningkatan kerjasama dari tim penanganan penyakit infeksi untuk mengatasi masalah tersebut. Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008 17

Media Medika Indonesiana PENDAHULUAN Dalam menghadapi masalah medis yang berhubungan dengan infeksi, diagnosis rasional akan didapat bila analisis data dan informasi hasil pengkajian menggunakan landasan teori dan konsep mikrobiologi kedokteran. Diagnosis rasional diperlukan untuk merancang alternatif tindakan dan terapi antibiotik pilihan (educated-guess). Peta medan kuman merupakan laporan pola mikroba pada suatu ruang perawatan yang disajikan dalam bentuk rangking sehingga membantu klinisi dalam memberikan terapi awal sebelum ada hasil kultur sensitifitasnya. Penggunaan antibiotik yang efektif akan lebih bijaksana jika diberikan kepada penderita berbasis bukti yang didapat melalui uji resistensi terhadap mikroba penyebab infeksi. Pada kenyataannya dokter seringkali harus mengobati seorang penderita sebelum hasil uji resistensi diperoleh. Dalam keadaan seperti ini, pedoman yang diambil harus sesuai dengan pola resistensi mikroba dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang bersangkutan. Pedoman penggunaan antibiotik pada suatu rumah sakit harus berdasarkan hasil surveillance yang melibatkan penentu kebijakan di rumah sakit, klinisi, ahli mikrobiologi, dan ahli farmakologi. Data surveillance minimal harus memuat pola resistensi mikroba patogen yang sering ditemukan di suatu rumah sakit. Berdasarkan evaluasi bersama dari hasil surveillance yang diperoleh, maka akan dapat ditentukan antibiotik yang paling efektif digunakan di rumah sakit yang bersangkutan. Resistensi bakteri terhadap berbagai antibiotika sedang terjadi diberbagai belahan dunia dan merupakan ancaman bagi keberhasilan terapi terhadap penyakit infeksi baik di rumah sakit, pelayanan kesehatan lain, maupun di masyarakat. Para peneliti menemukan bahwa bakteri patogen menjadi resisten terhadap antimikroba melalui proses seleksi alami. 1 Beberapa kuman gram (+) maupun (-) yang memproduksi -lactamase juga merupakan salah satu masalah resistensi terhadap penisilin dan cephalosporin. Dimasa lalu cephalosporin relatif kebal terhadap serangan dari -Lactamase, sehingga sangat mengejutkan ketika ditemukan kuman Gram (-) yang resisten terhadap cephalosporin. 2,3 Akhir-akhir ini banyak perhatian tertuju kepada kuman penghasil ESBLs (Extended spectrum -lactamases). Enzim-enzim yang dihasilkan oleh kuman-kuman tersebut mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa cephalosprin spektrum luas monobactams tetapi dapat diinaktifkan oleh cephamycins dan imipenem. 4 Insiden dari kuman-kuman penghasil ESBL tersebut didunia akhir-akhir ini meningkat, disamping itu kuman-kuman tersebut juga bersifat exhibit coresistance terhadap berbagai generasi antibiotika lainnya sehingga mengakibatkan keterbatasan pilihan antibiotik yang dapat dipergunakan. 4,5 Penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan auditing peta medan kuman (bacterial mapping) dan hasil antibiogram sebagai educated-guess penanganan penyakit infeksi. METODE Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan data sekunder dari pemeriksaan kultur darah dan sensitiviti tes pasien di unit perwatan intensif RS Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2005 dan 2006 (Laboratorium Mikrobiologi RS Dr. Kariadi melaksanakan prosedur standar dalam melakukan kultur dan tes sensitiviti dimana zona diameter diukur dengan menggunakan dokumen no.2 revisi NCCLS/National Committee Clinical Laboratory Standard). Data tahun 2005 dan 2006 dibandingkan untuk menganalisa secara deskriptif kemungkinan terjadinya perubahan peta medan kuman. HASIL Tahun 2005, terdapat 228, 168, dan 57 permintaan kultur darah dari masing-masing unit perawatan intensif ICU, PICU dan NICU dan hasil yang positif dari masing-masing unit tersebut adalah 108 (47,4%), 138 (82%), dan 54 (95%). Tahun 2006, terdapat 216, 100 dan 47 permintaan kultur darah masing-masing dari ICU, PICU dan NICU, dimana hasil positif dari masingmasing tempat perawatan tersebut adalah 81 (37,5%), 79 (79%) dan 43 (92%). Tabel 1, 2, 3 menunjukkan perubahan peta medan kuman yang disajikan dalam bentuk rangking populasi kuman dari tahun 2005 dan 2006. Tahun 2005, rangking pertama kuman di ICU dan PICU adalah kuman batang Gram (-) sedangkan pada tahun 2006 kedudukan rangking pertama kuman digantikan oleh kuman coccus gram (+). Sebaliknya dengan hasil isolat kuman di ruang perawatan NICU, dimana pada tahun 2005 rangking pertama didominasi oleh kuman coccus Gram (+) tetapi pada tahun 2006 berubah menjadi kuman batang Gram (-). Pada isolat darah yang diperiksa, juga ditemukan jamur (Candida sp.) sehingga tetap dilaporkan pada penelitian ini. Pola kepekaan kuman dari material klinik darah pasien yang dirawat di ICU terhadap beberapa antibiotik generasi III, IV, dan Carbapenem pada tahun 2006 ditampilkan pada Gambar 1, 2, dan 3. Terlihat penurunan efektivitas antibiotik Sefalosporin generasi III, IV, dan Carbapenem yang lazim digunakan di ICU. 18 Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008

Artikel Asli Auditing Peta Medan Kuman dan Antibiogram Tabel 1. Mikroba dari material darah penderita yang dirawat di ICU 2005 n = 108 2006 n = 81 Mikroba % Urutan % Urutan E. aerogenes 35 1 38 2 S. epidermidis 29 2 40 1 P. aeruginosa 23 3 24 4 K. pneumoniae 21 4 19 6 S. aureus 19 5 25 3 Candida spp. 18 6 21 5 E. coli 15 7 14 7 Proteus spp. 12 8 11 8 Tabel 2. Mikroba dari material darah penderita yang dirawat di PICU 2005 n = 138 2006 n = 79 Mikroba % Urutan % Urutan E. coli 28 1 19 6 K. pneumoniae. 23 2 20 5 S. epidedimis 20 3 29 1 P. aeruginosa 19 4 23 3 E. aerogenes 18 5 27 2 S. aureus 17 6 21 4 Proteus spp. 15 7 11 8 Acinetobacter spp. 14 8 9 9 Candida spp. 12 9 15 7 Tabel 3. Mikroba dari material darah penderita yang dirawat di NICU 2005 n = 54 2006 n = 43 Mikroba % Rangking % Rangking S. epidermidis 45 1 30 2 E. aerogenes 22 2 32 1 P. aeruginosa 21 3 23 3 K. pneumoniae 19 4 15 6 S. aureus 18 5 19 4 Candida spp. 15 6 14 7 E. coli 14 7 18 5 Proteus spp. 11 8 13 8 Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008 19

Media Medika Indonesiana Gambar 1. Pola kepekaan kuman dari material klinik darah (n= 81) terhadap beberapa antibiotik golongan Cephalosporin generasi III di ICU (Tahun 2006) Proteus P.aeru E.aero K.pneum E.coli 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Cefepime Gambar 2. Pola kepekaan kuman dari material klinik darah (n=81) terhadap antibiotik golongan Cephalosporin generasi IV, di ICU (2006) Proteus P.aeru E.aero K.pneum E.coli 0 20 40 60 80 100 Meropenem Gambar 3. Pola kepekaan kuman dari material klinik darah (n=81) terhadap antibiotik golongan Carbepenem di ICU RS Dr. Kariadi (Tahun 2006) 20 Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008

Artikel Asli Auditing Peta Medan Kuman dan Antibiogram PEMBAHASAN Gambaran peta medan kuman menunjukkan perubahan rangking populasi kuman dari tahun 2005 dan 2006 yang kemungkinan terjadi akibat pola pemberian terapi atau profilaksis yang berbeda pada setiap kurun waktu terutama dalam cara pemberian maupun jenis antibiotiknya. Disamping itu, hasil antibiogram juga menunjukkan telah terjadi penurunan efektifitas antibiotik cephalosporin generasi III, IV, dan carbapenem yang lazim digunakan di ICU. Meskipun demikian antibiotika generasi empat menunjukkan hasil sensitivitas yang lebih baik dibanding generasi tiga. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya, 6 dimana Meropenem menunjukkan hasil sensitivitas yang lebih besar dibandingkan antibiotika lainnya. Penurunan efektivitas antibiotik sering diakibatkan oleh overuse dan/atau misuse antibiotika. 1 Penelitian dari the Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa 20 50% dari seluruh pasien rawat jalan menerima antibiotik yang tidak sesuai. 7 Pasien yang menghentikan pengobatan antibiotik karena merasa sudah sembuh juga meningkatkan terjadinya penurunan efektifitas antibiotika akibat berubahnya respon antibiotik, dan hal tersebut juga berpotensi untuk menimbulkan reinfeksi. 7 Hasil penelitian ini menunjukkan sudah berkurangnya sensitivitas antibiotika golongan Cephalosporin generasi III. Pemakaian antibiotik golongan Sefalosporin generasi III yang tidak terkontrol baik penulisan resep, cara pemberian, dosis, frekuensi, maupun indikasi yang kurang tepat dapat memicu timbulnya kuman penghasil ESBL. 8 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan pembatasan penggunaan antibiotik dikombinasikan dengan pengendalian infeksi nosokomial dapat menurunkan frekuensi dari kuman penghasil ESBL. 5 Mengingat gawatnya masalah global tentang resistensi antibiotik ini, direkomendasikan agar dilakukan pendidikan tentang masalah tersebut baik pada masyarakat awam maupun petugas kesehatan masyarakat. 1,8 Malmvall dkk (2007) melaporkan bahwa dengan ditunjang oleh media, edukasi dari para dokter/perawat, implementasi pedoman serta umpan balik dari data penggunaan antibiotik dan resistensi kuman, berhasil menurunkan penggunaan antibiotik pada pasien rawat jalan. 9 Penggunaan data sekunder merupakan keterbatasan dari penelitian ini sehingga tidak dapat mengontrol proses pengerjaan kultur sensititinya. Disamping itu tingginya hasil positif yang didapatkan dari kultur darah di PICU dan NICU juga membutuhkan perhatian khusus, oleh karena tidak menutup kemungkinan bahwa hasil positif tersebut merupakan kontaminan. Penelitian selanjutnya dengan menggunakan data primer perlu dilakukan sehingga dapat mengontrol bias akibat kesalahan teknis baik dalam pengambilan sampel maupun tehnis laboratorium. Penelitian dengan data primer juga akan dapat mendeteksi kuman berbahaya seperti Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan kuman penghasil ESBL yang membutuhkan metode khusus untuk mengidentifikasinya. SIMPULAN DAN SARAN Perubahan rangking populasi kuman maupun penurunan efektifitas antibiotika yang biasa digunakan di ruang perawatan intensif dapat diakibatkan oleh misuse pemberian antibiotika. Diperlukan pengawasan penggunaan antibiotik golongan beta-laktam, peningkatan Standard Precautions, serta peningkatan komunikasi antara klinisi dan ahli mikrobiologi klinik sehingga terapi antibiotik dapat dilakukan secara bijaksana. UCAPAN TERIMA KASIH Disampaikan kepada Ketua Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/ Rumah Sakit Dr Kariadi yang telah mengijinkan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Overcoming antimicrobial resistance. World health report on infectious diseases. 2000. Available from: http://www.who.int/infectiousdisease-report/2000/other_versions/index rpt.2000_text.html. 2. Sanders CC, Sanders WE Jr. Beta-Lactam resistance in gram-negative bacteria: global trends and clinical impact. Clinical Infectious Diseases. 1992;15:824-39. 3. Thomson KS, Prevan AM, Sanders CC. Novel plasmidmediated beta-lactamases in enterobacteriaceae: emerging problems for new beta-lactam antibiotics. Current Clinical Topics in Infectious Diseases. 1996;16:151-63. 4. Bush K. New beta-lactamases in gram-negative bacteria: diversity and impact on selection of antimicrobial therapy. Clinical Infectious Diseases. 2001;32:1085-9. 5. Chaudhary U, Aggarwal R. Extended Spectrum - Lactamases (ESBL) an emerging threat to clinical therapeutics. Indian Journal of Medical Microbiology. 2004;22:75-80. 6. Lewis MT, Biedenbach DJ, Jones RN. In vitro evaluation of cefepime and other broad-spectrum beta-lactams against bacteria from Indonesian medical centers. The Indonesia Antimicrobial Resistance Study Group. Diagnostic Microbiology & Infectious Disease, 1999;35:285-90. 7. Wassmer GT, Kipe-Nolt JA, Chayko CA. Why finish your antibiotics? A novel, hands-on, classroom approach for teaching the dynamics of antibiotic resistance. The American Biology Teacher. 2006;68:476-80. 8. Emery CL, Weymouth LA. Detection and clinical significance of ES Ls in a tertiary care medical center. J Clin Microbiol. 1997;35:2061-7. 9. Malmvall BE dkk. Reduction of antibiotics sales and sustained low incidence of bacterial resistance: report on a broad approach during 10 years to implement evidencebased indications for antibiotic prescribing in Jönköping County, Sweden. Quality Management in Health Care. 2007;16:60-7. Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008 21

Media Medika Indonesiana 22 Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008